Preloader Logo

Persiapan Benih Padi

Cover Wiki

Persiapan benih merupakan salah satu upaya yang penting untuk dilakukan guna mendukung produksi suatu jenis tanaman. Proses persiapan benih bertujuan untuk memastikan ketersediaan, kelayakan, dan pemilihan benih bermutu sehingga akan mendukung proses budidaya suatu tanaman untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.1

Kegiatan persiapan benih padi di antaranya sebagai berikut:

a. Sortasi dan Uji Perkecambahan Benih

Sortasi Benih

Benih padi yang akan digunakan adalah yang berukuran besar padat, mengandung karbohidrat dan nutrisi cukup untuk membentuk tanaman yang sehat.

Gambar. Sortasi benih padi perendaman dalam ember

Alat dan bahan yang dibutuhkan:

  1. Alat: wadah plastik/ember, sendok takar, pengaduk

  2. Bahan: benih, air, garam

Tahapan pelaksanaan sortasi benih padi sebelum penyemaian:

  1. Singkirkan benih yang rusak (cacat, ringan atau kecil) dan pilih hanya yang padat dan kuat.

  2. Sortir benih menggunakan angin untuk menghilangkan butiran kosong atau kecil dan zat asing;

  3. Menempatkan benih dalam ember dengan air garam, kocok perlahan dan diamkan untuk menghilangkan butiran kosong atau benda asing.

Uji Perkecambahan Benih

Uji perkecambahan merupakan pra-syarat sebelum dilakukannya persemaian untuk mengetahui viabilitas benih, dan untuk mengetahui jumlah kemunculan benih yang cukup.

Alat dan bahan yang dibutuhkan:

  1. Alat: kertas, kain gulung, tali.

  2. Bahan: sampel benih, air bersih.

Tahapan pelaksanaan uji perkecambahan benih padi menggunakan metode kertas/kain gulung:

  1. Rendam kerta/kain dalam air bersih dan buka pada permukaan yang rata dan datar.

  2. Dari sampel benih yang akan diuji, hitung persis 100 butir untuk setiap kain dan distribusikan benih secara merata di atas kertas/kain. Untuk memudahkan perhitungan buatlah 10 baris dimana masing-masing terdapat 10 benih.

  3. Setelah benih tersusun rapi gulung kertas/kain dengan hati-hati dan pastikan benih tidak bergeser. Lalu ikat dengan tali dan simpan di tempat yang lembab selama 5 hari.

  4. Selama proses penyimpanan basahi kertas/kain beberapa kali, jika dalam kondisi kering makan benih akan mati.

  5. Setelah lima hari, buka gulungan kertas/kain dan hitung jumlah benih yang berakar. Jika didalam kertas/kain terdapat 100 biji, maka jumlah biji yang berkecambah akan sama dengan tingkat perkecambahan sampel (misalnya jika 85 biji dari 100 yang berakar, maka tingkat perkecambahan sama dengan 85%).

  6. Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid siapkan 3-5 kertas/kain secara terpisah untuk mengji tingkat perkecambahan.

  7. Secara umum tingkat perkecambahan minimal 80% dan dianggap dapat diterima. Jika tingkat perkecambahan benih dibawah 80% maka benih tersebut tidak layak untuk digunakan.

Gambar. Uji perkecambahan benih padi

b. Perlakuan Benih

Perlakuan benih padi sebelum semai bertujuan untuk meningkatkan daya kecambah benih, mencegah penyakit, meningkatkan vigor semai, dan meningkatkan hasil. Tujuan meningkatkan tingkat perkecambahan dicapai dengan melunakkan kulit biji melalui perendaman/skarifikasi benih, atau mematahkan dormansi benih melalui stratifikasi.

Benih dapat berkecambah jika air telah terserap hingga 25% dari beratnya. Namun perkecambahan lebih baik bila air yang terserap mencapai 40% bobot benih. Benih yang kurang terserap air selama proses desinfektan benih harus direndam lagi dalam air bersih.

Gambar. Proses perendaman benih padi

Alat dan bahan yang dibutuhkan:

  1. Alat: wadah plastik, sendok takar, karung goni/keranjang dilapisi daun.

  2. Bahan: benih, air hangat, fungisida/desinfektan.

Tahapan pelaksanaan perlakuan benih padi sebelum penyemaian:

  1. Rendam benih yang akan disemai dalam wadah plastik menggunakan air.

  2. Benih yang direndam dengan baik akan berwarna gelap dan tembus cahaya serta terlihat menggembung, serta mudah rusak jika digosok. Proses perendaman biasanya dilakukan selama 24-30 jam.

  3. Setelah benih direndam 24-30 jam, tiriskan genangan air dan pindahkan benih basah ke dalam karung goni (jika tidak tersedia karung, gunakan keranjang yang dilapisi daun. Pastikan karung (atau keranjang) hanya diisi dengan sangat longgar, karena akan terjadi pembesaran benih selama inkubasi.

  4. Inkubasikan benih di tempat yang hangat dan teduh selama kurang lebih 3-5 hari, pastikan untuk membasahi karung beberapa kali setiap hari.

  5. Campur dan aduk benih secara berkala dengan tangan, karena menuju bagian tengah karung proses perkecambahan akan menghasilkan panas yang cukup besar.

  6. Balik karung setiap hari untuk mencegah radikula yang muncul tumbuh ke bawah.

  7. Hindari membiarkan radikula tumbuh lebih lama, karena mereka akan menembus dinding karung.

  8. Benih yang siap untuk disemai adalah memiliki panjang sekitar 5-7 cm. Saat menangani benih yang berkecambah, ingatlah selalu bahwa radikula yang baru muncul sangat sensitif dan mudah terkena cekaman kekeringan, suhu ekstrim, dan penanganan yang kasar.

Gambar. Benih padi setelah melalui masa inkubasi

c. Persiapan Tempat Persemaian Benih dan Penyemaian Benih

Persiapan Tempat Persemaian Benih

Tujuan dilakukannya persemaian adalah agar bibit padi tumbuh lebih awal dari gulma. Persemaian bibit padi menggunakan 15-20% dari total area lahan. Persemaian juga dapat dibuat di sekitar area rumah agar dapat lebih mudah dalam pemeliharaanya. Untuk mempersiapkan persemaian benih, permukaan persemaian harus rata, terbebas dari gulma, dan dikeringkan dengan baik.

Rekomendasi kegiatan produksi benih padi yang baik hendaknya menggunakan lahan yang sesuai dengan adaptasi tanaman, yaitu memenuhi kelulusan sejarah lahan. Lahan yang akan digunakan merupakan bekas tanaman padi maka areal tersebut harus dari varietas yang sama atau bekas varietas lain yang sifat-sifat fisiknya mudah dibedakan dengan varitas yang akan ditanam, bukan daerah banjir dan ada sarana transportasi.

Penyiapan lahan dilakukan untuk mendapatkan kondisi yang ideal untuk produksi benih tanaman tertentu dengan syarat:

  • Areal produksi benih harus bersih, dalam arti bebas dari benih-benih tanaman lain, hama dan penyakit, terutama penyakit yang ditularkan melalui tanah (soil born deseases), dan terisolasi dari pertanaman padi lainnya.

  • Lahan harus subur dan akan lebih baik jika mempunyai sistem drainase yang baik.

  • Lahan sedapat mungkin mempunyai tingkat homogenitas yang tinggi untuk memperoleh sinkronisasi pembungaan yang baik.

  • Kondisi lahan datar dan memiliki tekstur tanah humus dan halus.

Alat dan bahan yang dibutuhkan:

  1. Alat : cangkul

  2. Bahan: pupuk kandang, tanah, Amonium Sulfat, Dikalsium Fosfat, Kalium Klorida.

Tahapan pelaksanaan persiapan tempat persemaian benih padi:

  1. Waktu pembuatan tempat persemaian yaitu 1 bulan sebelum persemaian dilakukan.

  2. Olahlah tanah menggunakan cangkul, bersihkan dari gulma yang tumbuh dan hancurkan gumpalan tanah hingga tanah menjadi gembur.

  3. Setelah tanah diolah, kemudian tambahkan 200 kg pupuk kandang/100 m2 dan balikkan tanah kembali menggunakan cangkul. Tanah didiamkan selama 2 minggu.

  4. Setelah 2 minggu, tanah dibagi menjadi strip/baris dengan ukuran lebar 1,5-2 m, panjang 10-20 cm, dan tinggi 20 cm (dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan metode persemaian yang akan digunakan).

  5. Tambahkan pupuk kimia di atas barisan tempat persemaian. Untuk setiap 100 meter persegi, pupuk kimia yang digunakan adalah 1,5 kg Amonium Sulfat, 1 kg Dikalsium Fosfat, 1 kg Kalium Klorida.

Penyemaian Benih

Penyemaian benih adalah proses menyiapkan benih (bahan tanam) menjadi bibit di tempat persemaian sebelum ditanam di lahan sesungguhnya. Tujuan penyemaian benih adalah untuk menghemat benih, menciptakan bibit yang seragam pertumbuhannya dengan mutu yang baik, dan memperoleh bibit sehat yang kuat karena telah melalui proses pemilihan benih.

  • Pada musim hujan, petani mulai mempersiapkan persemaian padi setelah awal musim hujan pada pertengahan Juni dan biasanya memindahkan bibit berumur lebih dari 30 hari dari pertengahan Juli hingga Agustus.

  • Pada musim kemarau, petani mulai menyiapkan persemaian padi pada akhir November dan biasanya melakukan transplantasi bibit berumur lebih dari 40 hari dari awal Januari hingga awal Februari.

Saat memilih sistem persemaian yang tepat perlu dipertimbangkan beberapa faktor, yaitu ketersediaan sinar matahari, air, tenaga kerja, lahan, dan alat pertanian.

Berikut beberapa jenis persemaian benih padi yang biasa digunakan oleh petani:

  • Persemaian basah (Wet nursery)

    Persemaian basah digunakan pada daerah yang memiliki air cukup, dan sistem drainase yang baik.

    1. Area persemaian harus dibajak secara kering sebanyak 2 kali dengan memberikan pupuk organik lalu digenangi air dan dibiarkan basah selama 2 hari untuk memastikan pupuk organik terserap dengan baik.

    2. Setelahnya ganti genangan air sebanyak 2 kali dalam waktu satu minggu. Setelah penggenangan selesai lalu dibuat bedengan dengan dengan tinggi 5-10 cm, panjang 8-10 m, lebar 1-1,5 m, dan sisakan saluran 30-50 cm di antara dua bedengan untuk saluran drainase.

    3. Selama proses persemaian area harus bebas dari gulma, serangan hama atau penyakit, dan kekurangan nutrisi.

Gambar. Persemaian Basah (wet nursery) benih padi

  • Persemaian kering (Dry nursery)

    Persemaian kering benih padi dilakukan diatas bedengan yang kering. Penyiraman air hanya dilakukan sesekali untuk menjaga kelembaban tanah. Jenis pembibitan ini berguna pada saat penerimaan irigasi yang tertunda atau pada area yang tidak memiliki persediaan air yang cukup.

    1. Persemaian disiapkan dalam kondisi tanah kering.

    2. Petak persemaian benih dibuat bedengan dengan mengangkat tanah hingga ketinggian sekitar 5-10 cm.

    3. Bedengan dikeringkan 5-6 hari untuk mendapatkan kondisi tanah yang halus. Kondisi tanah pasir dan lempung lebih cocok untuk jenis persemaian ini.

    4. Bedengan yang sudah dikeringkan selama 5-6 hari diberikan sekam padi yang sudah dibakar agar nantinya memudahkan pencabutan benih.

    5. Selama proses persemaian, bedengan harus bebas dari dari naungan dan dengan ketersediaan air yang cukup.

Gambar. Persemaian basah (dry nursery) benih padi

  • Persemaian tikar/dapog (Mat nursery)

    Persemaian metode ini merupakan persemaian tanpa kontak dengan tanah namun menggunakan alas dari papan kayu, nampan, atau lantai beton ang ditutupi dengan lembaran plastik.

    1. Persemaian tikar dapat ditempatkan di mana saja pada permukaan datar yang kokoh tetapi pasokan/kontrol air harus sangat baik. Area yang dibutuhkan hanya 1-5% dari lahan yang akan ditransplantasikan dan jauh lebih kecil dari pembibitan konvensional.

    2. Siapkan permukaan datar yang kokoh dan pasokan air cukup, dan dengan sistem drainase yang baik.

    3. Bedengan pesemaian tikar dibuat dengan ukuran lebar 1 m dan panjang 10−20 m.

    4. Lalu tutupi permukaan dengan daun pisang, lembaran plastik, atau bahan lentur lainnya yang menembus lapisan bawah tanah. Lantai semen juga bisa digunakan sebagai alas.

    5. Tutupi persemaian dengan sekitar 1 cm sekam padi atau pupuk kompos.

    6. Setelahnya taburkan benih yang sudah berkecambah di persemaian dan berikan air hingga kondisi persemaian lembab namun jangan sampai tergenang.

Metode tikar paling sesuai untuk menumbuhkan varietas berumur pendek, karena guncangan dan kerusakan saat pemindahan bibit lebih sedikit. Dibandingkan dengan metode lain, metode ini lebih membutuhkan tenaga kerja yang lebih sedikit, dan memiliki kerusakan akar yang minimal.

Gambar. Persemaian tikar/dapog (mat nursery) benih padi

d. Pemeliharaan Persemaian Benih Padi

  • Pemeliharaan persemaian benih padi dilakukan setelah benih tumbuh kurang dari 2 cm, penyiraman dilakukan 2 x sehari (melihat kondisi cuaca) serta kelembaban tanah semai setiap pagi dan sore.

  • Pengambilan penutup rumput dilakukan 4 hari setelah penyebaran benih (biasanya benih telah tumbuh sekitar 2 cm).

  • Setelah tutup diambil, maka penyiraman dilakukan 1 hari sekali pada waktu sore (melihat kondisi cuaca). Bibit siap ditanam umur terpendek 9 hari atau umur maksimal 16 hari.

e. Transplanting (Pindah Tanam)

Sistem pindah tanam (transplanting) merupakan sistem yang banyak digunakan oleh petani di Indonesia dan Asia, khususnya di daerah dataran rendah dengan memindahkan bibit ke dalam tanah yang tergenang (pengolahan basah).

Cara untuk menarik bibit dari persemaian untuk dipindahkan adalah sebagai berikut:

Pegang dua atau tiga bibit padi di antara ibu jari dan jari telunjuk. Hati-hati dan pegang bibit dekat dengan akarnya, posisikan jari telunjuk tegak lurus, dan ibu jari sejajar dengan semai, berikan sedikit tekanan ke bawah sebelum perlahan menarik bibit ke arah anda. Pencabutan bibit dilakukan dari pinggir ke tengah.

Gambar. Pencabutan bibit dari persemaian

Ada dua cara proses pindah tanam bibit padi, yaitu secara manual dan menggunakan mesin.

  1. Pindah tanam bibit padi secara manual

    Metode pindah tanam manual melibatkan penanaman bibit hasil dari persemaian dan penanaman kembali bibit padi saat berumur 20-30 hari ke lahan yang sudah tergenang.

    Dalam sistem pindah tanam manual dibutuhkan sekitar 25-30 orang untuk mengerjakannya, namun tergantung juga dari jenis tanah dan lokasi lahan.

    Ada 2 metode pindah tanam secara manual, yaitu:

    • Metode Acak

      Bibit ditransplantasikan tanpa jarak yang pasti antar tanaman. Ketika transplantasi dilakukan secara acak, jarak yang sama antar tanaman sulit untuk ditentukan tetapi jarak yang diperkirakan tidak boleh terlalu dekat atau terlalu lebar (tidak kurang dari 10 cm dan tidak lebih dari 25 cm) hal ini juga menjadi pertimbangan untuk pengendalian gulma melalui naungan awal oleh kanopi padi.

    • Metode Baris Lurus

      Metode ini mengikuti jarak atau pola yang seragam karena jarak tanam merupakan faktor penting dalam penanaman padi. Jarak yang tepat dapat meningkatkan hasil sebesar 25−40% dibandingkan jarak yang tidak tepat. Metode ini juga menghemat biaya untuk input, tenaga kerja, dan material. Metode baris lurus memfasilitasi praktik pengelolaan tanaman padi seperti penyiangan, aplikasi pupuk, herbisida, atau insektisida. Jarak tanam yang optimal juga dapat dicapai melalui metode ini. Pindah tanam 2−3 bibit berumur 20-30 hari di bedengan basah atau di bedengan kering dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Jarak tanam yang lebih dekat (15 cm x 15 cm atau 10 cm x 10 cm) dapat digunakan tergantung pada ketersediaan tenaga kerja dan biaya tanam.

Gambar. Sistem pindah tanam manual

  1. Pindah tanam bibit padi menggunakan mesin

    Bibit padi ditanam dalam nampan atau di persemaian jenis tikar di mana lapisan tipis sol yang dicampur dengan pupuk kandang atau kompos ditempatkan di atas lembaran plastik. Alas bibit padi dari nampan atau persemaian jenis tikar digunakan untuk mesin tanam.

    Transplantasi mekanis membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih sedikit daripada transplantasi manual. Satu hektar lahan hanya membutuhkan satu orang per hari untuk mmenyelesaikannya. Berbagai jenis transplanter (mesin pindah tanam) dengan berbagai tingkat kerumitan dan ukuran dapat digunakan, seperti model dua baris berjalan di belakang dan model kendaraan delapan baris.

Gambar. Sistem pindah tanam manual

f. Teknologi Penanaman Padi

  1. Teknologi Penanaman Jajar Legowo

    Sistem tanam jajar legowo adalah pola tanam yang berselang-seling dalam barisan lurus antara dua atau lebih baris tanaman padi dan satu baris kosong dengan jarak tanam tertentu.

    Satu unit legowo yaitu terdiri dari baris tanaman (dua atau lebih) dan satu baris kosong. Sistem tanam jajar legowo memiliki ruang terbuka 25-50% agar tanaman menerima sinar matahari secara optimal.

    Sistem jajar legowo adalah suatu rekayasa teknologi untuk mendapatkan populasi tanaman yang lebih dari 160.000 per hektar.

    Rumus menghitung jumlah peningkatan populasi tanaman dengan penerapan sistem tanam jajar legowo: 100% x 1 / (1 + Jumlah Legowo)

    • Jajar legowo 2 : 1 = peningkatan populasinya = 100% x 1(1 + 2) = 30% Jumlah tanaman 2 : 1 = 160.000 rumpun + (1/3 x 160.000) = 213.333 rumpun

    • Jajar legowo 3 : 1 = peningkatan populasinya = 100% x 1(1 + 3) = 25% Jumlah tanaman 3 : 1 = 160.000 rumpun + (1/4 x 160.000) = 200.000 rumpun

    • Jajar legowo 4 : 1 = peningkatan populasinya = 100% x 1(1 + 4) = 20% Jumlah tanaman 4 : 1 = 160.000 rumpun + (1/5 x 160.000) = 192.000 rumpun

    • Jajar legowo 5 : 1 = peningkatan populasinya = 100% x 1(1 + 5) = 16,6% Jumlah tanaman 5 : 1 = 160.000 rumpun + (1/6 x 160.000) = 186.667 rumpun

    • Jajar legowo 6 : 1 = peningkatan populasinya = 100% x 1(1 + 6) = 14,3% Jumlah tanaman 6 : 1 = 160.000 rumpun + (1/7 x 160.000) = 183.857 rumpun

Jarak Tanam untuk sistem tanam padi jajar legowo bermacam-macam: 20 cm x 25 cm, 20 cm x 30 cm, 25 cm x 25 cm, 25 cm x 30 cm, 30 cm x 30 cm dll.

Gambar. Jajar legowo 2:1 (tegel 25 cm x 25 cm)

Gambar. Jajar legowo 3:1 (tegel 25 cm x 25 cm)

Gambar. Jajar legowo 4:1 (tegel 25 cm x 25 cm)

Tabel 1. Deskripsi sistem jajar legowo 2 : 1 dan 4 : 1 beserta contoh jarak tanam yang digunakan

Sistem Jajar Legowo

Contoh Jarak Tanam

Kondisi Tanah

Jajar legowo 2 : 1

Setiap 2 baris tanaman diselingi 1 barisan kosong yang memiliki jarak 2x dari jarak tanam antar baris dan jarak tanam dalam baris adalah ½ jarak tanam antar baris. Seluruh tanaman termodifikasi sebagai tanaman pinggir.

Pola tegel (20 cm x 20 cm)

40 cm (barisan kosong) x 20 cm (jarak antar baris) x 10 cm (jarak barisan pinggir)

Pola tegel (22 cm x 22 cm) 44 cm (barisan kosong) x 22 cm (jarak antar baris) x 11 cm (jarak barisan pinggir)

Pola tegel (25 cm x 25 cm) 50 cm (barisan kosong) x 25 cm (jarak antar baris) x 12,5 cm (jarak barisan pinggir)

Cocok diterapkan pada kondisi kesuburan tanah yang kurang subur.

Cocok diterapkan pada kondisi kesuburan tanah sedang.

Cocok diterapkan pada kondisi kesuburan tanah yang tinggi.

Jajar legowo 4 : 1

Setiap 4 baris tanaman diselingi 1 barisan kosong. Setiap baris tanaman ke-1 dan ke-4 akan termodifikasi menjadi tanaman pinggir.

Pola tegel (25 cm x 25 cm)

50 cm (barisan kosong) x 25 cm (jarak antar baris dan pada barisan tengah) x 12,5 cm (jarak barisan pinggir)

Cocok diterapkan pada kondisi kesuburan tanah yang tinggi.

Gambar. Jajar legowo 2:1

Gambar. Jajar legowo 4:1

  1. Teknologi Penanaman SRI (System Rice Intensification)

    Sistem SRI memiliki konsep bahwa dengan input yang lebih sedikit dapat mencapai output yang lebih banyak.

    Prinsip-prinsip budidaya padi metode SRI

    • Tanaman bibit muda berusia 7-12 hari setelah semai (hss) dengan bibit masih berdaun 2 helai;

    • Bibit ditanam tunggal, yaitu satu bibit per lubang tanam dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm, 35 cm x 35 cm, 40 cm x 40 cm, atau lebih jarang;

    • Pindah tanam harus dilakukan se-segera mungkin (kurang dari 30 menit) dan harus hati-hati agar akar tidak putus dan ditanam dangkal;

    • Pemberian air maksimal tinggi 2 cm (macak-macak) dan periode tertentu dikeringkan sampai pecah (Irigasi berselang/intermitten);

    • Penyiangan sejak awal sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan interval 10 hari;

    • Diusahakan menggunakan pupuk organik (kompos atau pupuk hijau) dan pestisida organik.

    Tabel 2. Perbedaan sistem tanam padi sistem konvensional dengan sistem SRI

    No

    Komponen

    Sistem Konvensioal

    Sistem SRI

    1

    Kebutuhan benih

    30-40 kg/ha

    5-7 kg/ha

    2

    Pengujian benih

    Tidak dilakukan

    Dilakukan pengujian

    3

    Umur di persemaian

    26-39 HSS

    7-12 HSS

    4

    Pengolahan tanah

    2-3 kali (struktur lumpur)

    3 kali (struktur lumpur dan rata

    5

    Jumlah tanaman per lubang

    Rata-rata 5 bibit/lubang

    1 bibit/lubang

    6

    Posisi akar waktu tanam

    Tidak teratur

    Posisi akar horizontal

    7

    Pengairan

    Digenangi terus-menerus

    Disesuaikan dengan kebutuhan (pengairan berselang)

    8

    Pemupukan

    Mengutamakan pupuk kimia

    Menggunakan pupuk organik

    9

    Penyiangan

    Diarahkan untuk pemberantasan gulma

    Diarahkan pada pengelolaan perakaran

    10

    RendamN

    50-60%

    60-70%

  2. Teknologi Penanaman Hazton

    Teknologi Hazton dapat direalisasikan sebagai cara bercocok tanam padi dengan menggunakan bibit berumur 25-35 hari setelah semai dengan jumlah bibit padat yaitu 20-30 bibit per lubang tanam. Fokus pencapaian teknologi hazton adalah agar padi yang ditanam semuanya menjadi padi indukan yang produktif dan tidak lagi berpusat pada pembentukan anakan.

    Teknologi ini bersifat spesifik lokasi saja. Pada daerah endemik keong mas, pada saat tanam drainase sulit, dan problem keracunan besi maka penerapan teknologi Hazton berpeluang sebagai salah satu solusi.

    Kebutuhan benih dengan teknologi hazton mencapai 125 kg/hektar, jauh melampaui teknologi penanaman jajar legowo yang biasa dilakukan yaitu hanya mencapai 25 kg/hektar.

Gambar. Padi sistem hazton