Preloader Logo

Persiapan Lahan

Cover Wiki

Persiapan lahan merupakan salah satu kegiatan penting yang harus dilakukan pemilik lahan dalam memulai usaha budi daya dengan tujuan untuk menyediakan lahan yang sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat menjadi lebih baik. Dengan melakukan persiapan lahan yang sesuai anjuran diharapkan dapat meningkatkan hasil panen.

Persiapan lahan untuk budi daya padi meliputi beberapa kegiatan, yaitu sebagai berikut:

a. Sanitasi Lahan

Gambar. Lahan sawah setelah dibersihkan

Sanitasi lahan atau pembersihan lahan penting dilakukan pada awal persiapan lahan sebelum lahan diolah.

Sanitasi dilakukan pada lahan tempat budi daya dan lingkungan sekitar lahan, seperti pada; saluran irigasi – drainase, di dalam parit, maupun di area jalan sekitar lahan.

Sanitasi lahan dilakukan terhadap sumber kontaminan seperti:

  1. Tumbuhan liar yang berpotensi menghambat pertumbuhan tanaman,

  2. Gulma (gulma daun lebar, tekian, rumput) yang berpotensi sebagai inang hama dan penyakit,

  3. Sisa – sisa tanaman yang tertinggal setelah masa panen sebelumnya (akar, daun, batang) baik yang masih hidup ataupun sudah mati,

  4. Materi lain yang berpotensi mengganggu pertumbuhan tanaman (bebatuan, kerikil, sampah plastik, kaca, botol, dan lain sebagainya).

Gambar. Sanitasi dengan cara mekanis

Gambar. Sanitasi dengan carac kimiawi

Tabel 1. Rekomendasi metode sanitasi lahan

No

Metode

Alat

Teknis Sanitasi Lahan

1

Mekanis

Parang, cangkul, atau gancu, karung/kantong plastik.

Sumber kontaminan dan material pengganggu pertumbuhan tanaman dapat dihancurkan atau dibuang di luar area lahan atau untuk jenis tumbuhan liar, dan sisa tanaman dapat dimanfaatkan sebagai mulsa organik atau bahan pembuatan pupuk kompos.

2

Kimiawi

Sprayer, APD (Alat Perlindungan Diri), alat bajak (moldboard, hydrotiller, rotovator untuk mengubur gulma dan mempercepat proses dekomposisi)

  • Sanitasi terhadap sumber kontaminan pada lahan berskala luas dapat dilakukan secara kimiawi.

  • Herbisdia yang digunakan yaitu herbisida berbahan aktif isopropilamina glifosat dengan dosis 2-4 liter/ha (sesuai anjuran pada kemasan) atau 400-500 larutan semprot/ha mampu menekan pertumbuhan gulma total maupun per-golongan.

  • Setelah aplikasi glifosat, lahan digenangi air selama 2-3 hari. Pertahankan genangan air pada ketinggian 2-3 cm selama kurang lebih 3−7 hari atau sampai tanah cukup lunak dan sesuai untuk peralatan yang akan digunakan untuk sanitasi dan mengolah lahan.

  • Selanjutnya biarkan tanah terendam setidaknya selama dua minggu. Biarkan air mengalir secara alami untuk memungkinkan benih gulma dan benih sisa tanaman tumbuh. Lamanya waktu penggenangan air tergantung pada populasi gulma dan kondisi tanah.

b. Pemberian Bahan Organik dan Pupuk Dasar pada Tanah

Pemberian Bahan Organik

Pemberian bahan organik dapat meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, dan di saat musim kemarau dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air. Pupuk organik yang diberikan pada lahan berupa pupuk kandang dan pupuk hijau. Berikut uraian dosis, waktu dan cara pemberian bahan organik untuk padi:

1. Pupuk Kandang

Gambar. Sumber pupuk kandang

Sumber bahan: Kotoran ternak sapi atau ternak kambing.

Produk: Pupuk kompos atau pupuk bokashi. Dosis pupuk kandang untuk tanaman padi: 1-2 ton/ha

*) Pemberian dapat disesuaikan dengan faktor kesuburan tanah dan jumlah ketersediaannya.

Waktu aplikasi pupuk kandang dapat dilakukan bersamaan dengan pembajakan tanah pertama, kemudian dibiarkan minimal 4 minggu hingga pupuk kandang terdekomposisi dengan optimal.

Cara pemberian pupuk kandang dalam bentuk padat yaitu dengan dihamparkan di atas permukaan tanah dan ditaburkan membentuk larikan atau garis kemudian diaduk merata dengan cangkul atau alat bajak.

*)Pupuk kandang yang digunakan harus yang sudah matang atau telah terferementasi dengan sempurna agar tidak menjadi sumber patogen.

2. Pupuk Hijau

Sumber bahan: Sisa – sisa tanaman, jerami padi panen sebelumnya, tumbuhan kacang – kacangan, dan Azolla pinata.

Produk: Pupuk kompos atau pupuk bokashi

Dosis pupuk hijau untuk tanaman padi: sama dengan dosis pupuk kandang.

Waktu dan cara pemberian sama seperti pemberian pupuk kandang.

*) Pemberian pupuk hijau dapat dilakukan bersamaan dengan pupuk kandang atau dapat juga dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk kandang jika ketersediaan pupuk kandang tidak mencukupi kebutuhan.

Pemberian Pupuk Dasar

1. Pengapuran

Pelaku usaha tani disarankan melakukan pengecekan pH tanah sebelum pengolahan lahan. Pada jenis tanah Aluvial yang mengandung banyak Alumunium (Al) dan Besi (Fe) yang mengakibatkan pH tanah menjadi masam, yaitu dengan tingkat kemasaman 5,3-5,8 untuk tanah Aluvial.

Rekomendasi yang diberikan adalah melakukan kegiatan pengapuran untuk meningkatkan pH tanah agar menjadi netral (pH tanah netral untuk tanaman padi yaitu pH 6-7) dan tanaman dapat tumbuh dengan optimal.

Pada tanah yang masam, pengapuran tidak disarankan dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk anorganik yang bersifat masam seperti ZA, ZK, KCl, Amonium Sulfat, dan Urea karena akan menimbulkan reaksi yang dapat menurunkan pH tanah.

*) Jika akan dilakukan pengapuran bersamaan dengan pupuk anorganik, disarankan untuk menggunakan pupuk yang mengandung Calsium Amonium Nitrat (CAN).

Rekomendasi jenis kapur: Dolomit (CaMg(CO3)2) yang memiliki fungsi ganda karna mengandung Kalsium sekaligus Magnesium.

Dosis dolomit untuk tanaman padi: 1-2 ton/ha

*) Disesuaikan dengan pH tanah awal. Untuk meningkatkan pH tanah masam 1 poin membutuhkan 2 ton dolomit/ha.

 

Misalnya: dari pH tanah 3 menjadi 6, maka dolomit yang diberikan sebanyak (6-3) x 2 ton/ha = 6 ton/ha

Waktu aplikasi dolomit dilakukan saat pengolahan tanah.

Cara pemberian dolomit yaitu dengan dengan dihamparkan di atas permukaan tanah dengan kondisi air macak-macak. Aliran air irigasi dihentikan dahulu selama aplikasi dolomit selama 1-2 hari agar tidak terbawa arus air.

2. Pupuk Anorganik

varietas, jenis tanah, lokasi, jenis pupuk, sistem tanam.

Tabel 2. Jenis dan dosis pupuk dasar untuk padi lahan sawah dan lahan kering

Kondisi lahan

Jenis dan Dosis

a. Lahan Sawah

  • 150 kg/ha NPK Phonska, Atau

  • 150 kg/ha NPK Phonska + 25 kg Urea, Atau

  • 50 kg/ha Urea + 50 kg/ha TSP/SP-36 + 40 kg/ha KCl

b. Lahan Kering

  • 50 kg/ha Urea + 50 kg/ha TSP/SP-36 + 40 kg/ha KCl

Gambar. Pemberian pupuk dasar secara disebarkan

Waktu aplikasi pupuk anorganik sebagai pupuk dasar yaitu dilakukan pada 7-10 hari setelah pindah tanah atau setelah tanam (HST/HSPT)

Cara pemberian pupuk dasar anorganik yaitu disebarkan sesuai alur/baris tanaman atau ditugal/ditempatkan dalam lubang dekat perakaran kemudian ditutup tanah.

c. Pengolahan Tanah

Proses pengolahan tanah biasanya melalui tahapan (1) membajak untuk "mengolah" atau menggali, mencampur, dan membalikkan tanah; (2) penggarukan untuk memecah gumpalan tanah menjadi massa yang lebih kecil dan memasukkan sisa tanaman, dan (3) meratakan lahan.

Pengolahan Tanah Metode Basah

1. Memperbaiki dan membuat tanggul/pematang

Gambar. Pembuatan pematang sawah Tanggul/pematang penting untuk menahan dan menampung air, terutama di daerah dengan pasokan air yang tidak pasti.

Aturan pembuatan tanggul (pematang):

  • Pematang dibuat tidak lebih lebar dan lebih tinggi dari 50 cm x 30 cm di sekeliling lahan.

  • Namun jiika lokasi sawah terdapat hama tikus, pematang dibuat dengan ukuran 30 cm x 30 cm.

  • Pastikan bahwa pematang dipadatkan dengan baik dan ditutup dengan benar, tanpa retakan, dan lubang. Hal tersebut akan meminimalkan kehilangan air melalui rembesan (terutama di lahan miring).

  • Sesuaikan tinggi pematang menjadi 3-5 cm untuk menyimpan kedalaman air yang sama. • Pertahankan ketinggian ini untuk memastikan kapasitas penyimpanan air yang cukup terutama selama musim hujan.

2. Mengairi dan Penggenangan lahan I

Lahan sawah yang telah disemprot dengan herbisida (sanitasi lahan), dialiri air dan digenangi setinggi 2-3 cm selama kurang lebih 3-7 hari atau hingga cukup lunak dan sesuai untuk peralatan yang akan digunakan untuk pengolahan lahan.

3. Pengolahan tanah primer

Pengolahan tanah primer dilakukan saat tanah dalam kondisi cukup basah, hehingga memungkinkan untuk dibajak. Proses ini dilakukan segera setelah panen atau pada awal musim berikutnya (tergantung pada kelembapan tanah dan ketersediaan air).

Gambar. Proses pengolahan tanah primer

  • Waktu pengolahan tanah primer harus diselesaikan dalam 2-3 minggu sebelum penanaman padi.

  • Alat yang digunakan: traktor 4 roda/traktor 2 roda atau menggunakan tenaga hewan dengan perlengkapan bajak moldboard, bajak cakram, dan rotovator.

Cara pengolahan tanah primer:

  • Pertama buat lintasan di sepanjang tepi bidang dengan pola searah jarum jam.

  • Untuk tahap kedua, bergerak berlawanan arah jarum jam dan selesaikan di tengah.

  • Tanah harus dibajak hingga mencapai kedalaman yang wajar (10−20 cm dari tanah yang dibudi dayakan) dengan ukuran gumpalan yang bervariasi, dan untuk membunuh gulma dengan mengubur atau membuka akarnya.

4. Mengairi dan Penggenangan lahan II

5. Pengolahan tanah sekunder

6. Peralatan lahan dan genangan air

Pengolahan Metode Kering

Persiapan pengolahan lahan kering biasanya dilakukan untuk padi gogo, tetapi juga bisa dilakukan untuk padi sawah dataran rendah. Dalam metode ini, tanah tidak tergenang dan tidak ada air yang mengalir di lahan.

Persiapan pengolahan lahan kering adalah pilihan yang baik ketika tenaga kerja dan air langka atau ketika anda membutuhkan waktu singkat di antara tanaman. Namun, budi daya dengan metode kering dapat mengurangi kesuburan tanah dan sebaiknya hanya dilakukan jika penyiapan lahan basah bukan merupakan pilihan.

1. Memperbaiki dan membuat tanggul/pematang

Proses memperbaiki dan membuat tanggul/pematang pada metode kering sama dengan pengolahan lahan metode basah.

2. Pengolahan tanah primer

Proses pengolahan lahan primer pada metode kering sama dengan pengolahan lahan metode basah.

3. Pengolahan tanah sekunder

Gambar. Proses pengolahan lahan sekunder metode kering

  • Pada proses ini alat yang digunakan adalah alat cakram garpu, cakram pemotong dengan traktor roda empat atau roda dua yang terpasang rotovator.

  • Buatlah satu lintasan dengan menggunakan cakram garpu tajam dan kemudian gunakan rotovator untuk mengolah tanah.

  • Saat menggunakan traktor roda empat, lakukan 2 kali lintasan melintasi lahan.

  • Jika tenaga kerja tersedia, pengolahan tanah sekunder dapat dilakukan sebanyak 1-3 kali.

  • Pastikan untuk melakukan semua operasi pengolahan tanah sekunder dalam 2-3 hari setelah setiap kegiatan untuk mencegah gulma dan benih tanaman sisa berkecambah.

4. Peralatan lahan

Perataan tanah pada lahan kering sama dengan proses perataan lahan basah Proses perataan sebaiknya dilakukan 2 hari sebelum tanam.

Proses ini alat yang digunakan adalah power tiller dengan papan kayu terpasang.

Biasanya diperlukan waktu sekitar 8 jam untuk meratakan 1 ha lahan. Setelah perataan tanah, lakukan pengolahan tanah dengan kedalaman 1-3 cm untuk mengurangi kepadatan tanah.

5. Biarkan kemunculan gulma

Biarkan gulma muncul setidaknya selama 2 minggu, kemudian lakukan pengendalian gulma dengan herbisida non-selektif, seperti glifosat. Baru setelahnya penanaman dapat dilakukan.

Teknik lain yang bisa diterapkan untuk pengolahan lahan metode kering:

1. Pengolahan tanah minimum

Pengolahan tanah minimum adalah praktik persiapan lahan yang meminimalkan gangguan tanah dengan mengurangi jumlah lintasan pengolahan tanah.

Teknik ini paling baik untuk lahan yang tidak memiliki tekanan gulma yang berat, terutama untuk gulma tahunan.

Alat yang digunakan pada teknik ini adalah rotovator dan cakram garpu yang dipasang di traktor. Teknis melakukannya yaitu sebagai berikut:

  • Sebelum melakukan pengolahan tanah minimum pastikan tanah memiliki kelembaban optimal untuk mengolah, bajak tanah sebanyak 1−2 kali sehingga ukuran gumpalan harus maksimal 2−3 cm.

  • Untuk kondisi yang sangat kering, perlu mengairi lahan selama 5−7 hari sebelum mengolah tanah.

  • Dengan pengolahan tanah yang minimal, petani mampu (1) menghasilkan hasil yang lebih tinggi, (2) mengurangi biaya produksi, dan (3) mengurangi erosi dan bentuk lain dari degradasi lahan.

2. Tanpa pengolahan tanah

Keputusan apakah akan melakukan penengolah tanah atau tidak tergantung pada faktor-faktor spesifik lokasi, seperti kebutuhan untuk meratakan dan risiko serangan hewan pengerat.

Dalam teknik tanpa pengolahan lahan, gulma yang ada harus dimusnahkan dengan herbisida non-selektif, seperti glifosat. Dalam situasi di mana infestasi gulma tidak seragam, gunakan herbisida sebagai pengendali gulma yang efektif.

Gunakan herbisida 2−3 hari sebelum tanam, pada saat gulma tumbuh aktif dan tidak mengalami stres. Jika gulma berada di bawah tekanan kelembaban, perlu dilakukan penggenangan lahan selama 5−7 hari sebelum menggunakan herbisida untuk membunuh gulma yang lebih baik.