Preloader Logo

Pengendalian Hama dan Penyakit

Cover Wiki

Maksud dan Tujuan


Keberadaan hama dan penyakit pada pertanaman budi daya menjadi hal yang perlu diperhatikan karena akan sangat menentukan keberhasilan dari kegiatan budi daya. Keberadaan hama dan penyakit jika tidak dikelola dengan bijak maka dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan ekologi. Pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan jika populasi hama atau intensitas kerusakan akibat penyakit telah berada diatas ambang ekonomi (AE) dimana jika tidak dikendalikan akan terjadi kerugian dalam usaha pertanian.

Gambar. Hama Ulat Menyerang Pertanaman Sawi

Definisi


Hama adalah semua hewan dari jenis serangga, moluska, tungau, pengerat, unggas, atau mamalia besar yang aktivitas hidupnya mengganggu atau merusak tanaman budi daya sehingga menimbulkan kerugian secara ekonomis. Sementara itu, penyakit tanaman adalah kondisi dimana sel dan jaringan tanaman tidak berfungsi secara normal yang ditimbulkan karena gangguan secara terus menerus oleh agen patogen atau faktor lingkungan dan akan menghasilkan perkembangan gejala.

Pengendalian hama dan penyakit merupakan serangkaian kegiatan untuk mengkondisikan tanaman agar terbebas dari gangguan hama dan penyakit melalui berbagai teknik dan pendekatan jika kondisi serangan di pertanaman sudah berada diatas ambang ekonomi. Ambang ekonomi adalah batas populasi hama dan kondisi penyakit yang telah menimbulkan kerusakan yang lebih besar dari pada biaya pengendalian.

Ragam Jenis


Tabel. Jenis hama yang menyerang pertanaman budi daya

No

Jenis Hama

Contoh Hama

Kerusakan yang ditimbulkan

1

Mamalia

Tikus, Babi Hutan, Tupai, Kelelawar, Monyet, dan lain-lain

Kerusakan seluruh tanaman, umumnya menyerang buah dan umbi.

2

Unggas (Aves)

Ayam, Burung, Angsa, dan lain-lain

Umumnya menyerang buah/bulir pada tanaman menghasilkan; Ayam, Angsa dan bebek dapat menyerang semua organ tanaman di setiap fase pertumbuhan.

3

Serangga (Insect)

Wereng, Belalang, Ulat, Kutu, Kumbang, Ulat Penggerek, dan lain-lain

Dapat menyerang seluruh bagian tanaman mulai dari umbi, akar, batang, daun dan buah; Pada pertanaman budi daya, serangan dari hama ini umumnya menyebabkan kerugian yang dominan dibanding serangan dari hama jenis lain.

4

Moluska

Keong, Bekicot, Siput

Umumnya menyerang tanaman pada fase awal pertumbuhan, menyebabkan kerusakan signifikan jika tidak dikendalikan dengan baik.

5

Crustacea

Kepiting

Umumnya menyerang tanaman pada fase awal pertumbuhan, menyebabkan kerusakan signifikan jika tidak dikendalikan dengan baik.

Untuk menekan kerugian secara ekonomi dan ekologi akibat serangan hama, maka pengendalian hama harus dilakukan secara bijak. Pengendalian hama terpadu menjadi cara yang baik dalam mengendalikan hama di pertanaman.

Tabel. Komponen pengendalian hama terpadu beserta contoh tindakan

No

Komponen Pengendalian Hama Terpadu

Deskripsi

Contoh Tindakan

1

Pengendalian secara fisik

Pengendalian hama secara fisik merupakan upaya atau usaha dalam memanfaatkan atau mengubah faktor lingkungan fisik sehingga dapat menurunkan populasi hama dan penyakit.

Pemanasan, pembakaran, pendinginan, pembasahan, pengeringan, lampu perangkap, radiasi sinar infra merah, gelombang suara dan penghalang/pagar/barier.

2

Pengendalian secara mekanik

Pengendalian yang dilakukan secara manual oleh manusia. pengendalian secara mekanik dapat dilakukan dengan cara yang sederhana, membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan waktu yang lama, efektifitas dan efisiensinya rendah, tetapi tidak berpengaruh negatif terhadap lingkungan.

Pengumpulan hama dan telurnya menggunakan tangan; Rogesan (pemotongan pucuk tebu yang terserang penggerek pucuk tebu (Scirpophaga nivella)); Memangkas cabang, ranting atau bagian tanaman lainnya yang terserang hama atau penyakit; Rampasan (pengumpulan seluruh buah ketika terjadi serangan berat penggerek buah kopi (Stephanoderes hampei)); Gropyokan (perburuan hama tikus di suatu daerah yang luas secara serentak); Pemasangan perangkap hama dan Pembungkusan buah.

3

Pengendalian kultur teknik

Pengendalian hama dan penyakit melalui sistem atau cara dalam bercocok tanam.

Mengurangi kesesuaian ekosistem hama dengan melakukan sanitasi, modifikasi inang, pengelolaan air, dan pengolahan lahan, mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan hidup hama, yaitu dilakukan dengan cara pergiliran tanaman, pemberian dan penanaman serempak pada suatu wilayah yang luas; Pengalihan populasi hama menjauhi pertanaman, misalnya dengan menanam tanaman perangkap, pengurangan dampak kerusakan oleh hama dengan cara mengubah toleransi inang.

4

Pengendalian dengan varietas tahan

Keuntungan teknik ini adalah tidak membutuhkan biaya yang mahal, efektif dan aman bagi lingkungan, akan tetapi pengendalian dengan varietas tahan juga memiliki kelemahan dan kekurangan, yaitu harga benih/bibit yang mahal. Jika ditanam dalam jangka waktu yang panjang, sifat ketahanannya patah.

Penggunaan benih kedelai tahan serangan ulat penggerek batang

5

Pengendalian secara hayati

Pengendalian secara hayati adalah pengendalian hama atau penyakit dengan memanfaatkan agens hayati (musuh alami) yaitu predator, parasitoid, maupun patogen hama.

Predator (binatang yang ukuran tubuhnya lebih besar sebagai pemangsa yang memakan binatang yang lebih kecil sebagai mangsa), contohnya memanfaatkan ular sebagai predator hama tikus atau kumbang coccinelid sebagai pemangsa kutu daun; Parasitoid (binatang yang hidup diatas atau didalam tubuh binatang lain yang lebih besar yang merupakan inangnya), contoh trichoderma sp, sebagai parasit telur penggerek batang padi; Patogen hama (mikroorganisme penyebab penyakit organisme hama) organisme tersebut meliputi nematoda, protozoa, rickettsia, bakteri atau virus, contoh paecilomyces sp. jamur patogen telur nematoda puru akar.

6

Pengendalian dengan peraturan/regulasi/karantina

Pencegahan penyebaran/perpindahan dan penularan organisme pengganggu tanaman melalui kebijakan perundangan yang ditetapkan oleh pemerintah.

UU no. 16 th 1992 : karantina hewan, ikan dan tumbuhan; PP no. 6 th 1995 : perlindungan tanaman; PP no. 14 th 2000 : karantina tumbuhan.

7

Pengendalian secara kimiawi

Pengendalian hama secara kimiawi adalah alternatif terakhir apabila cara-cara pengendalian yang lain tidak mampu mengatasi peningkatan populasi hama yang telah melampaui ambang kendali. tujuan penggunaan pestisida merupakan koreksi untuk menurunkan populasi hama atau penyakit sampai pada batas keseimbangan. Penggunaan pestisida harus tepat sasaran, tepat dosis dan tepat waktu.

Penggunaan Insektisida, rodentisida, moluskisida

Ketersediaan pestisida di pasaran sangatlah majemuk, berbagai pestisida dengan berbagai macam bahan aktifnya beredar luas di pasaran. Pengendalian hama secara kimiawi harus memperhatikan bahan aktif yang sesuai untuk mengendalikan hama sasaran. Bahan aktif yang tidak sesuai maka dapat menyebabkan kegagalan dalam upaya pengendalian.

Tabel. Bahan aktif pestisida kimia sebagai upaya pada pengendalian hama

No

Bahan Aktif

Hama Sasaran

Contoh Merk Dagang

1

Abamectin

Serangga kutu putih, kutu kebul, kutu daum, thrip, ulat penggerek batang (sundep/beluk), dan wereng.

Abacel 18EC, Alfamek 18EC, Demolish 18EC, dan lain-lain

2

Sipermetrin

Ulat grayak, penggerek buah, penghisap buah, penggerek pucuk, dan wereng coklat.

Rizotin, Matarin, dan lain-lain

3

Dimehipo

Wereng batang coklat, ulat penggerek batang, ulat daun, dan belalang.

Spontan, Taruna, dan lain-lain

4

Karbofuran

Ulat penggerek batang, cacing, dan ulat.

Furadan, Sidafur, Bariel, dan lain-lain

5

Metomil

Ulat daun, thrips, kutu putih, dan semut.

Lannate, metin, metindo, dan lain-lain

6

Asefat

Ulat grayak, ulat daun, orong - orong, wereng, belalang, dan lain-lain.

Manthene 75SP, Sidasat 75 SP

7

Diazinon

Ulat penggerek batang, cacing, dan ulat.

Diazinone 10GR, Sida zinon 600 EC, dan lain-lain

8

Karbosulfan

Ulat kantong, kutu daun, dan lumbang apognia.

Marshal, dan lain-lain

9

MIPC

Wereng

Mipcin, Mipcinta, dan lain-lain

10

Diafenturon

Ulat kantong, kutu daun, dan lumbang apognia.

Pegasus

11

Klorantraniliprol

Ulat perusak daun, wereng, belalang, gangsir, dan orong orong.

Prevathon, Pexalon, Plenum, dan lain-lain

12

Profenofos

Aphids, ulat, alat buah dan thrips.

Profile 430EC

13

Betasiflutrin

Perusak daun, ulat grayak, wereng, belalang, dan orong orong.

Prado 25 EC

14

Khlorpiripos

Ulat grayak, perusak daun dan thrips.

Posban 200EC

15

Metil eugenol

Lalat buah.

Petrogenol 800L

16

Dimetoat

Kutu daun, penggulung daun, dan ulat penggerek polong.

Perfection 400EC

17

Fipronil

Perusak daun, belalang, ulat, wereng, gangsir, orong orong, dan jangkrik.

Regent 50SC

18

Klorfenapir

Perusak daun, ulat grayak, ulat bulu, kepik, dan oteng oteng.

Rompes 250EC

19

Amitraz

Kutu daun, cacing, orong orong, ulat tanah, jangkrik, dan belalang.

Rotraz 200EC

20

Kadusafos

Uret, jontrot, dan penggerek batang.

Rugby 10GR

21

Piridaben

Hrip, kutu daun, dan tungau.

Samitte 135EC

22

Emamektin benzoat

Wereng, penggorok daun, dan ulet grayak.

Sapporo, Snowden 30EC

23

Imidakloprid

Aphids, persik, ulat grayak, walang sangit, dan wereng coklat.

Top Dor 10WP

24

Lipromil

Ulat penggerek batang, cacing, wereng, dan jontrot.

Polos G

25

Flufenoksuran

Kutu daun, Tungau, dan Penggorok daun.

Fartner 85E

26

Lamda sihalotrin

Tungau, kutu daun, perusak daun, wereng dan orong orong.

Matador 25EC

27

Lufenuron

Wereng, penggorok daun, dan ulet grayak.

Nagano 80EC

28

Triacotanol

Kutu daun, Tungau, dan Penggorok daun.

Fartner 85EC

29

Piperazina Hidrat

Ulat wereng.

Naga 500EC

Dalam dunia pertanian, dikenal konsep segitiga penyakit (Disease Triangle). Konsep ini merupakan konsep pemahaman terhadap penyebab penyakit tanaman yang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : 1. Inang (tanaman), 2. Patogen (penyakit), 3. Lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling terkait dan berinteraksi dalam menyebabkan suatu penyakit. Jika salah satu faktor tersebut tidak ada, maka penyakit tidak bisa muncul.

Gambar. Segitiga Penyakit

Tabel. Faktor penyebab penyakit

No

Faktor Penyebab Penyakit

Deskripsi

1

Inang (Host)

Tingkat resistensi tanaman sangat menentukan terjadinya penyakit. Tanaman dengan tingkat resistensinya yang rendah (rentan) sangat mudah terserang penyakit jika dibandingkan dengan tanaman dengan tingkat resistensi yang tinggi

2

Patogen

Patogen dengan tingkat virulensi atau keganasan yang tinggi akan lebih mudah menginfeksi tanaman yang artinya akan mempermudah terjadinya penyakit pada tanaman.

3

Lingkungan

Lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan patogen sementara bagi tanaman kurang mendukung akan mempercepat terjadinya penyakit.

Selain serangan hama, serangan penyakit juga tidak kalah penting untuk diperhatikan. Tanaman yang sakit dapat dilihat dari gejala yang timbul. Gejala luar yang dapat dilihat pada bagian tanaman yang sakit disebut gejala morfologi.

Tabel. Gejala serangan penyakit pada tanaman

No

Gejala Morfologi Tanaman Sakit

Deskripsi

Ragam Bentuk Gejala

1

Gejala Nekrosis

Kondisi cedera pada sel yang mengakibatkan kematian dini sel-sel dan jaringan hidup.

Busuk, bercak (spot), hawar (blight), rebah kecambah (damping-off), mati pucuk (dieback)

2

Gejala Hipoplasis

Kegagalan organ tanaman untuk berkembang secara penuh.

Kerdil, bulai, klorosis, mosaik

3

Gejala Hiperplasis

Pertumbuhan luar biasa pada warna, ukuran atau perkembangan dini organ tubuh.

Pembengkakan (gigantisme), kriting dan kudis (scab)

Tanaman yang terkena penyakit dapat terlihat jelas karena mengalami kerusakan sel atau bahkan matinya sel dalam tanaman. Penyakit dapat disebabkan oleh agen abiotik yang non infeksius dan tak dapat ditularkan, misalnya oleh polutan dan keadaan tanah yang buruk. Penyebab penyakit lainnya adalah agen biotik yang infeksius dan dapat ditularkan, misalnya bakteri dan cendawan. Secara umum penyebab penyakit yang menular ini disebut patogen.

Tabel. Agen penyebab penyakit tanaman dan gejala yang ditimbulkan

No

Agen Penyebab Penyakit

Ragam Agen

Gejala Yang Ditimbulkan

1

Abiotik

Suhu terlalu tinggi

Tanaman layu, nekrosis jaringan

Kelembaban tanah kurang/berlebih

Tanaman layu akibat kekurangan air atau layu akibat hipoksia

Cahaya kurang/berlebih

Etiolasi, warna daun pucat/nekrosis jika intensitas cahaya terlalu tinggi

Oksigen kurang

Tanaman layu, klorosis dan rontok, kerusakan organ akar

Defisiensi nutrisi

Klorosis,tanaman kurus, tanaman kerdil

Keracunan mineral

Gangguan pertumbuhan tanaman, kerdil, kerusakan organ, mati

pH

Klorosis, perubahan warna batang, tanaman layu, tanaman kerdil, dapat menyebabkan kematian tanaman

2

Biotik

Jamur

Busuk, bercak, hawar, tanaman layu (bagian berkas pengangkut terdapat tanda keberadaan miselia jamur)

Bakteri

Busuk, bercak, hawar, tanaman layu (terdapat oose yg keluar dari berkas pengangkut jika batang dipotong dan dicelupkan ke dalam air bening)

Virus

Mosaik pada daun, keriting, ukuran daun mengecil

Nematoda

Pembengkakan (puru), pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil

Keberadaan penyakit pada taraf tertentu akan menimbulkan kerugian secara ekonomi, oleh karena itu pengendalian penyakit menjadi salah satu hal penting yang dapat menentukan keberhasilan budi daya tanaman. Secara konsep, terdapat empat prinsip dalam pengendalian penyakit, yaitu eksklusi, proteksi, eradikasi dan imunisasi.

Gambar. Gambar Prinsip Pengendalian Penyakit

Secara teknis, pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan cara: pengendalian secara kultur teknis, secara fisis, secara mekanis, secara biologi dan secara kimiawi.

Tabel 7. Upaya perlindungan tanaman beserta contoh tindakannya

No

Upaya Perlindungan Tanaman

Deskripsi

Contoh Tindakan

1

Pengendalian penyakit secara kultur teknis

Usaha pengendalian melalui cara budi daya tanaman. Biasanya pengendalian ini bersifat preventif.

Eradikasi (memusnahkan) tanaman terserang

Rotasi (pergiliran) tanaman

Sanitasi (kebersihan lahan)

Menciptakan kondisi yang tidak cocok untuk patogen

Mulsa (penutup tanah)

2

Pengendalian Secara Fisis

Usaha menggunakan atau mengubah faktor lingk fisik sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan penurunan serangan penyakit pada tanaman.

Perlakuan panas:

Untuk benih yang terinfeksi patogen terbawa benih. Untuk tanah pembibitan atau tanah di rumah kaca agar populasi patogen dalam tanah berkurang.

Penggunaan barrier (penghalang)/ tanaman perangkap:

Menanam beberapa baris tanaman jagung atau tanaman yg lebih tinggi lainnya di sekeliling tanaman kacang-kacangan yang lebih rendah untuk mengurangi serangan patogen virus pada tan kacang-kacangan karena kutu daun sebagai vektor virus akan terhalang / berhenti pertama kali pada tanaman jagung.

3

Pengendalian secara mekanis

Pengendalian secara mekanik bertujuan untuk memindahkan bagian tanaman atau tanaman yang terserang penyakit secara langsung baik dengan menggunakan tangan atau dengan bantuan alat pertanian.

Memangkas tanaman yang sakit dan mengisolasinya untuk kemudian dibuang di tempat yang aman.

4

Pengendalian secara biologi

Bentuk pengendalian dimana organisme selain tanaman inang dan patogen dimanfaatkan untuk mengurangi kerugian yang diakibatkan serangan patogen pada tanaman inang.

Suppressive soil:

Tanah yg mampu mengurangi serangan penyakit pada tanaman. Contohnya adalah tanah yg banyak mengandung mikroba antagonis.

Penggunaan Mikroba Antagonis:

  • Trichoderma untuk patogen Rhizoctonia sp

  • Pseudomonas fluorescens untuk Rhizoctonia, Sclerotium, dan lain-lain

  • Jamur Dactylella dan Arthrobotrys untuk nematoda penyebab bengkak akar Meloidogyne sp

5

Pengendalian Penyakit Tanaman Secara Kimiawi

Pengendalian dengan menggunakan zat kimia.

Pengendalian ini biasa dilakukan dengan penyemprotan zat kimia pada bagian tanaman.

  • Perlakuan tanah dengan bahan kimia

  • Fumigasi (gas beracun)

  • Pengendalian vektor dengan insektisida

  • Penyemprotan tanaman dengan fungisida dan bakterisida

Pengendalian hama dan penyakit secara kimiawi harus dilakukan dengan cara yang benar agar efektivitas pengendalian dapat tercapai. Sama halnya dengan prinsip penerapan 5 Tepat (5T) dalam aplikasi pupuk, pengendalian hama dan penyakit secara kimia juga harus memperhatikan 5 Tepat (5T).

Tabel. Prinsip penggunaan pestisida secara bijak

No

Prinsip Penggunaan Pestisida Yang Bijak

Deskripsi

Contoh Tindakan

1

Tepat Sasaran

Untuk mengetahui sasaran aplikasi pestisida harus dilakukan pengamatan terlebih dahulu serta harus memahami jenis, fase pertumbuhan dan tingkat serangan hama serta musuh alaminya.

Tanaman kubis terlihat berlubang setelah diidentifikasi ternyata terjadi serangan ulat secara masif, kerusakan sudah diatas ambang kendali sehingga perlu dikendalikan.

2

Tepat Jenis Pestisida

Harus diketahui jenis pestisida yang digunakan disesuaikan dengan dengan jenis hama.

Penggunaan:

Insektisida : untuk serangga

Akarisida : untuk tungau

Fungisida : untuk jamur

Bakterisida : untuk bakteri

Moluskisida : untuk siput

Rodentisida : untuk tikus

Nematisida : untuk nematode

3

Tepat Waktu Aplikasi

Pengendalian harus dilakukan tepat waktu sesuai dengan waktu yang tepat untuk pengendalian

Preventif: Aplikasi pestisida sebelum ada serangan

Kuratif: Aplikasi pestisida sesudah ada serangan

Eradikatif: Aplikasi untuk pembersihan bila ada ledakan

Aplikasi sistem kalender: Aplikasi pestisida secara berkala (misalnya seminggu sekali, dsb.), tanpa memperhatikan keberadaan

Aplikasi berdasarkan ambang pengendalian/ambang ekonomi: Aplikasi pestisida yang dilakukan bila populasi hama atau intensitas serangan penyakit telah melampaui ambang tertentu

Waktu aplikasi berdasarkan keadaan cuaca. Jangan menyemprot saat panas terik, saat angin kencang, mau turun hujan dan disaat ada embun.

4

Tepat Takaran

Dalam penyemprotan harus dicari imbangan yang cocok antara dosis dan konsentrasi. Imbangan tersebut dipengaruhi oleh volume semprot. (kg/ha, liter/ha, dsb.). Sedangkan konsentrasi merupakan jumlah pestisida yang harus dicampurkan dalam setiap liter air (gram/liter; ml/liter, dsb.)

Dalam label kemasan insektisida disebutkan bahwa dosis aplikasi insektisida tersebut adalah 100 ml/Ha, dengan konsentrasi larutan yang direkomendasikan adalah 1 ml/liter, sehingga volume semprot/jumlah larutan yang harus disemprotkan adalah 100 liter.

5

Tepat Cara Aplikasi

Aplikasi pestisida dilakukan sesuai jenis/fasa pestisida dan rekomendasi aplikasinya.

Pestisida dalam bentuk larutan pekat diaplikasikan dengan cara disemprotkan, sedangkan untuk perawatan benih, aplikasi pestisida tersebut dilakukan dengan cara mencampur dengan benih agar benih terselimuti pestisida.

Terdapat beberapa prinsip dasar takaran pestisida yang harus dipahami oleh aplikator pestisida kimia, khususnya pestisida yang diaplikasikan dengan cara disemprot. Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi dosis, konsentrasi dan volume semprot.

  • Dosis adalah Jumlah pestisida yang dibutuhkan untuk pengendalian OPT per satuan luas lahan (kg/ha; liter/ha; ml/ha)

Dosis=(Jumlah Pestisida)/(Luas Lahan)

  • Konsentrasi adalah kepekatan atau jumlah pestisida yang harus dilarutkan sebelum diaplikasikan.

Konsentrasi=(Jumlah Pestisida)/(Jumlah Pelarut (air))

  • Volume semprot adalah jumlah larutan pestisida (pestisida dan air) yang harus disemprotkan per satuan luas lahan.

    > Volume semprot tinggi : >150 Liter/Ha
    > Volume semprot rendah :20-150 Liter/Ha
    > Volume semprot ultra rendah : 1-5 Liter/Ha

Selain memahami prinsip dasar dalam aplikasi pestisida, aplikator juga harus memahami informasi dalam label kemasan pestisida baik dalam bentuk tulisan maupun simbol piktogram. Dengan memahami informasi dalam label kemasan pestisida tersebut diharapkan keamanan dan keselamatan aplikator dan lingkungan dapat terjaga.

Tabel. Simbol piktogram pada label kemasan pestisida

No

Piktogram

Deskripsi

Simbol

1

Simpan di tempat terkunci, jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Pestisida harus disimpan dalam wadahnya dengan tertutup rapat, ditaruh dalam tempat yang khusus dan terkunci serta aman bagi siapapun, terutama anak-anak (tidak mudah dijangkau anak-anak).

2

Konsentrat cair

Pestisida tersebut formulasi atau bentuknya berupa cairan.

3

Konsentrat kering

Formulasi pestisida tersebut dalam bentuk padatan, seperti tepung ataupun granul.

4

Aplikasi menggunakan sprayer punggung

Dalam mengaplikasikan pestisida yang dimaksud harus menggunakan sprayer atau dengan cara disemprotkan.

5

Gunakan sarung tangan

Dalam penggunaan pestisida harus menggunakan pakaian pelindung diantaranya adalah sarung tangan. Bahan pembuat sarung tangan harus terbuat dari bahan yang tidak tembus air. Yang paling baik adalah terbuat dari bahan nitril.

6

Gunakan pelindung mata

Dimaksudkan agar percikan pestisida tidak mengenai mata. Bisa berupa kacamata, spray shield (perisai semprot) atau goggles (kacamata semprot).

7

Gunakan pakaian/perlengkapan pelindung

Apabila mau mengaplikasi pestisida hendaknya memakai pakaian pelindung. Pakaian pelindung sederhana bisa terdiri dari celana panjang dan kemeja lengan panjang yang terbuat dari bahan yang cukup tebal dan tenunannya rapat.

8

Celemek (appron)

Appron disarankan digunakan untuk semua jenis penyemprotan dan harus digunakan ketika menyemprot tanaman yang tinggi. Appron dapat terbuat dari kulit sintesis atau plastik.

9

Cuci tangan dan muka sesudah aplikasi

Setelah mengaplikasi pestisida harus sesegera mungkin mencuci tangan dengan sabun sampai bersih. Diusahakan mandi dan berganti pakaian.

10

Gunakan sepatu bot

Pemakaian alat pelindung diri memakai sepatu bot digunakan pada saat menyemprot di lahan kering.

11

Gunakan masker

Ada saat aplikasi pestisida baik saat mencampur maupun menyemprot sebaiknya menggunakan masker untuk menutupi mulut dan lubang hidung.

12

Gunakan respirator atau topeng gas

Perlengkapan ini digunakan saat aplikasi pestisida berbentuk gas yang didesain khusus.

13

Berbahaya bagi hewan ternak

Pestisida yang dimaksud dapat membahayakan keselamatan hewan piaraan atau ternak.

14

Berbahaya bagi ikan, jangan mencemari perairan

Pestisida ini dapat meracuni perairan dan habitat yang terdapat di air seperti ikan.