Preloader Logo

Panen dan Pascapanen Padi

Cover Wiki

Kegiatan panen dan pascapanen pada komoditas padi terdiri dari rangkaian proses seperti teknis pemanenan, pemotongan/menuai padi, perontokan, mengukur kadar air, pembersihan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan, hingga pemanfaatan produk sampingan dari budi daya padi.

Berikut uraian teknis kegiatan panen dan pascapanen pada komoditas padi:

Persiapan Pemanenan

Pemanenan adalah proses mengumpulkan tanaman padi yang sudah matang dari lahan budi daya. Kegiatan pemanenan padi meliputi pemanenan, penumpukan, penanganan, perontokan, pembersihan, hingga pengangkutan.

Persiapan pemanenan padi melibatkan beberapa langkah penting, yaitu sebagai berikut:

  1. Memantau kematangan tanaman

    Memantau kematangan tanaman bisa dilakukan dengan mengamati keragaan tanaman seperti batang, daun dan biji yang dihasilkan tanaman padi. Tanaman padi yang siap panen ditandai dengan 95% gabah sudah menguning dan daun bendera telah mengering. Umur optimal malai yaitu 30-35 hari yang terhitung sejak hari setelah berbunga (HSB). Kadar air saat panen padi yang diinginkan yaitu 20-25%. Pengukuran kadar air bisa dilakukan dengan mengambil sampel biji padi kemudian diukur menggunakan alat moisture tester content. Padi yang siap panen juga memiliki presentase kerontokan gabah 16-30%, yang dapat diukur dengan meremas malai dengan tangan

Gambar. Tanaman padi yang siap dipanen

  1. Mengecek perkiraan cuaca an waktu panen

    Waktu panen dilakukan dengan melihat kesiapan biji yang akan dipanen. Setiap varietas bisa berbeda umur panennya. Panen sebaiknya dilakukan saat tidak hujan atau cuaca cerah. Untuk itu perlu juga memantau perkiraan cuaca agar dapat membantu meminimalisir kadar air yang tinggi, sehingga hasil panen tidak mudah rusak dan menurun kualitasnya.

    Gambar. Perkiraan cuaca dan suhu

  2. Memilih dan memastikan peralatan yang tepat

    Berbagai macam alat yang dapat disiapkan yaitu seperti pisau, arit, hewan, mesin perontok stasioner, pemanen yang dipasang di traktor, dan pemanen gabungan yang digerakkan sendiri. Kondisi alat yang akan digunakan harus dalam kondisi baik dan memiliki kapasitas yang cukup untuk menangani volume padi yang akan dipanen.

    Peralatan yang digunakan harus bersih dari sisa-sisa panen sebelumny dan tajam untuk memotong tanaman padi, agar meminimalisir kehilangan hasil panen. Petani atau pemanen dianjurkan menggunakan perlengkapan yang aman untuk melindungi diri dari kecelakaan kerja, seperti menggunakan pakaian tertutup, alas kaki yang memadai (sepatu boot), topi/caping, masker dan sarung tangan yang nyaman untuk melindungi diri dari panasnya sinar matahari dan iritasi kulit.

Gambar. Panen padi menggunakan alat tradisional: arit (kiri) dan menggunakan mesin padi tipe tangan (kanan)

  1. Mempersiapkan tenaga kerja untuk panen yang terampil

    Tenaga kerja panen yang trampil harus dimiliki untuk menunjang kegiatan panen yang sukses. Kegiatan memanen padi membutuhkan pengetahuan dan keterampilan agar panen dapat dilakukan tepat waktu dan bisa memanfaatkan alat yang digunakan dengan efisien.

Gambar. Proses panen secara manual yang dilakukan petani padi

Sistem pemanenan padi di antaranya sebagai berikut:

  1. Pemanenan dan perontokan secara manual

    Proses ini menggunakan alat-alat tradisional untuk memanen (misalnya sabit, pisau) dan perontokan (misalnya rak perontok, perontok pedal sederhana dan hewan untuk diinjak-injak). Perontok pedal adalah alat sederhana untuk meningkatkan perontokan manual.

  2. Sistem semi-mekanis

    • Pemanenan manual dan perontokan mekanis

      Pemanenan manual dilakukan dengan tangan. Penggunaan perontok portabel biasanya merupakan langkah pertama dalam perontokan mekanis. Penggunaan mesin perontok stasioner kecil biasanya menggantikan perontokan manual mengingat kebutuhan tenaga kerja yang tinggi. Perontokan stasioner umumnya dilakukan di lapangan atau di dekat lapangan.

    • Pemanenan diikuti dengan perontokan mesin

      Pemotongan dan peletakan tanaman pada windrow dilakukan dengan menggunakan mesin penuai, perontokan dengan mesin perontok, dan pembersihan baik secara manual maupun dengan mesin.

  3. Pemanenan kombinasi/gabungan (Combine harvesting)

    Pemanenan jenis ini merupakan proses panen dengan menggabungkan semua operasi: memotong tanaman, memasukkannya ke dalam mekanisme perontokan, menggiling, membersihkan, dan membuang biji-bijian ke dalam gerobak curah atau langsung ke dalam kantong. Jerami biasanya dibuang di belakang pemanen di sebuah windrow.

Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran penting dilakukan untuk mencapai keuntungan yang maksimal dari penjualan hasil panen padi. Riset pasar penting dilakukan untuk mengidentifikasi target pasar, memahami preferensi pelanggan, melihat tren harga, dan menganalisis pesaing. Dengan melakukan riset pasar dapat menargetkan konsumen yang tepat, dengan cara promosi yang tepat.

Strategi pemasaran hasil panen padi (beras) yang efektif untuk diterapkan yaitu sebagai berikut:

  1. Strategi produk

    Strategi produk mencakup kualitas (sesuai standar mutu), desain produk (branding), fitur, variabel produk, kemasan, ukuran, pelayanan, garansi serta pengembalian/retur.

    • Kualitas produk harus sudah memenuhi standar yang ditetapkan. Menurut SNI 6128:2020, beras harus memenuhi persyaratan mutu umum dan mutu khusus.

      Penjualan beras jenis premium secara dominan dipengaruhi oleh kualitas produk yang dimiliki. Untuk mengetahui kualitas produk beras yang akan dijual diperlukan pengujian dan pemantauan secara teratur dan berkala selama proses budi daya (penanaman hingga pemanenan), serta mengikuti praktik terabik untuk penanganan pascapanen.

      Syarat umum beras meliputi:

      a. Bebas hama dan penyakit

      b. Bebas bau apak, asam atau bau asing lainnya

      c. Bebas dari campuran dedak dan bekatul untuk beras sosoh

      d. Derajat sosoh minimal 95% untuk beras sosoh

      e. Kadar air maksimal 14%

      f. Bebas dari bahan kimia yang membahayakan dan merugikan, serta aman bagi konsumen.

    Persyaratan khusus beras non-organik dan organik (Tabel 1)

    Tabel 1. Syarat khusus beras non-organik dan organikk (SNI 6128:2020)

    No

    Komponen Mutu

    Satuan

    Kelas Mutu

    Premium

    Mediaum

    1

    2

    1

    Beras kepala (min) 

    %

    85,00

    80,0

    75,00

    2

    Butir patah (maks) 

    %

    1,50

    18,00

    22,00

    3

    Butir menir (maks) 

    %

    0,50

    2,00

    3,00

    4

    Butir meraha/putihb/hitamc (maks) 

    %

    0,50

    2,00

    3,00

    5

    butir rusak (maks)

    %

    0,50

    2,00

    3,00

    6

    Butir kapur (maks)

    %

    0,50

    2,00

    3,00

    7

    benda asing (maks)

    %

    0,01

    0,02

    0,03

    8

    Butir gabah (maks)

    Butir/100g

    1,00

    2,00

    3,00

    auntuk beras putih atau beras ketan (beras ketan hitam dan beras ketan putih 

    buntuk beras merah dan beras hitam 

    cuntuk beras merah 

  • Branding yang efektif dapat membantu membangun loyalitas pelanggan, meningkatkan pengenalan produk, dan membedakan produk dari para pesaingnya. Strategi branding harus dikembangkan berdasarkan pemahaman yang mendalam tentang preferensi, sikap, dan perilaku target pasar. Salah satu aspek penting dari branding adalah mengembangkan nama dan logo unik yang mencerminkan proposisi penjualan produk yang unik. Nama dan logo harus mudah diingat dan mudah dikenali, dan harus mengkomunikasikan manfaat dan fitur utama produk.

  • Desain kemasan menjadi aspek penting lain dari branding. Desain kemasan harus menarik secara visual, mudah dikenali, dan mencerminkan proposisi penjualan produk yang unik. Upaya pemerintah dalam melindungi konsumen (khususnya konsumen beras) adalah dengan mewajibkan pencantuman label pada kemasan beras. Selain desain yang menarik, pendaftaran label sebelum memperdagangkan beras dalam kemasan wajib untuk dilakukan. Hal ini juga untuk menjaga kepercayaan konsumen terhadap produk yang dibelinya.

Gambar. Contoh kemasan beras

Berdasarkan Permendag No. 59 Tahun 2018 tentang Kewajiban Pencantuman Label Kemasan Beras, label kemasan beras harus mencantumkan merek beras, jenis beras (premium, medium, atau khusus, termasuk persentase butir patah dan derajat sosoh beras), keterangan campuran (dalam hal beras dicampur dengan varietas beras lain), berat/isi bersih (Netto) dalam satuan kg atau gram, tanggal pengemasan, nama dan alamat pengemas atau importir beras, logo tara pangan dan kode daur ulang.

  • Ukuran kemasan penting ditentukan karena berkaitan dengan kebutuhan dari konsumen.

Gambar. Contoh kemasan beras dengan berbagai ukuran kemasan

  1. Strategi harga

    Permintaan pasar dan tren harga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kondisi cuaca, tren ekonomi lokal dan nasional, dinamika penawaran dan permintaan, serta kebijakan pemerintah.

    Tabel 2. Sepuluh provinsi dengan rata-rata harga beras tertinggi (Maret 2023)

    No

    Provinsi

    Harga Beras Premium Tertinggi(Rp/kg)

    Provinsi)

    Harga Beras Medium Tertinggi (Rp/kg)

    1

    Sumatera Barat

    16.048

    Sumatera Barat

    13.943

    2

    Kaliantan Selatan

    15.686

    Papua Barat

    13.914

    3

    Kalimantan Tengah

    15.671

    Kalimantan Selatan

    13.902

    4

    Maluku Utara

    15.283

    Kalimantan Utara

    13.619

    5

    Papua

    15.267

    Maluku

    13.307

    6

    Maluku

    14.819

    Sulawesi Tengah

    13.119

    7

    Kalimantan Barat

    1.752

    Kalimantan Tengah

    13.079

    8

    Riau

    14.679

    Papua

    12.898

    9

    Kalimantan Utara

    14.500

    Gorontalo

    12.840

    10

    NTT

    14.474

    Sumatera Utara

    12.71

  2. Strategi tempat

    Menentukan saluran distribusi pemasaran merupakan strategi penting pemasaran untuk hasil panen padi. Saluran pemasaran yang berbeda memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda, dan pilihan terbaik akan bergantung pada tujuan spesifik, sumber daya, dan preferensi Anda.

    Pola utama distribusi perdagangan beras di Indonesia adalah:

    Produsen – Distributor – Pedagang Eceran – Konsumen Akhir

    Rantai distribusi perdagangan beras yang terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai, pendistribusiannya melibatkan dua pedagang, yakni distributor dan pedagang eceran. Akan tetapi, pola distribusi beras tersebut berpotensi menjadi delapan rantai ketika melalui jalur:

    Produsen – Pedagang Pengepul – Distributor – Subdistributor – Pedagang Grosir – Agen – Pedagang Eceran – Supermarket/Swalayan – Konsumen Akhir

  3. Promosi

    Promosi merupakan langkah nyata untuk mengenalkan dan mengkomunikasikan keunggulan produk dan sebagai upaya untuk meyakinkan konsumen agar membeli porduk yang ditawarkan. Strategi promosi harus dimiliki untuk menyelenggarakan komunikasi dengan pasar. Promosi terdiri dari promosi produk dan promosi pribadi.

    • Personal selling dan Sales promotion

      Personal selling merupakan promosi secara lisan yang dilakukan oleh penjual kepada konsumen/pengguna akhir secara langsung untuk mendapatkan dan mengajak pelanggan agar membeli produk yang dijualnya. Sedangkan sales promotion misalnya dapat dilakukan dengan cara pemberian potongan harga/diskon. Sistem dapat menawarkan lebih banyak kendali atas harga dan dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi, tetapi mungkin juga membutuhkan lebih banyak upaya dan sumber daya untuk menjalin hubungan dan menegosiasikan kontrak dengan pembeli.

    • Promosi dengan memanfaatkan media sosial

      Promosi juga bisa dilakukan dengan menjual produk melalui pasar online atau saluran inovatif lainnya yang dapat memberikan akses lebih besar ke calon pembeli dan dapat menawarkan peluang baru untuk penentuan harga dan pemasaran. Adanya banyak pilihan sosial media dan market place dapat memudahkan Anda untuk menjual hasil panen padi melalui media online.

      Saat ini, seiring dengan berkembangnya teknologi, telah banyak konsumen Indonesia yang aktif di media sosial. Media sosial menjadi platform digital yang menarik untuk melakukan promosi produk beras. Media sosial yang ramai digunakan untuk ajang promosi produk misalnya Facebook dan Instagram.

      Gambar. Promosi beras di media sosial facebook

    • Media sosial memungkinkan pemasar beras menjangkau khalayak luas dan terlibat dengan pelanggan dengan cara yang lebih personal. Berikut beberapa tips memanfaatkan media sosial dalam strategi pemasaran cabai Anda:

      • Identifikasi platform media sosial paling populer: Platform media sosial yang berbeda memiliki demografi pengguna dan pola penggunaan yang berbeda. Identifikasi platform mana yang paling aktif digunakan audiens target Anda dan fokuskan upaya Anda di sana.

      • Buat konten yang menarik secara visual: Media sosial adalah media visual, dan oleh karena itu penting untuk membuat konten yang menarik secara visual yang menunjukkan rasa dan panasnya produk cabai Anda.

      • Gunakan gambar, video, dan grafik berkualitas tinggi untuk menonjolkan keserbagunaan produk cabai Anda. Gunakan tagar (hashtag) yang relevan: Masukkan tagar yang relevan ke dalam postingan media sosial Anda agar lebih mudah ditemukan oleh konsumen Indonesia.

  • Membangun relasi dengan pembeli dan pengguna akhir

    Salah satu cara untuk melakukan promosi adalah membangun hubungan dengan pembeli dan pengguna akhir, seperti menghadiri konferensi industri dan berpartisipasi dalam asosiasi perdagangan. Acara ini memberikan peluang untuk berjejaring dengan pelanggan potensial, belajar tentang tren industri dan praktik terbaik, serta mempromosikan beras dan merek petani.

    PERPADI adalah organisasi profesi masyarakat penggilingan padi dan pengusaha beras Indonesia (Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia). Bergabung dengan organisasi seperti PERPADI juga bisa sebagai upaya untuk membangun relasi di industri pemasaran hasil panen padi.

Gambar. Organisasi PERPADI

Prediksi Jumlah Panen

Metode Pengubinan

Salah satu cara untuk menghitung presiksi produksi panen padi yaitu dengan menggunakan teknik ubinan. Metode Pengubinan adalah metode untuk mengetahui perkiraan dari jumlah hasil yang akan didapatkan pada saat panen.

Ubinan dapat diterapkan pada lahan budi daya padi dengan mengukur beberapa meter untuk dijadikan tolok ukur atau perwakilan dari jumlah hasil per-petak sawah yang ingin kita ketahui hasilnya sebelum dipanen. Waktu untuk melakukan ubinan yang baik yaitu jam 9-12 siang.

Alat dan bahan: meteran, tali, ajir, sabit/sabit bergerigi, terpal, tampah, karung, dan timbangan.

  • Pilihlah 2 lokasi yang akan dijadikan tempat ubinan (misalnya lokasi A dan B)

  • Ukurlah menggunakan meteran kedua lokasi tersebut dengan jarak panjang x lebar (2,5 m x 2,5 m), lalu beri tanda hasil pengukuran dari kedua lokasi menggunakan ajir dan tali.

  • Rontokan gabah dari malainya pada tempat yang telah diberi alas terpal, kemudian bersihkan kotoran yang ada menggunakan tampah.

  • Hasil dari sampel ubinan dapat ditimbang pada masing-masing lokasi tersebut.

  • Cara menghitung hasil ubinan:

    Misalnya hasil penimbangan lokasi A = 5 kg dan lokasi B = 5,5 kg

    Sehingga reratanya diperoleh = (5+5,5)/2 = 5,25 kg

    Luas petak ubinan = 2,5 m x 2,5 m = 6,25 m2

    Rumus ubinan = hasil rata-rata timbangan x (10.000 m2/luas petak ubinan)

    Prediksi produksi = 5,25 kg x (10.000 m2/6,25 m2) = 8.400 kg/Ha GKP

    Sehingga prediksi produksinya adalah 8.400 kg/Ha GKP atau 8,4 ton/ha GKP

Metode Menghitung 4 Faktor Penting

Faktor penting yang harus dihitung untuk memprediksi hasil produksi panen padi adalah:

  1. Jarak tanam

  2. Jumlah anakan/rumpun

  3. Jumlah bulir/malai

  4. Jumlah bobot atau gram per 1000 bulir

Caranya adalah dengan menentukan 2 lokasi (lokasi A dan lokasi B) dan mengetahui jarak tanam serta jumlah popilasi tanaman.

Misalnya jarak tanam 25 cm x 25 cm dengan jumlah populasi 160.000 rumpun/ha

  • Lokasi A

    Jumlah anakan per rumpun adalah 15 anakan

    Jumlah bulir per malai adalah 115 bulir

    Jumlah gram per 1.000 bulir misalnya rata-rata 30 gram

  • Lokasi B

    Jumlah anakan per rumpun adalah 17 anakan

    Jumlah bulir per malai adalah 121 bulir

    Jumlah gram per 1.000 bulir misalnya rata-rata 30 gram

  • Rata-rata dari kedua lokasi

    Jumlah anakan per rumpun adalah 16 anakan

    Jumlah bulir per malai adalah 118 bulir

    Jumlah gram per 1.000 bulir misalnya rata-rata 30 gram/1.000 bulir

Rumus = Jumlah rumpun per ha x Jumlah anakan x Jumlah bulir x Berat per 1.000 bulir

Prediksi produksi = 160.000 x 16 x 118 x 30/1.000 = 9.062,4 kg/Ha GKP

Sehingga prediksi produksinya adalah 9.062,4 kg/Ha GKP atau 9,1 ton/ha GKP

Cara Konversi GKP ke GKG dan GKG ke beras

Nilai konversi untuk setiap provinsi dan tahun dapat berbeda-beda. Contoh untuk provinsi Jawa Tengah tahun 2018, nilai konversi GKP ke GKG = 82,60% dan nilai konversi GKG ke beras = 63,84%

Contoh perhitungan konversi:

Hasil prediksi metode ubinan = 8,4 ton/ha GKP

Maka untuk GKG = 8,4 ton GKP x 82,60 % = 6,94 ton GKG

Beras = 6,94 ton GKG x 63,84% = 4,43 ton beras

Panen - Pemotongan/Menuai Padi

Memotong atau menuai padi adalah kegiatan pertama dalam proses panen. Pemotongan dilakukan tergantung dari kondisi tanaman, ketersediaan tenaga kerja, alat/mesin.

Pemotongan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

  1. Pemotongan manual

    • Tanaman padi dipotong dengan menggunakan alat tangan sederhana seperti sabit (paling baik untuk memotong 15−25 cm di atas permukaan tanah), dan pisau genggam sederhana (paling baik untuk memotong tepat di bawah malai, misalnya ani ani di Indonesia).

    • Saat memotong tanaman dengan sabit, selalu pegang batang dengan ibu jari mengarah ke atas, jauh dari mata pisau.

    • Dengan cara manual, pemotongan membutuhkan waktu 5-10 hari kerja per hektar, sehingga untuk mempercepat dibutuhkan tenaga kerja yang banyak.

    • Setelah dipotong, sehari setelahnya tanaman padi yang dipanen siap dirontokan dan dikeringkan.

    Gambar. Pemotongan padi menggunakan sabit/arit

    Gambar. Pemotong padi menggunakan alat pemanen tipe tanngan

  2. Pemotonga mekanis

    • Untuk menggunakan mesin penuai secara efisien, lahan perlu diratakan dan air dikeringkan setidaknya 10−20 hari sebelum panen.

    • Mesin penuai digerakkan dengan tangan atau dipasang di bagian depan traktor.

    • Sementara penggunaan mesin penuai belum meluas. Sebagian besar mesin penuai meletakkan tanaman di windrow, yang memungkinkan pengambilan tanaman yang dipanen dengan mudah. Mesin penuai dengan lebar tebang 1,5 m dapat beroperasi dengan laju 2−4 ha per hari.

Panen - Perontokan

Perontokan adalah proses memisahkan gabah dari jerami. Itu bisa dilakukan dengan tangan, dengan menggunakan perontok pedal atau mekanis.

  1. Perontokan manual

    Perontokan manual dilakukan dengan memukul-mukul padi, menginjak-injak, atau dengan menahan tanaman pada drum yang berputar dengan paku atau palang serak. Metode ini cocok untuk merontokkan beras yang mudah hancur, yaitu yang memiliki kadar air lebih rendah.

    Sebelum merontokan, diperlukan pengeringan selama beberapa hari untuk menurunkan kadar air agar mudah saat dirontokkan secara manual.

    • Perontok pedal (praktik terbaik yang disarankan); perontok pedal atau pedal terdiri dari drum perontok, alas, unit transmisi, dan engkol kaki. Saat dikayuh, drum pengirik berputar dan padi dapat dirontokkan saat malai ditempelkan pada drum perontok. Karena sedotan kecil, sekam, dan benda asing jatuh bersamaan dengan biji-bijian yang telah dirontokan, biji-bijian utuh harus dipisahkan dengan menggunakan cambuk, saringan atau menampi.

    • Menginjak-injak; sistem melibatkan penggunaan kaki telanjang atau hewan untuk merontokan tanaman. Hasil panen disebar di atas tikar atau kanvas dan para pekerja menginjak-injak dengan kaki mereka sendiri atau menggunakan hewan mereka. Menginjak atau menginjak-injak hewan biasanya dilakukan di lokasi yang ditentukan di dekat lapangan atau di desa. Di beberapa daerah, hewan telah digantikan oleh traktor. Setelah hewan menginjak-injak, sedotan dipisahkan dari biji-bijian dan pembersihan biji-bijian dilakukan dengan menampi, dengan atau tanpa bantuan kipas angin listrik. Kerugian tinggi dari biji-bijian yang pecah dan rusak.

    • Rak perontok; tanaman dipegang oleh dan dipukulkan ke bilah bambu, platform kayu, atau benda keras lainnya seperti drum minyak baja. Ini sangat padat karya.

    • Memukul; penggunaan cambuk atau tongkat untuk merontokkan tanaman tidak populer untuk padi.

  2. Perontokan mekanis

    Penggunaan perontok mesin stasioner kecil biasanya menggantikan perontokan manual mengingat kebutuhan tenaga kerja yang tinggi untuk perontokan manual.

    Waktu perontokan dengan mesin harus dilakukan segera setelah dipotong dan bisa dilakukan langsung di lahan/lapangan.

    • Hold-on threshers (hanya malai yang dimasukkan ke dalam mesin); umumnya memiliki kapasitas lebih rendah daripada feed-in threshers dan terutama digunakan di area di mana jerami padi dibundel dan disimpan untuk digunakan nanti.

    • Perontok stasioner besar; dilengkapi dengan perangkat pembersih tambahan seperti layar berosilasi, peniup sentrifugal, dan papan angin, dan biji-bijian yang diirik dapat ditangani tanpa pembersihan lebih lanjut. Di banyak daerah, mesin perontok dimiliki oleh individu yang menawarkan operasi khusus kepada petani. Ini mengharuskan petani menjadwalkan tanggal panen tergantung pada ketersediaan mesin perontok. Banyak mesin perontok dipasang di trailer atau truk yang memungkinkan operator berpindah dari satu lapangan ke lapangan lain dengan cepat.

    • Perontok aliran aksial tipe feed-in; Tanaman yang dipanen dimuat ke baki dan dimasukkan ke lubang antara silinder dan cekungan di salah satu ujung mesin. Pasak pada silinder perontok menghantam bahan yang memisahkan biji-bijian dari sedotan, dan pada saat yang sama mempercepatnya di sekitar silinder. Sebagian besar biji-bijian dirontokkan selama tumbukan awal, tetapi perontokan lebih lanjut dilakukan saat material bergerak secara aksial hingga sedotan habis di ujung yang berlawanan. Butir yang ditumbuk, termasuk kotoran seperti daun dan potongan pendek jerami, melewati lubang di cekungan dan jatuh di layar berosilasi tempat kotoran besar dipisahkan.

      Gambar. Mesin perontok padisederhana (Antara, 2021)

Pascapanen - Pengukuran Kadas Air

Kadar air biji-bijian dapat diukur dengan dua cara:

  1. Metode primer (metode oven dan neraca kelembapan inframerah)

  2. Metode sekunder (alat elektronik)

Gambar. Rice Moisture Concent

Pengujian kadar air (%) yang tidak akurat bisa menyebabkan:

  • Biaya pengeringan ekstra dan kehilangan panen jika padi dipanen lebih basah dari yang diperlukan

  • Kerusakan jika gabah terlalu basah dalam penyimpanan

  • Biaya pengeringan ekstra dan penurunan kualitas jika gabah dikeringkan terlalu jauh

  • Penurunan berat gabah (kerugian laba) jika gabah yang dijual terlalu kering.

Tabel 3. Kadar air gabah dalam setiap tahapan pascapanen

Kagiatan

Kadar air yang diinginkan

Kerugian primer

Memanen

  • 20-25%

  • Pecah jika gabah terlalu kering

  • Tidak terisi dan banyak butir hijau jika terlalu basah

Perontokan

  • 20–25% untuk perontokan mekanis

  • Kurang dari 20% untuk perontokan tangan

  • Perontokan tidak sempurna, kerusakan bulir, dan retak/pecah

Pengeringan

Kadar air akhir adalah 14% atau lebih rendah

  • Pembusukan, kerusakan jamur, perubahan warna

Penyimpanan

  • Kurang dari 14% untuk penyimpanan biji-bijian

  • Kurang dari 12% untuk penyimpanan benih

  • Kurang dari 9% untuk pengawetan benih jangka panjang

  • Serangan jamur, serangga, dan kerusakan tikus

  • Kehilangan kekuatan

  • Kehilangan kekuatan

Penggilingan

  • 13-14%

  • Butir retak dan kerusakan dan overmilling

Tabel 4. Metode pengukuran kadar air gabah/beras

Pengurangan berat gabah  (metode utama)

Pengukuran elektrik  (metode pendukung)

Metode Oven

Metode keseimbangan infra merah

Pengukur kadar tipe kapastitif

Pengukur kadar air tipe resistensi

Prinsip

Penguapan air pada suhu tinggi. Perhitungan kadar air dari berat awal dan berat bahan kering

Deteksi penurunan berat gabah dengan pemanasan dan pengeringan

Butir diisi di antara dua pelat kapasitor. Kandungan air mempengaruhi sifat gabah

Hambatan listrik dari biji-bijian yang dihancurkan. Air mempengaruhi resistensi.

Keuntungan

Metode yang paling tepat

Lebih akurat daripada pengukur kelembapan cepat (0,1%). Mencakup jangkauan penuh (0-100% kadar air). Operasi otomatis

Lebih akurat daripada kadar air tipe resistensi (0,2-0,5%). Portabe

Pembacaan cepat. Sangat portabel. Terjangkau. Ukuran sampel kecil

Kekurangan

Oven dengan pengatur suhu diperlukan sangat mahal. Waktu proses yang lama

Waktu proses relatif lama (10-30 menit).

Lebih mahal daripada alat tipe resistansi. Ukuran sampel yang lebih besar

Akurasi terendah (biasanya 0,5%). Jangkauan kadar air terbatas

Aplikasi

Referensi dalam penelitian

Laboratorium Riset

Laboratorium dan lapangan

Lapangan dan laboratorium, industri biji-bijian

Pascapanen - Pembersihan Komponen Hasil

Gabah yang bersih memiliki nilai lebih tinggi daripada gabah yang tercemar jerami, sekam, biji gulma, tanah, sampah, dan bahan non-gandum lainnya. 

Pembersihan gabah akan meningkatkan pengeringan, daya simpan gabah, mengurangi penimbunan pada saat penggilingan, dan meningkatkan hasil dan kualitas penggilingan; sementara, pembersihan benih akan mengurangi kerusakan akibat penyakit, dan meningkatkan hasil.

Pembersihan gabah bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu:

  1. Manual

    Pembersihan dengan cara manual dilakukan dengan menampi, menyaring dan mengayak biji dengan menggunakan saringan yang dilakukan dengan tangan.

  2. Mekanis

    Pembersihan dengan cara mekanis dilakukan dengan menggunakan mesin pembersih biji yang memiliki kipas untuk menghilangkan partikel yang lebih ringan (misalnya biji-bijian kosong) dan pengayakan dengan saringan pada saringan berosilasi untuk menghilangkan partikel yang lebih kecil (misalnya biji gulma) dan partikel yang lebih besar (misalnya jerami).

Pascapanen - Pengeringan

Proses pengeringan gabah penting dilakukan, dengan waktu ideal yaitu 24 jam setelah panen. Saat padi dipanen, kandungan airnya akan mencapai 25%. Tingkat kelembaban yang tinggi selama penyimpanan dapat menyebabkan perubahan warna biji, mendorong perkembangan jamur, dan meningkatkan kemungkinan serangan hama. Hal ini juga dapat menurunkan tingkat perkecambahan benih padi.

Pengeringan dapat dilakukan dengan metode:

  1. Pengeringan tradisional

    Sistem ini masih dipraktikkan di banyak daerah dengan tenaga kerja yang banyak, seperti di Asia, karena biayanya yang murah dan kemudahan pengelolaannya, seperti:

    • Pengeringan dengan bantuan panas matahari

      Dilakukan dengan cara menyebarkan biji-bijian di bawah matahari dengan alas dari lembaran plastik terpal atau dari lantai semen.

      Biji disebarkan dalam lapisan dengan ketebalan 2-4 cm. Kemudian putar/aduk biji padi setiap 30 menit sekali.

      Gambar. Pengeringan/penjemuran dengan alas plastik terpal

      Gambar. Pengeringan/penjemuran dengan alas lantai semen

  • Pengeringan dan penumpukan lapangan

    Dalam sistem panen tradisional ini, petani membiarkan padi hasil panennya di sawah untuk waktu yang lama karena menunggu mesin perontok atau karena ingin mengeringkan padi terlebih dahulu.

    Tanaman padi dibiarkan tergeletak di lahan atau juga sering ditumpuk dengan malai di dalamnya untuk melindunginya dari hujan, burung, dan hewan pengerat.

    Namun pengeringan dengan cara menumpuk ini dapat menyebabkan kelembapan yang tinggi, akibatnya jamur dapat tumbuh cepat dan gabah menyerap air sehingga gabah menjadi mudah pecah.

  1. Pengeringan mekanis

    Berikut contoh sistem pengeringan secara mekanis: 

    • Pengeringan udara panas (heated air drying) 

      Pengeringan mekanis memungkinkan pengaturan kondisi udara pengeringan yang sesuai. Dalam metode ini, pengeringan dapat dilakukan kapan saja, siang atau malam hari.

      Menggunakan pengering mekanis juga dapat mengurangi biaya tenaga kerja, terutama jika dilakukan beberapa bentuk putaran mekanis atau pengadukan biji-bijian, seperti dalam kasus pengering sirkulasi ulang.

      Gambar. Pengeringan udara panas (heated air drying)

  • Pengering gelembung tenaga surya (the solar bubble dryer) 

    Pengering gelembung tenaga surya (SBD) bersifat berpindah dan benar-benar independen dari bahan bakar atau jaringan listrik, sehingga memiliki biaya pengoperasian yang sangat rendah.

    Muncul dalam berbagai ukuran, dengan model saat ini memiliki kapasitas batch 0,5 dan 1 ton.

    Gambar. Pengering gelembung tenaga surya (The solar bubble dryer)

SBD menggunakan energi dari matahari dalam dua cara, yaitu:

  1. Terowongan pengering berfungsi sebagai kolektor surya untuk mengubah energi yang terkandung dalam sinar matahari yang masuk ke bagian atas transparan terowongan pengering menjadi panas, yang meningkatkan suhu udara pengering agar pengeringan lebih cepat.

  2. Dilengkapi dengan sistem fotovoltaik yang terdiri dari panel surya, baterai isi ulang siklus dalam, dan pengontrol untuk menghasilkan listrik, yang menggerakkan peniup kecil untuk menggerakkan udara melalui terowongan pengering, mengembang terowongan, dan menghilangkan air yang menguap dari biji-bijian.

Sebuah roller sederhana yang diseret pada tali yang diikatkan pada ujung di bawah terowongan digunakan untuk mencampur biji-bijian tanpa perlu membuka terowongan.

SBD dapat digunakan pada permukaan yang rata seperti trotoar, di halaman atau bahkan di sawah.

SBD harus terkena sinar matahari sepanjang hari, sehingga perlu dibersihkan dari bangunan, pohon, atau bangunan lain yang dapat memberikan keteduhan pada suatu waktu di siang hari.

Pascapanen - Penggilingan (Milling)

Tujuan dasar dari sistem penggilingan padi adalah untuk menghilangkan sekam dan lapisan dedak, dan menghasilkan kernel beras putih yang dapat dimakan yang cukup digiling dan bebas dari kotoran.

Beras giling total mengandung bulir utuh atau beras kepala, dan beras pecah. Sebagian besar varietas padi terdiri dari sekitar 20% sekam atau sekam padi, 11% lapisan dedak, dan 69% endosperma tepung, juga disebut sebagai total beras giling.

Dalam proses penggilingan yang ideal, ini akan menghasilkan fraksi berikut: 20% sekam, 8−12% dedak tergantung pada tingkat penggilingan dan 68−72% beras giling atau nasi putih tergantung varietasnya.

Penggilingan ada dua jenis, yaitu:

  1. Penggilingan desa

    Penggilingan padi tipe desa dapat digunakan untuk jasa penggilingan padi petani untuk konsumsi rumah tangga dan skala kecil.

    • Penggilingan tradisional

      Penggilingan dilakukan dengan menumbuk padi dengan lesung dan alu adalah proses penggilingan tradisional di desa-desa terpencil. Pembersihan terakhir adalah dengan menampi di nampan anyaman bambu. Proses menampi untuk memisahkan gabah yang belum digiling adalah sebuah seni.

Gambar. Penggilingan padi secara tradisional

  • Penggilingan satu tahap

    Di banyak daerah pedesaan, penggilingan satu tahap digunakan untuk menggiling beras sesuai kebutuhan rumah tangga. Kinerja yang buruk (merusak gabah) dari pabrik penggilingan satu tahap telah menyebabkan pemerintah untuk mencegah penggunaannya dan membatasi proliferasi lebih lanjut. Di banyak negara Asia, pabrik penggilingan satu tahap tidak lagi dapat dilisensikan untuk beroperasi sebagai pabrik jasa atau komersial.

  • Penggilingan dua tahap

    Penggilingan dua tahap dapat dilakukan dengan dua mesin terpisah untuk pengupasan dan pemolesan. Performa penggilingan dari penggilingan padi dua tahap lebih unggul dari penggilingan satu tahap. Hasil penggilingan biasanya di atas 60%.

    Biasanya penggilingan dua tahap memiliki kapasitas input padi 0,5 hingga 1 ton per jam.

    Penggilingan padi dua tahap yang khas terdiri dari penggiling rol karet berdiameter 6 inci x lebar 6 inci, dan pemutih gesekan.

    Pemutih gesekan memiliki konfigurasi desain yang sangat mirip dengan satu tahap kecuali tidak memiliki pisau pengupas.

    Gambar . Penggilingan padi dengan mesin tradisional 

  • Penggilingan padi keliling

    Penggilingan padi keliling terdiri dari dua tahap, penggilingan satu tahap atau alternatifnya huller dan polisher yang dipasang pada kendaraan self propelled.

  • Penggilingan datang ke pelanggan, yang tidak harus mengangkut gabahnya ke penggilingan dan beras yang sudah digiling kembali.

Gambar. Penggilingan padi keliling

  1. Penggilingan Komersil

    Sistem penggilingan komersial menggiling padi secara bertahap, dan karenanya disebut penggilingan padi multi-tahap atau multi-lintasan.

    Fasilitas penggilingan padi hadir dalam berbagai konfigurasi, dan komponen penggilingan bervariasi dalam desain dan kinerja.

    "Konfigurasi" mengacu pada bagaimana komponen diurutkan dan memiliki tiga tahap dasar, tahap pengupasan, tahap pemutihan-pemolesan, lalu tahap grading, blending, dan packaging.

    Gambar. Mesin penggilingan padi modern 

  • Pabrik komersial tradisional

    Terdiri dari peralatan yang berbeda untuk tiga tahap yang diuraikan di atas. Alatnya sering dibuat dari kayu dengan sedikit komponen logam dan sering digerakkan oleh satu sumber daya melalui sistem transmisi.

  • Pabrik komersial modern

    Sistem penggilingan komersial modern sepenuhnya otomatis dan biasanya terdiri dari satu atau lebih komponen untuk setiap tahap proses penggilingan.

Tabel 5. Hasil penggilingan dan hasil beras bersih berdasarkan sistem penggilingan

Prroses

Hasil penggilingan (%)

Hasil Beras Bersih (%) 

Potensi (laboratorium) 

68-72

50-58

Pabrik penggilingan satu tahap 

50-55

15-30

Pabrik penggilingan dua tahap 

>60

40-50

Multi tahap, penggilingan padi modern 

65-70 

45-55

Pengemasan (Packaging)

Pengemasan adalah alat atau bahan yang digunakan agar gabah dan beras tidak tercecer dan tetap terjaga kualitasnya hingga tangan konsumen. Pengemasan gabah dan beras melibatkan proses penyimpanan dan perlindungan beras dari kelembaban, hama, dan faktor lingkungan lain yang berpengaruh terhadap kualitas beras.

Pengemasan yang tepat dapat membantu menjaga kualitas/mutu, seperti nilai gizi dan mempertahankan daya jual serta keuntungan yang didapatkan petani. Pengemasan hasil panen padi untuk kebutuhan lokal cukup menggunakan kantong plastik yang dirangkap dengan karung plastik. Kantong plastik yang digunakan biasanya memiliki kapasitas 10 kg, 25 kg, atau 50 kg. Beras giling yang dikemas dalam karung dapat ditutup rapat setelah beras dingin setelah digiling.

Tabel 6. Jenis kemasan beras

No

Jenis kemasan

Deskripsi

1

Super bag (kantong semar)

Kemasan super bag memiliki sifat hermetik/kedap udara, sehingga dapat melindungi beras dari serangan hama pascapanen hingga 3 bulan penyimpanan. Penggunaan kemasan berbahan super bag menghasilkan beras dengan nasi relatif lebih disukai dibandingkan dengan kemasan berbahan karung plastik.

2

Karung plastik

Penggunaan pengemas jenis karung plastik cenderung lebih mudah diinvestasi hama gudang dibandingkan dengan super bag (kantong semar) dan polipropilen densitas tinggi (0,8 mm), sehingga tidak disarankan untuk menyimpan beras aromatik pada kondisi suhu kamar.

3

Kantong plastik

Beras dalam jumlah yang lebih kecil dapat dikemas dalam kantong plastik yang dirancang agar kedap udara dan tahan lembab. Kantong ini dapat diletakkan di atas palet atau ditumpuk untuk disimpan, dan dapat disegel menggunakan teknik penyegelan panas atau vakum untuk menjaga kesegaran dan kualitasnya.

4

Paltik HDPP (High Density Polupropylene)

Beras dapat dikemas dalam Plastik HDPP (High Density Polypropylene). Penggunaan kemasan berbahan plastik HDPP menghasilkan beras dengan nasi relatif lebih disukai dibandingkan dengan kemasan berbahan karung plastik. Plastik jenis HDPP dapat memperlambat kenaikan kadar air dan jumlah hama serangga pada beras.

Penyimpanan (Storage)

Secara umum, disarankan untuk menyimpan beras untuk keperluan makanan dalam bentuk gabah daripada beras giling karena sekam memberikan perlindungan terhadap serangga dan membantu mencegah penurunan kualitas.

Namun, jika beras dapat disimpan sebagai beras giling, kapasitas penyimpanan yang dibutuhkan akan berkurang 20%. Beras giling adalah butiran beras yang kulitnya dibuang tetapi tidak dipoles.

Sebelum disimpan, beras harus dikemas pada kadar air 14% yang dapat dilakukan dalam karung plastik atau goni untuk mempermudah dalam pengangkutan dan penyimpanan.

  1. Penyimpanan karung

    Di sebagian besar wilayah Asia, biji-bijian disimpan dalam kantong berukuran 40−80 kg yang terbuat dari rami/goni atau anyaman plastik. Bergantung pada ukuran penyimpanannya, karung ini biasanya dibentuk menjadi tumpukan.

    Saat menggunakan penyimpanan karung perlu diperhatikan hal-hal berikut:

    • Karung goni tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 4 m dan karung plastik 3 m. Karung plastik lebih licin dan tumpukannya akan kurang stabil.

    • Karung harus ditumpuk di bawah penutup misalnya di bawah atap, di gudang atau lumbung atau di bawah terpal tahan air.

    • Celah satu meter harus dibiarkan di antara dan di sekitar tumpukan dan jarak 1,5 m antara bagian atas tumpukan dan atap.

    • Karung harus ditumpuk di atas palet/panggung kayu atau di atas struktur tanah untuk menghindari kemungkinan menyerap kelembapan dari lantai.

    • Karung tidak boleh ditumpuk di atas hamparan sekam padi atau karung yang diisi dengan sekam padi, karena sulit untuk bebas dari serangan serangga.

    • Karung harus ditumpuk sehingga pengasapan/pengendalian hama dapat dilakukan dengan mudah. Dimensi tumpukan harus diatur untuk memudahkan penyegelan dengan satu lembar fumigasi.

    • Beberapa petani menggunakan karung penyimpanan di lumbung luar, yang dibangun dari kayu atau semen atau anyaman bambu besar atau daun lontar.

  2. Penyimpanan masal

    Penyimpanan Masal di tingkat petani gabah sering disimpan dalam jumlah besar di lumbung kecil di luar atau di keranjang anyaman atau wadah yang terbuat dari kayu, logam atau beton, yang terletak di bawah atau di dalam rumah.

    Kapasitas penyimpanan ini bervariasi dari 200−1000 kg. Sistem penyimpanan curah tradisional memiliki kerugian dari serangan serangga, hewan pengerat, burung dan serapan air yang tinggi.

    Pada tingkat komersial atau pabrik ekspor besar atau rumah pengumpul terkadang menggunakan silo logam atau beton. Ukuran silo ini berkisar dari kapasitas 20−2.000 ton. Silo memiliki keuntungan bahwa mereka dapat lebih mudah disegel untuk pengasapan dan lebih sedikit biji-bijian yang tumpah atau terbuang. Silo tidak terlalu umum di Asia karena masalah migrasi uap air di dalam silo yang mengakibatkan hot spot dan jamur.

  3. Penyimpanan hernetik/kedap udara

    Penyimpanan Hermetik merupakan sistem penyimpanan tertutup dengan cara yang sangat efektif untuk mengontrol kadar air biji-bijian dan aktivitas serangga untuk biji-bijian yang disimpan di daerah tropis. Kondisi kedap udara dapat dibuat dengan menggunakan lilin untuk penutupan (sealing).

    Dengan menempatkan penghalang kedap udara antara biji-bijian dan atmosfer luar, kadar air biji-bijian yang disimpan akan tetap sama seperti saat penyimpanan disegel.

    Penyimpanan kedap udara memberikan kelembaban dan kontrol serangga tanpa pestisida. Ukuran penyimpanan kedap udara dapat berkisar dari 3 - 2.000 ton.

Produk Sampingan Budi Daya Padi

Hasil samping dari beras adalah jerami padi, sekam padi, bibit padi, dan bekatul/dedak.

  1. Jerami padi (rice straw)

Setiap kg beras giling menghasilkan sekitar 0,7 – 1,4 kg jerami padi tergantung pada varietas, tinggi potongan tanaman, dan kadar air selama panen.

Jerami padi dipisahkan dari biji-bijian setelah tanaman dirontokkan baik secara manual, menggunakan alat perontok stasioner atau, baru-baru ini, dengan menggunakan pemanen gabungan (combined harvester).

Gambar. Jerami padi

Karakteristik sekam padi dibandingkan dengan bahan bakar padat lainnya dapat diringkas sebagai berikut: Berat jenis jerami padi yang belum dipadatkan sekitar 70 – 80 kg/m3 dengan kadar air sekitar 15 – 18%. Kandungan silika yang tinggi merusak komponen dalam mesin pengolah, seperti konveyor atau penGambar. Briket sekam padijggiling, dan menghambat kecernaan ternak. Kandungan zat volatil pada jerami padi lebih tinggi dari pada kayu dan jauh lebih tinggi dari pada batu bara. Di sisi lain, karbon tetap jauh lebih rendah daripada batubara. Kandungan abu pada jerami padi jauh lebih tinggi dibandingkan pada kayu dan batubara sehingga menyebabkan hambatan dalam konversi energi.

  1. Sekam padi (rice husk)

Sekam padi adalah lapisan pada biji atau bulir beras. Setiap kg beras putih giling menghasilkan sekitar 0,28 kg sekam padi sebagai produk sampingan dari produksi beras selama penggilingan.

Produk umum dari sekam padi adalah: bahan bakar padat (yaitu bentuk lepas, briket, dan pelet), sekam padi karbonisasi yang dihasilkan setelah pembakaran, dan sisa abu sekam padi setelah pembakaran.

Gambar. Sekam padi bentuk beras

Gambar. Briket sekam padi

Sekam padi dalam bentuk lepas sebagian besar digunakan untuk produksi energi, seperti pembakaran dan gasifikasi (mengubah sekam padi menjadi gas sintesis dalam reaktor gasifier dengan jumlah udara yang terkontrolGam) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk pengeringan dan memasak atau dalam sistem kogenerasi untuk menghasilkan listrik.

Pelet dari sekam padi ini diproduksi menggunakan densifikasi untuk meningkatkan densitas bahan dan kinerja pembakarannya.

Sekam padi padat ini terutama digunakan dalam industri ternak sebagai pengganti bahan bakar fosil

Gambar. Pelet sekam padi

Abu sekam padi merupakan hasil sampingan yang tersisa setelah pembakaran dilakukan. Jumlah karbon yang tersisa dalam abu bergantung pada kinerja pembakaran (yaitu, pembakaran sempurna atau tidak sempurna). Abu sekam padi dapat digunakan antara lain sebagai pembenah tanah dan sebagai bahan tambahan pada semen dan baja. Namun, hanya sejumlah kecil dibandingkan dengan total produksi sekam padi yang digunakan untuk tujuan tersebut.

  1. Bekatul/dedak (rice bran)

Bekatul merupakan campuran zat-zat antara lain protein, lemak, abu, dan serat kasar. Pada 100 kg padi akan menghasilkan sekitar 5−10 kg dedak.

Pada penggilingan padi modern, beberapa jenis dedak diproduksi:

Dedak kasar (dari tahap pemutihan pertama), dedak halus (dari tahap pemutihan kedua) dan poles (dari tahap pemolesan).

Gambar. Dedak dan sisa panen padi