Preloader Logo

Persiapan Logistik

Cover Wiki

Maksud dan Tujuan


Persiapan logistik adalah strategi untuk mempersiapkan pertanaman agar terhindar dari resiko kegagalan budi daya akibat daya dukung yang kurang ataupun gangguan dari OPT. Tujuan dari persiapan logistik ini yaitu mempersiapkan komponen pendukung pertumbuhan tanaman sesiap mungkin untuk mencapai produktivitas yang diharapkan.

Contoh upaya pengendalian penyakit

Definisi


Persiapan logistik merupakan kegiatan yang dilakukan dalam persiapan pertanaman dengan mempersiapkan semua komponen yang dibutuhkan selama budi daya tanaman, mulai dari persiapan bahan tanam yaitu persiapan benih, persiapan pupuk, persiapan kebutuhan obat-obatan untuk Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), hingga mempersiapkan komponen pendukung pertumbuhan raga tanaman (bagi sebagian komoditas budi daya).

Ragam Jenis


Jenis kegiatan persiapan logistik yaitu:

a. Persiapan Benih

Benih merupakan bahan tanam dalam melakukan budi daya tanaman yang menjadi penentu pertama hasil panen yang akan didapat. Kualitas benih akan menentukan kemampuan benih dalam melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Pemasangan label dilakukan oleh produsen/penangkar dengan pengawasan pengawas benih.

Benih jagung

Informasi mutu benih pada bagian belakang kemasan benih jagung
(Sumber: https://pangandata.com/)

Sebelum dilaksanakan pengawasan, produsen wajib mengecek kembali bahwa label dan segel terpasang dengan tepat pada wadah benih. Pada label harus dicantumkan kata Benih Bersertifikat diikuti dengan nama jenis tanaman, varietas, nama produsen benih, alamat produsen, tanggal selesai pengujian, tanggal kadaluarsa dan keterangan mutu benih (Benih Murni, Kadar Air, Kotoran Benih, Daya Berkecambah, dan Campuran Varitas Lain).

Label benih
(Sumber: https://bibitunggul.co.id/)

Kelas benih yang bersangkutan dengan warna labelnya:

  • Benih Dasar (Putih)

  • Benih Pokok (Ungu)

  • Benih Sebar (Biru)

Masa berlaku label 6 bulan dari tanggal selesai pengujian laboratorium.

Tabel. Standar Mutu Benih Bersertifikat

Parameter

Satuan

Kelas Benih

BS

BD

BP

BR

Kadar air (maksimal)

%

12,0

12,0

12,0

12,0

Benih murni (minimal)

%

99,0

98,0

98,0

98,0

Kotoran benih (maksimal)

%

1,0

2,0

2,0

2,0

Benih tanaman lain (maksimal)

%

0,0

0,0

0,2

0,2

Biji Gulma (maksimal)

%

0,0

0,0

0,0

0,0

Daya Berkecambah (minimal)

%

75

75

75

75

Keterangan: BS = Benih Sumber, BD = Benih Dasar, BP = Benih Pokok, BR = Benih Sebar. (Sumber: https://tanamanpangan.pertanian.go.id/).

Kebutuhan benih di lapangan dapat dihitung dengan menggunakan beberapa komponen yang diketahui yaitu:

  • Informasi berat 1000 benih

  • Luas lahan budi daya

  • Jarak tanam

  • Daya tumbuh benih

Rumus menghitung kebutuhan benih:

Kebutuhan benih = (L / JT) x (100 / DT) x JB x (Berat 1000 benih / 1000)

Keterangan:

L : Luas lahan
JT : Jarak tanam
DT : Daya Tumbuh (%)
JB : Jumlah benih per lubang

Perhitungan benih dengan lahan bedengan:

Jb = L/((Lbd+Jab) x Jtb)) x Jub x Jbl x 100/Dt

Keterangan:

L : luas lahan (m2)
Lbd : lebar bedengan (m)
Jab : Jarak antar bedengan (m)
Jtb : Jarak tanaman dalam barisan (m)
Jub : Jumlah barisan
Jbl : Jumlah benih per lubang
Dt : Daya tumbuh benih (%)

Total berat benih = Jb/((jumlah benih dalam 1 pack/ berat benih 1 pack))

b. Persiapan Pupuk

Pemupukan merupakan proses untuk memperbaiki atau memberikan tambahan unsur-unsur hara pada tanah, baik secara langsung atau tak langsung agar dapat memeuhi kebutuhan bahan makanan pada tanaman.

Tujuan dilakukan pemupukan antara lain untuk memperbaiki kondisi tanah, meningkatkan kesuburan tanah, memberikan nutrisi untuk tanaman, dan memperbaiki kualitas serta kuantitas tanaman. Pemupukan sangat berperan dalam memastikan keberhasilan produksi tanaman tersebut. Dengan demikian, selain harus mengetahui jenis-jenis pupuk dan proses penyerapan pupuk tersebut. Petani juga harus tahu dan memahami cara menggunakan pupuk pada tanaman, sehingga proses pemupukan tersebut bisa lebih efektif dan efisien.

Perhitungan kebutuhan pupuk harus diikuti dengan informasi kandungan unsur hara pada setiap jenis pupuk. Kandungan unsur hara makro pada beberapa jenis pupuk anorganik, sebagai berikut:

  • Urea : memiliki kandungan unsur hara N sebesar 45%

  • SP-36 : memiliki kandungan unsur hara P2O5 sebesar 36%

  • KCl : memiliki kandungan unsur hara K2O sebesar 60%

  • TSP : memiliki kandungan unsur hara P2O5 sebesar 46%

  • ZA : memiliki kandungan unsur hara N sebesar 21%

  • ES : memiliki kandungan unsur hara P2O5 sebesar 18%

  • NPK mutiara 16:16:16 : memiliki kandungan unsur hara N sebesar 16%, P2O5 sebesar 16%, K2O sebesar 16%, MgO sebesar 0,5%, dan CaO sebesar 6%

  • NPK phonska 15:15:15 : memiliki kandungan unsur hara N sebesar 15%, P2O5 sebesar 15%, K2O sebesar 15%, dan sulfur sebesar 10%

Beberapa metode perhitungan kebutuhan pupuk, sebagai berikut:

1. Berdasarkan Analisis Jaringan

Jaringan yang dapat digunakan untuk analisis dapat berupa jaringan daun, batang, akar tanaman selama pertumbuhan tanaman. Kebutuhan pupuk berdasarkan analisis jaringan selama pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan perhitungan:

Pk = (Kn - K) x (100/Hp)

Keterangan

Pk : dosis pupuk yang diberikan (g)
Kn : kadar hara jaringan standar (kondisi normal) (g)
K : kadar hara jaringan aktual (g)
Hp : kandungan unsur hara dalam pupuk

Contoh:

Diketahui dari hasil analisis jaringan tanaman jagung, kadar hara N jagung yaitu 100 gram, sedangkan kadar hara normal daun jagung 200 gram, kadar hara P2O5 jagung yaitu 200, sedangkan kadar hara normal 250 gram, dan kadar hara K2O jagung 100, sedangkan kadar hara normal 250 gram. Berapa kebutuhan pupuk urea, SP-36, dan KCl untuk tanaman jagung tersebut berdasarkan analisis jaringan yang telah dilakukan?

Jawaban:

Urea yang dibutuhkan = (200 - 100) x (100/45) = 222,22 gram
SP-36 yang dibutuhkan = (250 - 200) x (100/36) = 138,89 gram
KCl yang dibutuhkan = (250 - 100) x (100/60) = 250 gram

2. Berdasarkan Analisis Tanah

Analisis tanah dilakukan skala laboratorium untuk mengetahui status ketersediaan unsur hara. Hal ini akan berkaitan dengan jenis tanaman dan kebutuhan unsur hara tanaman tersebut untuk pertumbuhan dan pembentukan hasil tanaman.

H = (S – T) x L x D x Bv ……….(1)

Keterangan:

H : jumlah unsur hara yang diberikan (g)
S : kadar unsur hara standar (g unsur hara)
T : kadar unsur hara aktual (g unsur hara)
L : luas daerah perakaran (cm2)
D : kedalaman daerah perakaran (cm)
Bv : berat volume tanah (g/cm3)

P = H x (100 / Hp) ……….(2)

P : jumlah pupuk yang diberikan
Hp : kadar hara dalam pupuk (g unsur hara)

3. Berdasarkan Unsur Hara yang Diangkut Hasil Panen

Perhitungan kebutuhan pupuk berdasarkan unsur hara yang terangkut hasil panen memiliki dasar yaitu setiap hasil panen membawa unsur hara dari dalam tanah, maka unsur hara yang terbawa, harus dikembalikan dengan jumlah yang sama. Setiap jenis tanaman memiliki kandungan unsur hara yang berbeda pada setiap hasil panennya. Berikut tabel beberapa jenis tanaman beserta kandungan unsur hara yang terbawa saat panen.

Tabel. Kandungan Hara N, P, K (kg) dalam 1 ton Hasil Panen beberapa Jenis Tanaman

Tanaman

Kandungan Hara N, P, K (kg/ton)

N

P

K

Padi varietas unggul

15

2,7

3,7

Padi lokal

15

2,5

2,5

Jagung

16

2,8

4

Kacang tanah

32

3,2

4,8

Singkong

1,7

0,5

2,5

Kentang

2,7

0,3

3,6

Ubi jalar

3,7

0,5

5,2

Wortel

3

0,5

3,8

Bawang

1,6

0,3

1,7

Tomat

3,3

0,4

4,2

Pisang

2,4

0,3

5,6

Jeruk

1,8

0,2

2,5

Rumput

30

3,7

33,2

(Sumber: Kementerian Pertanian, 2019)

Contoh:

Lahan A seluas 1 hektar menghasilkan hasil panen jagung sebesar 4 ton/ha, maka dalam panen tersebut, terjadi pengangkutan unsur hara N sebesar 64 kg N; 11,2 kg P; dan 16 kg K. Dari data tersebut, maka dapat ditentukan unsur hara yang harus dikembalikan ke dalam tanah dengan pemupukan urea, SP-36, dan KCl, dengan perhitungan:

Urea yang dibutuhkan = 64 kg x (100/45) = 142 kg / ha
SP-36 yang dibutuhkan = 11,2 kg x (100/36) = 31,11 kg/ha
KCl yang dibutuhkan = 16 kg x (100/60) = 26,67 kg/ha

Rekomendasi pemupukan untuk musim tanam berikutnya juga dapat dilakukan dengan analisis serapan hara pada hasil panen di musim sebelumnya.

Hal ini berkaitan dengan efisiensi serapan hara pada tanaman. Ketika melakukan pemupukan, tidak semua unsur hara dapat terserap sempurna oleh tanaman. Nitrogen diserap tanaman sekitar 55-60%, Fosfor sekitar 20%, kalium sekitar 50-70%, dan sulfur sekitar 33%. Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh tingkat kesuburan, jenis pupuk, dan metode pemupukan. Perhitungan kebutuhan pupuk berdasarkan serapan hara saat panen dapat dilakukan sebagai berikut (Syafruddin dkk, 2016):

Fx (kg/ha) = (H target – Hox) / Rex

Keterangan:

Fx : takaran pupuk yang direkomendasikan (kg/ha)
H target : serapan hara tanaman dengan pemupukan lengkap (kg hara/ha)
Hox : serapan hara tanaman tanpa pemupukan (kg/ha)
Rex : efisiensi yang ditunjukkan dengaan rasio pupuk yang dimanfaatkan dengan pupuk yang diaplikasikan (kg/kg)

Pendekatan lain juga dapat dilakukan berdasarkan hasil panen dan jumlah pupuk yang diberikan dengan perhitungan sebagai berikut:

Fx (kg/ha) = (Ytarget – Yox) / EAx

Keterangan:

Fx : takaran pupuk yang direkomendasikan (kg/ha)
Y target : target hasil (80-95% dari hasil maksimum yang pernah dicapai di lokasi tersebut) (kg /ha)
Yox : hasil tanaman tanpa pemupukan (kg/ha)
EAx : efisiensi agronomis yang ditunjukkan dengan rasio hasil per kg pupuk yang diberikan (kg/kg)

4. Berdasarkan Kombinasi Ananlisis Tanah dan Jaringan

Metode ini merupakan kombinasi metode analisis tanah, percobaan pemupukan, dan jaringan tanaman dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Ketika sebelum tanam, dilakukan analisis tanah untuk mengetahui status unsur hara di dalam tana. Jika terdapat unsur hara dengan status rendah, maka diperlukan perhitungan untuk pemupukan. Dosis pemberian pupuk berdasarkan perhitungan-perhitungan berikut:

H = (S – T) x L x D x Bv ……….(1)

Keterangan:

H : jumlah unsur hara yang diberikan (g)
S : kadar unsur hara standar (g unsur hara)
T : kadar unsur hara aktual (g unsur hara)
L : luas daerah perakaran (cm2)
D : kedalaman daerah perakaran (cm)
Bv : berat volume tanah (g/cm3)

Dari perhitungan jumlah unsur hara ini, dapat ditentukan jumlah pupuk yang diberikan berdasarkan kadar unsur hara di dalam pupuk.

P = H x (100 / Hp) ……….(2)

Keterangan:

P : jumlah pupuk yang diberikan
Hp : kadar hara dalam pupuk (g unsur hara)

Jenis dan jumlah pupuk dari perhitungan ini diberikan beberapa kali sesuai anjuran (pada tanaman tahunan dilakukan pada Tanaman Belum Menghasilkan). Pada tanaman tahunan, daerah perakaran terus berkembang, sehingga butuh koreksi.

Pada tanaman menghasilkan, dilakukan analisis unsur hara pada daun. Perhitungan yang dilakukan sebagai berikut:

Pk = (Kn / K) x P ……….(3)

Keterangan:

Pk : dosis pupuk setelah koreksi
Kn : kadar hara daun standar (kondisi normal)
K : kadar hara daun aktual
P : dosis pupuk tahun sebelumnya (kg/ha)

Analisis jaringan daun dapat dilakukan 1 kali dalam setahun dan analisis tanah dapat dilakukan 1 kali dalam 5 tahun.

Ps = {(Kn / K – S /T) / 2} x P ………(4)

Pa : dosis pupuk yang telah dikoreksi setiap 5 tahun sekali dengan metode analisis tanah

5. Berdasarkan Berat Volume Tanah

Berat volume tanah merupakan massa padat tanah per satuan volume tanah. Variabel ini merupakan salah satu sifat fisik tanah yang erat kaitannya dengan kondisi daerah penetrasi perakaran tanaman.

  • Tanah lapisan atas yang bertekstur liat dan berstruktur granular memiliki berat volume (BV) antara 1,0 g/cm3 - 1,3 g/cm3

  • Tanah bertekstur kasar memiliki berat volume (BV) antara 1,3 g/cm3 - 1,8 g/cm3. Sebagai contoh pembanding adalah bobot isi air = 1 gram/cm3 = 1 ton /cm3

  • Tanah mineral memiliki kisaran berat volume 0,6 - 1,4 g/cm3

  • Tanah andisol memiliki berat volume tanah 0,6 - 0,9 g/cm3

  • Tanah gambut memiliki berat volume 0,4 - 0,6 g/cm3

Perhitungan kebutuhan pupuk dengan memperhatikan nilai bv biasa digunakan ketika penelitian dilakukan dengan menggunakan pot dengan luasan tertentu.

Contoh:

Penelitian jagung akan dilakukan menggunakan pot dengan kapasitas tanah 10 kg dengan jenis tanah andosol yang memiliki BV 0,9 g/cm3. Tanaman jagung membutuhkan 100 kg N/ha, 200 kg P/ha, dan 200 kg K/ha.

Berapa pupuk yang harus ditambahkan dalam setiap pot yang memiliki kedalaman 50 cm untuk perakaran ?

Jawaban:

Volume tanah 1 ha = 50 cm x 10.000 m2 = 5000 m3 = 5.000.000.000 cm3

Berat tanah dengan bv 0,9 g/cm3 = 0,9 g/cm3 x 5.000.000.000 cm3

= 4.500.000.000 g

= 4.500. 000 kg

Urea yang dibutuhkan = 100 kg x (100/45) = 222,22 kg/ha

SP-36 yang dibutuhkan = 200 kg x (100/36) = 555,56 kg/ha

KCl yang dibutuhkan = 200 kg x (100/60) = 333,33 kg/ha

Kebutuhan pupuk/pot

Pupuk urea/pot = (10 kg)/(4.500.000 kg) x 222,22

= 0,000494 kg/pot = 494 mg/pot

Pupuk SP-36/pot = (10 kg)/(4.500.000 kg) x 555,56

= 0,001234 kg/pot = 1.234 mg/pot

Pupuk KCl/pot = (10 kg)/(4.500.000 kg) x 333,33

= 0,000741 kg/pot = 741 mg/pot

6. Berdasarkan Luas Lahan

Perhitungan kebutuhan pupuk berdasarkan luas lahan dilakukan ketika kebutuhan pupuk hanya memperhatikan kebutuhan pupuk per luasan lahan tanpa memperhatikan berat volume tanah yang digunakan

Contoh:

Jagung akan ditanam di lahan seluas 2500 m2 memiliki kebutuhan NPK phonska 150 kg/ha. Berapa kebutuhan pupuk NPK phonska pada lahan tersebut?

Jawaban:

Kebutuhan pupuk = (2500)/(10.000) x 150 = 37,5 kg

7. Berdasarkan Populasi Tanaman

Perhitungan kebutuhan pupuk berdasarkan populasi tanaman dilakukan ketika diketahui jumlah tanaman per luasan lahan dengan jarak tanam tertentu

Contoh:

Jagung ditanam dengan jarak tanam 40 x 40 cm dengan jumlah 1000 tanaman.

Berapa kebutuhan pupuk NPK phonska dan ZA selama budi daya jika tanaman membutuhkan 100 kg N, 50 kg P, dan 50kg K?

Jawaban:

Luas per tanaman = 40 cm x 40 cm = 1600 cm2 = 0,16 m2
Luas lahan 100 tanaman = 0,16 x 1000 = 160 m2
Jumlah tanaman per ha = 10.000 m2/0,16 m2 = 62.500 tanaman
NPK phonska 15:15:15 yang dibutuhkan/ha = 50 kg x (100/15) = 333,33 kg/ha
ZA yang dibutuhkan per ha = 50 kg x (100/15) = 238,09 kg/ha
NPK phonska 15:15:15 yang dibutuhkan = 160/10.000 x 333,33 = 5,33 kg
ZA yang dibutuhkan = 160/10.000 x 238,09 = 3,81 kg

c. Persiapan Obat–obatan untuk Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Persiapan obat-obatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan strategi untuk menangani potensi kerugian akibat adanya gangguan OPT. Penggunaan obat-obatan ini merupakan langkah terkahir yang digunakan untuk pengendalian OPT ketika cara manual tidak bisa mengendalikan kerugian akibat OPT.

Penggunaan pestisida dalam konsep penanganan hama terpadu (PHT) penggunaan pestisida harus memenuhi enam tepat: yaitu: (1) tepat sasaran, (2) tepat mutu, (3) tepat jenis pestisida, (4) tepat waktu, (5) tepat dosis atau konsentrasi, dan (6) tepat cara penggunaan.

Pestisida berasal dari kata pest (hama) dan cide (membunuh) yang berarti pembunuh hama. Menurut SK Menteri Pertanian RI Nomor 434.1/Kpts/TP.270/7/2001 yang disebut pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk:

  1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman, atau hasil-hasil pertanian.

  2. Memberantas rerumputan.

  3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.

  4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman (tetapi tidak termasuk dalam golongan pupuk).

  5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan piaraan dan ternak.

  6. Memberantas hama-hama air.

  7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad renik dalam rumah tangga, bangunan, dan dalam alat-alat pengangkutan.

  8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia.

Pada dasarnya prinsip penggunaan pestisida meliputi beberapa hal:

  1. Harus sesuai dengan peraturan yang berlaku dan mendapatkan izin dari pemerintah.

  2. Harus sesuai dengan rekomendasi penggunaan pestisida tersebut.

  3. Harus memberikan dampak minimal bagi pengguna, konsumen dan lingkungan.

  4. Harus sejalan dengan konsep pengendalian hama terpadu (PHT) serta menguntungkan secara ekonomis dan ekologis.

Terdapat beberapa penggolongan pestisida, yaitu berdasarkan OPT sasaran, cara kerja, waktu aplikasi, formulasi/bentuk, dan tingkat bahaya.

Tabel. Jenis Pestisida Berdasarkan OPT Sasaran

Jenis Pestisida

Sasaran

Insektisida

Serangga (ovisida : mengendalikan telur, larvasida : mengendalikan larva)

Akarisida

Akarina (tungau atau mites)

Moluskisida

Bangsa siput (moluska)

Rodentisida

Hewan pengerat seperti tikus

Nematisida

Nematoda

Fungisida

Cendawan (jamur/ fungi)

Bakterisida

Bakteri

Herbisida

Gulma (tumbuhan pengganggu)

Algisida

Ganggang (algae)

Piskisida

Ikan buas

Avisida

Burung perusak hasil pertanian

Repelen

Mengusir hama

Atraktan

Menarik dan mengumpulkan serangga

Tabel. Jenis Pestisida Berdasarkan Waktu Aplikasi

Jenis Pestisida

Cara Aplikasi

Preventif

Pestisida mencegah terjadinya serangan hama/penyakit

Kuratif

Pestisida yang diaplikasikan setelah terjadi infeksi tetapi sebelum gejala muncul

Eradikatif

Pestisida yang diaplikasikan setelah gejala muncul

Tabel. Jenis Pestisida Berdasarkan Formulasi/Bentuk

Jenis Pestisida

Simbol dan Keterangan

Cair

Emulsible Concentrate

EC Berbentuk cair pekat dengan kandungan bahan aktif yang tinggi dengan pelarut (solvent) berbasis minyak

Soluble Concentrate in Water

SCW, mirip EC, namun pelarut berupa air, jika dicampur air menjadi larutan homogen

Soluble Liquid

SL, berbentuk cair pekat, jika dicampur air membentuk larutan

Flowable in Water

FW, berbentuk konsentrat cair sangat pekat, jika dicampur air akan membentuk suspensi (partikel padat yang melayang di media cair)

Padat

Wettable Powder

WP, berbentuk tepung dengan kadar bahan aktif relatif tinggi (50-80%), jika dicampur air akan membentuk suspensi

Soluble Powder

SP, berbentuk tepung, jika dicampur air membentuk larutan homogen

Butiran (granul)

G, berbentuk butiran yang siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif rendah (sekitar 2%), aplikasi dengan ditabur

Water Dispersible Granule

WG atau WDG, berbentuk butiran yang harus diencerkan dengan air dan diaplikasikan dengan semprot

Soluble granule

SG, bentuk mirip WG, harus diencerkan dengan air dan diaplikasikan dengan semprot

Tepung (Dust)

D, berbentuk tepung siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif rendah (2%), aplikasi dengan dihembuskan

Seed dressing atau seed treatment

SD, ST, berbentuk tepung atau cair yang digunakan dalam penyimpanan ataupun perlakuan benih sebelum tanam

Tabel. Perbandingan Sifat Formulasi Pestisida

Formulasi

Resiko saat Pencampuran

Daya racun / fitotoksin

Abrasif / korosif

Pengadukan

Residu yang tampak

Kompatibel dengan formulasi lain

WP

Berdebu

Aman

Abrasif

Perlu

Ada

Sangat baik

WDG

Aman

Aman

Abrasif

Perlu

Ada

Baik

SP

Berdebu

Aman

Non abrasif

Tidak

Kadang ada

Cukup

EC

Percikan

Sedang

Merusak karet

Perlu

Tidak

Cukup

FW

Percikan

Sedang

Merusak karet

Perlu

Ada

Cukup

Solution

Percikan

Aman

Non abrasif

Tidak

Tidak

Cukup

Dust

Sangat berdebu

Aman

-

Perlu

Ada

-

Butiran

Aman

Aman

-

Tidak

Tidak

-

Tabel. Klasifikasi Pestisida Berdasarkan Tingkat Bahaya

Simbol warna

Kategori

Acute LD50 (tikus) mg/kg berat badan

Oral

Dermal/kontak

Padat

Cair

Padat

Cair

Merah

I : Bahaya, Beracun

<50

<200

<100

<400

Kuning

II :Peringatan, berbahaya

50-500

200-2000

200-2000

400-4000

Biru

III : Perhatian

500-2000

2000-3000

>1000

>4000

Hijau

IV

>2000

>3000

NA

NA

Label pada Pestisida

Dengan adanya pemahaman tentang label kemasan pestisida ini diharapkan pengguna pestisida sebelum mengaplikasikan pestisida telah membaca dan memahami label sehingga dapat mengaplikasikan pestisida secara aman, efektif dan bijaksana.

Dalam label kemasan tersebut berisi banyak informasi tentang jenis dan kandungan pestisida dalam kemasan.informasi yang harus dilihat terlebih dahulu oleh pengguna pestisida yaitu nama dagang, kadar bahan aktif, jenis formulasi, bobot atau volume pestisida, nomor dan tahun pembuatan, tipe pestisida, dan cara kerja.

Salah satu informasi yang penting adalah adanya piktogram yang terdapat dalam label kemasan bagian bawah. Piktogram merupakan gambar, tanda atau simbol yang memiliki arti khusus mengenai pestisida. Adapun gambar dari piktogram tersebut dan maknanya diantaranya adalah:

Simpan di tempat terkunci, jauhkan dari jangkauan anak-anak. Maksudnya adalah pestisida harus disimpan dalam wadahnya dengan tertutup rapat, ditaruh dalam tempat yang khusus dan terkunci serta aman bagi siapapun, terutama anak-anak (tidak mudah dijangkau anak-anak).

Konsentrat cair. Maksudnya bahwa pestisida tersebut formulasi atau bentuknya berupa cairan.

Konsentrat kering. Mengandung pengertian bahwa formulasi pestisida tersebut dalam bentuk padatan, seperti tepung ataupun granul.

Aplikasi menggunakan sprayer punggung. Dalam mengaplikasikan pestisida yang dimaksud harus menggunakan sprayer atau dengan cara disemprotkan.

Gunakan sarung tangan. Dalam penggunaan pestisida harus menggunakan pakaian pelindung di antaranya adalah sarung tangan. Bahan pembuat sarung tangan harus terbuat dari bahan yang tidak tembus air. Yang paling baik adalah terbuat dari bahan nitril.

Gunakan pelindung mata. Selain sarung tangan, perlengkapan pelindung yang lain adalah pelindung mata atau muka. Dimaksudkan agar percikan pestisida tidak mengenai mata. Bisa berupa kacamata, spray shield (perisai semprot) atau goggles (kacamata semprot).

Gunakan pakaian /perlengkapan pelindung. Apabila mau mengaplikasi pestisida hendaknya memakai pakaian pelindung. Pakaian pelindung sederhana bisa terdiri dari celana panjang dan kemeja lengan panjang yang terbuat dari bahan yang cukup tebal dan tenunannya rapat.

Celemek (appron). Appron disarankan digunakan untuk semua jenis penyemprotan dan harus digunakan ketika menyemprot tanaman yang tinggi. Appron dapat terbuat dari kulit sintesis atau plastik.

Cuci tangan dan muka sesudah aplikasi. Setelah mengaplikasi pestisida harus sesegera mungkin mencuci tangan dengan sabun sampai bersih. Diusahakan mandi dan berganti pakaian.

Gunakan sepatu boot. Pemakaian alat pelindung diri memakai sepatu boot digunakan pada saat menyemprot di lahan kering.

Gunakan masker. Pada saat aplikasi pestisida baik saat mencampur maupun menyemprot sebaiknya menggunakan masker untuk menutupi mulut dan lubang hidung. Masker bisa berupa sapu tangan, masker sederhana atau kain lainnya.

Gunakan respirator atau topeng gas. Perlengkapan ini digunakan saat aplikasi pestisida berbentuk gas yang didesain khusus.

Berbahaya bagi hewan ternak. Pestisida yang dimaksud dapat membahayakan keselamatan hewan piaraan atau ternak.

Berbahaya bagi ikan, jangan mencemari perairan. Pestisida ini dapat meracuni perairan dan habitat yang terdapat di air seperti ikan.

Beberapa hal yang diperhatikan sebelum aplikasi pestisida:

  1. Aplikasi berdasarkan ambang pengendalian/ambang ekonomi: Aplikasi pestisida yang dilakukan bila populasi hama atau intensitas serangan penyakit telah melampaui ambang tertentu

  2. Waktu aplikasi berdasarkan keadaan cuaca. Jangan menyemprot saat panas terik, saat angin kencang, mau turun hujan dan disaat ada embun.

  3. Dalam penyemprotan harus dicari imbangan yang cocok antara dosis dan konsentrasi. Imbangan tersebut dipengaruhi oleh volume semprot.

  4. Dosis adalah Jumlah pestisida yang dibutuhkan untuk pengendalian OPT per satuan luas lahan (kg/ha, liter/ha, dsb.). Sedangkan konsentrasi merupakan jumlah pestisida yang harus dicampurkan dalam setiap liter air (gram/liter; ml/liter, dsb.)

Penentuan volume semprot:

volume semprot=dosis/konsentrasi

d. Persiapan Pendukung Raga Tanaman

Pendukung raga tanaman merupakan suatu alat yang dibutuhkan tanaman tertentu untuk menjaga bagian tubuh tanaman tetap dengan kondisi yang optimal guna mendukung pertumbuhan dan perkembangannya untuk mencapai hasil yang maksimal. Pendukung raga tanaman yang biasa digunakan dalam budi daya tanaman yaitu ajir. Ajir adalah alat penegak yang terbuat dari batang bambu atau tongkat bilahan bambu berfungsi sebagai penyangga batang, tempat bersandar pohon atau merambatnya untuk tanaman perdu dan sejenisnya.

Ajir memiliki peran bagi tanaman yaitu sebagai penopang bagian tanaman agar tanaman dapat berdiri dan baris tanaman. Jenis dan karakter tanaman akan menentukan bentuk ajir.

Ajir bambu
(Sumber: https:// agrotani.com/)

Ajir plastik polyolefin
(Sumber: https://asriportal.com/)

Ajir dapat dipasang sebelum ataupun sesudah penanaman bibit tanaman. Pemasangan ajir sebelum penanaman bibit dilakukan ketika lahan sudah siap tanam, sudah dibuat bedengan dan sudah dilakukan pembumbunan. Pemasangan ajir setelah dengan kokoh dan kuat. Ajir juga berfungsi sebagai penanda pada batas petak penanaman bibit dilakukan ketika bibit telah tumbuh dan mengeluarkan sulurnya dengan tinggi tanaman sekitar 50 cm.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan ajir:
  1. Ajir harus kuat

    Ajir harus dapat menopang beban buah yang dihasilkan tanaman, yaitu kurang lebih 2 – 3 kg. Oleh karena itu, biasanya Ajir dari bahan bambu dan kayu yang sering digunakan. Kedua bahan ini memiliki kekurangan yaitu mudah diserang rayap dan tidak dapat digunakan berkali-kali. Terdapat alternatif bahan ajir yang terbuat dari plastik, terbuat dari pipa baja yang dilapisi plastik poliolefin sehingga membentuk seperti pipa yang kedua ujungnya ditutup oleh cap. Jenis Ajir plastik ini bersifat anti UV, anti korosi dan tahan lama sehingga ajir ini sangat awet dan dapat digunakan berkali-kali hingga 10 tahun lebih.

  2. Ajir diletakkan dengan jarak sesuai kebutuhan, tetapi secara umum Ajir di tancapkan pada jarak 25 cm dari pinggir guludan baik kanan maupun kiri lahan.

  3. Jika ajir yang digunakan diprediksi tidak mampu menahan beban, maka disarankan membentuk ajir secara menyilang pada pucuk ajir lainnya, lalu disusun hingga menyambung satu sama lain.

Fungsi dan Peran Ajir
  1. Sebagai penopang tanaman agar tidak mudah roboh atau terkoyak akibat curah hujan tinggi, tiupan angin, atau karena adanya pengaruh senggolan dengan serangga atau akibat dari aktivitas fisik lainnya

  2. Mendukung tanaman tumbuh lurus ke arah atas, mencegah tanaman tidak tumbuh bengkok ke arah samping kanan atau samping kiri

  3. Memperbaiki fungsi tumbuhnya tanaman agar tetap maksimal

  4. Mendukung transfer nutrisi tanaman dari akar ke atas organ tumbuh tanaman semakin optimal

  5. Mempercepat proses fotosintesis pada tanaman, karena tanaman mendapatkan cahaya matahari secara optimal

Jenis Tanaman yang Membutuhkan Ajir
  1. Tanaman yang merambat seperti tanaman timun, kacang panjang, pare, gambas, labu, anggur, melon, buncis, merica dan lain sebagainya.

  2. Tanaman semusim yang berbuah lebat seperti cabai, tomat, paprika juga memerlukan ajir agar tanaman tersebut tidak mudah roboh.