Preloader Logo

Penentuan Sistem Pertanaman

Cover Wiki

Maksud dan Tujuan


Penentuan sistem pertanaman bertujuan untuk menentukan dan mengatur pola pertanaman di suatu hamparan lahan dalam periode waktu tertentu.

Rotasi tanaman

Definisi


Sistem pertanaman dalam pertanian merupakan suatu kegiatan yang mencakup pengaturan pola dan model pertanaman pada lahan budi daya selama periode tertentu. Dalam perkembangannya, pengaturan sistem pertanaman dalam periode jangka panjang dengan memanfaatkan kearifan lokal dipercaya merupakan upaya untuk meningkatkan hasil pertanian secara berkelanjutan. Penentuan sistem pertanaman ini sangat bergantung pada target hasil pertanaman, kondisi lahan, lingkungan, iklim (curah hujan), dan aspek sosial pelaku budi daya tanaman.

Ragam Jenis


Jenis sistem pertanaman dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:

a. Pertanaman Tunggal (Monokultur)

Sistem pertanaman monokultur merupakan sistem pertanaman yang dilakukan dengan menanam 1 jenis tanaman dalam suatu luasan lahan dalam periode waktu tertentu. Tujuan dari sistem pertanaman monokultur yaitu untuk mendapatkan hasil suatu komoditas pertanian secara maksimal, sesuai dengan potensi hasil yang dimiliki. Sistem pertanaman ini dilakukan dalam 1 siklus hidup tanaman ataupun secara berulang dalam beberapa periode waktu.

Sistem pertanaman monokultur jagung

Sistem pertanaman monokultur padi

b. Pertanaman Ganda (Polikultur/Multiple Cropping)

Sistem pertanaman ganda sering disebut dengan sistem pertanaman polikultur atau multiple cropping. Sistem petanaman ini merupakan sistem pertanaman yang dilakukan dengan menanam 2 atau lebih tanaman dalam satu luasan lahan pada waktu yang sama selama periode waktu tertentu. Tujuan dari sistem pertanaman polikultur yaitu meningkatkan pemanfaatan fungsi lahan dengan sumber daya yang ada untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Prinsip dari pertanaman polikultur yaitu memanfaatkan sumber daya yang ada serta menjaga kelestarian lingkungan daerah pertanaman.

Sistem pertanaman tumpangsari cabai : bawang daun : selada
(sumber: https://kotamobaguonline.com)

Sistem pertanaman tumpangsari jagung : kedelai
(sumber: http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/)

Komponen-komponen yang diperhatikan dalam penerapan tumpangsari:

  1. Land Equivalent Ratio (LER)

    Tujuan: mengpenggunaan lahan gambarkan efisiensi penggunaan lahan.

LER = YabYaa + YbaYbb

  1. Area Time Equivalent Ratio (ATER)

    Tujuan: menghitung nilai kesetaraan lahan berdasarkan waktu, keuntungan hasil per satuan lahan. Semakin lama tanaman berada di suatu lahan, maka keuntungan dari segi waktu semakin kecil.

ATER = YabAab x TabYaaAaa/Taa + YbaAba x TYbbAbb/Tba

  1. Relative Crowding Coefficient (K)

    Tujuan: menghitung proporsi/jumlah tanaman yang ditanam pada satu lahan dengan hasil optimum pada masing-masing tanaman yang ditanam secara tumpangsari.

K = Yab x ZbaYaa-Yabx Zab

  1. Aggressivity (A)

    Tujuan: mengukur kemampuan kompetisi dalam memperoleh sumberdaya pada sistem tumpangsari.

A = YabYaa-Zab - YbaYbb-Zba

  1. Competitive Ratio (CR)

    Tujuan: menghitung rasio kompetisi

CR = Yab /YaaYba/Ybb x ZbaZab atau LER aLER b + ZbaZab

  1. Actual Yield Loss (AYL)

    Tujuan: menghitung proporsi kehilangan hasil tanaman sela dibandingkan dengan tanaman monokultur

AYL = YabZab x YaaZaa – 1

Keterangan:
Yab = Hasil tanaman A pada lahan intercropping/tumpangsari
Yaa = Hasil tanaman A pada lahan monokultur
Yba = Hasil tanaman B pada lahan intercropping/tumpangsari
Ybb = Hasil tanaman B pada lahan monokultur
Aab = luas lahan intercropping
Aaa = luas lahan monokultur
T = waktu yang dibutuhkan sampai panen
Tab = waktu yang dibutuhkan tanaman A sampai panen pada lahan intercropping
Taa = waktu yang dibutuhkan tanaman A sampai panen pada lahan monokultur
Tba = waktu yang dibutuhkan tanaman B sampai panen pada lahan intercropping
Zab = proporsi tanaman A dalam intercropping
Zba = proporsi tanaman B dalam intercropping

Tanaman bergilir

Pertanaman lorong

Rotasi dan Pola Tanam

Rotasi merupakan perputaran atau bergantinya beberapa jenis tanaman hingga kembali ke jenis tanaman awal yang merupakan tanaman utama. Sedangkan pola tanam merupakan urutan jenis tanaman yang dibudidayakan dalam satu tahun. Rotasi dan pola tanam akan sangat berkaitan karena keduanya dilakukan secara bersamaan.

Tujuan dilakukan rotasi dan pola tanam yaitu:

  1. Meningkatkan indeks panen per satuan luas lahan dalam satu tahun.

  2. Penentuan jenis tanaman yang berbeda akan menurunkan resiko gagal panen akibat serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Penentuan rotasi dan pola tanam juga merupakan salah satu teknik untuk memutus rantai persebaran OPT pada satu jenis tanaman.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan rotasi tanaman dan pola tanam yaitu kesuburan lahan, ketersediaan air, iklim (curah hujan), ketersediaan sarana dan prasarana produksi, ketersediaan biaya, sosial budaya, dan kearifan lokal yang ada.

  1. Pada lahan basah seperti lahan sawah, rotasi dan pola tanam yang dilakukan biasanya yaitu padi – padi – padi pada lahan dengan ketersediaan air cukup selama 1 tahun.

  2. Pada lahan dengan irigasi yang terbatas, rotasi dilakukan dengan pola tanam padi – padi – palawija atau padi – palawija – palawija.

  3. Pada lahan kering, seperti lahan tadah hujan dan lahan non sawah, rotasi dan pola tanam dilakukan berdasarkan komoditas utama.

Contoh:

  • Pada lahan kering tadah hujan dilakukan rotasi tanaman dengan pola tanam padi gogo – jagung – kedelai.

  • Pada lahan non sawah di dataran tinggi dilakukan rotasi dengan pola tanam cabai – kentang – tomat.

Tanaman utama sebagai dasar rotasi tanaman dalam pola tanam, biasanya ditanam pada Musim Tanam I (MT I), yaitu pada awal musim hujan. Informasi kebutuhan air tanaman pada setiap musim tanam akan membantu penentuan komoditas tanaman dalam rotasi tanaman dan mengurangi kerugian penurunan hasil akibat kekurangan air selama budi daya tanaman dilakukan.

Pertanian Campuran (Mixed Farming)

Integrasi tanaman dengan hewan

Sistem pertanaman campuran (mixed cropping) merupakan sistem pertanaman dengan mengkombinasikan budi daya tanaman semusim atau tanaman tahunan dengan ternak, ikan, dan sebagainya.

Sistem pertanaman ini bertujuan untuk membentuk integrasi antara tanaman dan hewan dalam rangka meningkatkan keuntungan secara materi maupun secara non materi dengan ketersediaan bahan organik.

Sistem pertanaman ini membentuk sistem pertanian terpadu dengan tanaman budi daya dan ternak sama-sama menjadi basis pertanian. Tanaman mendapatkan keuntungan tambahan dari tersedianya bahan organik dari kotoran hewan ternak, dan hewan ternak mendapatkan keuntungan dengan tersedianya pakan ternak di areal lahan budi daya.

Mina padi (ikan – padi)
(sumber: https://discoveragriculture.com/)

Contoh dari sistem pertanian campuran ini yaitu mina padi dengan budi daya ikan di lahan sawah budi daya padi dengan waktu bersamaan ketika lahan padi dalam fase awal pertumbuhan. Contoh lain yaitu pemeliharaan sapi di dekat areal perkebunan. Hewan ternak akaan mendapatkan pakan ternak dari tanaman pagar, dan tanaman akan mendapatkan pupuk kandang dari kotoran ternak.