Preloader Logo

Pemasangan Mulsa

Cover Wiki

Maksud dan Tujuan


Pemasangan mulsa dilakukan untuk menjaga lingkungan tumbuh bagi tanaman, memberi kemudahan dalam pemeliharaan tanaman, dan untuk konservasi tanah sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat lebih optimal.

Tujuan pemasangan mulsa adalah menjaga suhu dan kelembapan tanah agar relatif stabil, mencegah hilang atau tercucinya unsur hara akibat air atau penguapan, saat musim kemarau dapat mengurangi terjadinya penguapan air di dalam tanah, saat musim hujan dapat mencegah erosi tanah, mengurangi laju pertumbuhan gulma sehingga mengurangi kegiatan pengendalian gulma, menekan perkembangan hama dan penyakit, mencegah kerusakan produk/hasil tanaman yang diakibatkan oleh penyakit yang disebarkan melalui percikan air tanah, dan meningkatkan hasil panen dan kualitas hasil panen.

Penggunaan mulsa plastik pada bedengan

Definisi


Mulsa adalah material penutup permukaan tanah pada lahan budi daya.

Pemasangan mulsa adalah proses menutupi bedengan atau lahan tempat budi daya dengan bahan organik yang bersifat permanen atau lembaran plastik yang bersifat sementara.

Ragam Jenis


Berdasarkan sumber bahan dan cara pembuatannya, mulsa dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu mulsa organik dan mulsa anorganik.

a. Mulsa Organik

Mulsa organik adalah penutup permukaan tanah yang berasal dari bahan-bahan alami, baik dari sisa-sisa tanaman maupun dari tumbuhan yang sengaja ditanam sebagai penutup (cover crop). Mulsa organik dapat diberikan sebelum atau setelah tanam.

Contoh tanaman yang biasa menggunakan mulsa jerami yaitu cabai, kentang, kedelai, bawang putih, melon, semangka.

Mulsa organik jerami padi

Mulsa organik serbuk kayu
Sumber: www.wikiwand.com

Mulsa organik daun kering
Sumber: gencil.news

Mulsa organik dari sisa-sisa tanaman (serasah), contohnya seperti potongan-potongan daun, batang, serbuk gergajian kayu, alang-alang, jerami padi, sekam padi.

Mulsa organik dari tumbuhan misalnya jenis kacang-kacangan.

Pemasangan mulsa organik dari jerami dan penanaman rumput vetiver untuk mencegah erosi pada lahan pertanaman jagung (Subagyono et al., 2003)

Tabel. Kelebihan dan kekurangan mulsa organik

Kelebihan

Kekurangan

  • Mulsa organik mudah didapatkan dan ekonomis

  • Mulsa organik dapat mempengaruhi sifat-sifat kimia tanah, seperti menambah persentase bahan organik, C organik tanah dan sumber unsur hara N total, P tersedia dan K tersedia yang diperlukan oleh tanaman

  • Dalam pemberiannya harus memperhatikan jumlah kebutuhan yang sesuai, agar nisbah C/N tidak bernilai tinggi.

  • C organik yang terlalu tinggi dapat menyebabkan N dalam tanah akan berkurang akibat digunakan oleh mikroorganisme perombak bahan organik untuk pertumbuhannya.

b. Mulsa Anorganik

Mulsa anorganik adalah penutup permukaan tanah yang berasal dari bahan bahan sintetis yang sukar terurai. Contoh mulsa anorganik yaitu mulsa plastik dan mulsa karung plastik. Mulsa anorganik dapat dipasang sebelum tanam sesuai dengan ukuran lahan atau bedengan.

Mulsa anorganik berupa mulsa plastik, terdiri dari berbagai jenis berdasarkan jenis warna dan intensitas sinar matahari yang dapat diteruskan. Warna mulsa mempengaruhi suhu tanah, aliran udara di sekitar pertanaman, besar-kecilnya jangkauan radiasi cahaya matahari yang dapat diterima dan diteruskan ke permukaan lapisan tanah, serta cahaya yang dapat dipantulkan oleh mulsa, sehingga berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas cahaya yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk melakukan proses fotosintesis.

Penggunaan mulsa plastik tergantung pada jenis tanaman, iklim, tanah, curah hujan, dan kualitas air. Pemasangan mulsa plastik dilakukan saat cuaca panas, agar plastik mulsa dapat memuai dan menutup bagian permukaan tanah atau bedengan dengan sempurna. Mulsa plastik lebih mahal dibandingkan mulsa organik, namun lebih praktis dan tahan lama (dapat digunakan lebih dari satu kali musim tanam).

Contoh tanaman yang biasa menggunakan plastik jerami yaitu cabai, tomat, terong, seledri, kubis, sawi, dan jenis tanaman hortikultura lainnya.

Contoh mulsa plastik yaitu mulsa plastik putih, mulsa plastik kuning mulsa plastik merah, mulsa plastik biru, mulsa plastik hitam, mulsa plastik perak-perak (kedua sisi berwarna perak), dan mulsa plastik hitam-perak (MPHP).

Mulsa plastik hitam

Mulsa plastik hitam dapat digunakan di tanah berpasir dengan keadaan air salin, yang dapat membantu menjaga kelembapan tanah, mengendalikan pertumbuhan gulma, dan mengurangi radiasi sinar matahari yang keluar.

Mulsa plastik perak secara umum menjaga wilayah perakaran tanaman suhunya lebih dingin dan mengurangi intensitas serangan hama.

Mulsa plastik perak

Mulsa plastik hitam perak

Mulsa plastik hitam-perak (MPHP) banyak digunakan di Indonesia. Plastik mulsa hitam-perak memiliki sisi berwarna hitam yang dipasang menghadap ke bawah dan sisi satunya berwarna perak yang dipasang menghadap ke atas.

Sisi lembaran yang berwarna hitam memberi kesan gelap dan dapat menyerap panas, sehingga tanah tetap lembab dan dapat menekan laju pertumbuhan gulma, sedangkan sisi lembaran yang berwarna perak berguna untuk memantulkan sinar matahari (sinar UV) sehingga dapat menghambat serangan hama seperti tungau, thrips, dan ulat di lingkungan pertanaman, serta secara tidak langsung ikut menekan serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur dan virus (Piay et al., 2010).

Mulsa anorganik mulsa plastik warna putih, merah, kuning, biru, hitam, perak, transparan
Sumber: agritech.tnau.ac.in

Mulsa plastik putih memberikan kondisi tanah yang lebih dingin dari warna lainnya, sehingga cocok digunakan pada saat iklim sangat panas.

Mulsa plastik transparan digunakan untuk meningkatkan suhu tanah dan lebih utama digunakan untuk solarisasi tanah tanpa fumigasi atau pengendalian gulma dengan solarisasi.

Mulsa plastik berwarna seperti warna merah, kuning, hijau, biru, dan cokelat dapat meningkatkan hasil panen, di samping juga mengendalikan gulma di area pertanaman (Franquera, 2011).

Pustaka


Franquera, E. N. (2011). Influence of Different Colored Plastic Mulch on the Growth of Lettuce (Lactuca sativa). Journal of Ornamental and Horticultural Plants, 1(2), 97–104.

Harsono, P. (2012). Mulsa Organik: Pengaruhnya terhadap Lingkungan Mikro, Sifat Kimia Tanah dan Keragaan Cabai Merah di Tanah Vertisol Sukoharjo pada Musim Kemarau. J. Hort. Indonesia, 3(1), 35–41.

Piay, S. S., Tyasdjaja, A., Ermawati, Y., & Hantoro, F. R. P. (2010). Budidaya dan Pascapanen Cabai merah (Capsicum annuum L.). BPTP Jawa Tengah.

Subagyono, K., Marwanto, S., & Kurnia, U. (2003). Teknik Konservasi Tanah Secara Vegetatif. Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.