Preloader Logo

Persiapan Benih Jagung

Cover Wiki

Persiapan benih merupakan salah satu upaya yang penting untuk dilakukan guna mendukung produksi suatu jenis tanaman. Proses persiapan benih bertujuan untuk memastikan ketersediaan, kelayakan, dan pemilihan benih bermutu sehingga akan mendukung proses budidaya suatu tanaman untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

Kegiatan persiapan benih jagung di antaranya sebagai berikut:

a. Perlakuan Benih dan Semar


Perlakuan benih jagung merupakan langkah penting dalam memastikan kesehatan dan produktivitas tanaman jagung. Proses persiapan melibatkan beberapa langkah yang perlu diikuti dengan hati-hati untuk memastikan benih terlindung dari hama dan penyakit.

Langkah pertama dalam menyiapkan persiapan benih jagung adalah memilih produk perlakuan benih yang sesuai. Produk-produk ini dirancang untuk menargetkan hama atau penyakit tertentu yang umum terjadi di area penanaman jagung. Penting untuk memilih produk yang efektif melawan hama dan penyakit ini untuk memastikan benih terlindungi dengan baik. Setelah produk perlakuan benih yang sesuai dipilih, langkah selanjutnya adalah menentukan tingkat aplikasi. Tingkat ini akan tergantung pada jenis produk yang digunakan dan ukuran benih. Tingkat aplikasi yang disarankan dapat ditemukan pada label produk atau dengan menghubungi produsen produk.

Gambar. Kemasan produk pelapisan benih jagung

Produk-produk perlakuan benih kemudian dicampur bersama-sama dalam sebuah seed treater atau mixer untuk memastikan bahwa mereka terdistribusi secara merata. Jika tidak tersedia alat pengolah benih, produk dapat dicampur dengan tangan di dalam wadah. Penting untuk mencampur produk secara menyeluruh untuk memastikan benih terlapisi dengan baik. Langkah terakhir dalam menyiapkan perlakuan benih jagung adalah dengan menerapkan perlakuan pada benih jagung. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan pengolah benih atau dengan tangan. Jika perawatan dilakukan dengan tangan, penting untuk memakai sarung tangan pelindung dan masker untuk mencegah paparan bahan kimia.

Gambar. Benih jagung sebelum (kiri) dan sesudah (kanan) diberikan pelapisan benih

Penting untuk mengikuti semua petunjuk label produk dan mengambil tindakan pencegahan keamanan yang tepat saat menangani dan menerapkan produk perawatan benih. Produk-produk ini dapat berbahaya jika tidak ditangani dengan benar. Dengan mempersiapkan perawatan benih jagung dengan hati-hati dan melakukan tindakan pencegahan yang diperlukan, tanaman jagung dapat dilindungi dari hama dan penyakit, menghasilkan panen yang lebih sehat dan lebih produktif.

b. Penyiraman Benih


Proses penyediaan air untuk benih jagung selama perkecambahan dan tahap pertumbuhan awal adalah untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Irigasi memainkan peran penting dalam memastikan benih jagung menerima air yang cukup selama perkecambahan dan tahap pertumbuhan awal. Irigasi dapat dilakukan melalui berbagai metode, seperti irigasi sprinklers, irigasi tetes, atau irigasi alur. Pemilihan metode akan tergantung pada berbagai faktor seperti jenis tanah, kondisi cuaca, ketersediaan air, dan luas areal penanaman.

Irigasi sprinkler adalah salah satu metode irigasi yang paling umum digunakan untuk benih jagung. Sistem ini mudah dipasang dan menyediakan cakupan air yang merata di area yang luas. Namun, juga dapat menyebabkan pemborosan air karena penguapan, aliran angin, dan limpasan. Hal ini dapat mengakibatkan pengairan yang berlebihan, yang dapat menyebabkan busuk akar dan penyakit tanaman lainnya.

Gambar. Irigasi sprinkler pada area penanaman jagung

Irigasi tetes adalah metode lain yang dapat digunakan untuk irigasi benih jagung. Ini melibatkan penyerapan air langsung ke zona akar tanaman melalui serangkaian pipa dan penghasil emisi. Metode ini sangat efisien karena mengurangi pemborosan air, tetapi pemasangan dan pemeliharaannya bisa lebih mahal.

Gambar. Irigasi tetes pada area penanaman jagung

Irigasi alur melibatkan pembuatan saluran dangkal di antara barisan tanaman, dan air kemudian dialirkan melalui saluran ini. Metode ini kurang efisien dibandingkan irigasi tetes, tetapi dapat menjadi cara yang efektif untuk mengalirkan air ke zona akar tanaman.

Gambar. Irigasi alur pada area penenaman jagung

Jumlah dan waktu irigasi akan tergantung pada berbagai faktor seperti jenis tanah, kondisi cuaca, dan tahap pertumbuhan. Umumnya, biji jagung membutuhkan sekitar 1 inci air per minggu selama tahap perkecambahan dan pertumbuhan awal. 1 inci air mengacu pada kedalaman air yang menutupi area tertentu, 1 inci sama dengan kira-kira 2,4 cm sedangkan 1 liter air mengacu pada jumlah air yang terkandung dalam volume 1 dm3 atau 1000 cm3. Sehingga, volume air yang sesuai dengan kedalaman 1 inci di atas area tertentu tergantung pada ukuran area tersebut. Misalnya, jika Anda memiliki luas 1 m2, 1 inci air pada luas area 1 m2 akan setara dengan sekitar 240 liter air. Oleh karena itu, untuk mengubah inci air menjadi liter air, Anda perlu mengetahui ukuran area penyebaran air.

Penting untuk menghindari irigasi yang berlebihan, karena kelebihan air dapat menyebabkan busuk akar dan penyakit tanaman lainnya. Selain itu, kurangnya irigasi dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat dan hasil berkurang. Sehingga, perlu diperhatikan bahwa kebutuhan air benih jagung akan bervariasi sepanjang musim tanam, dan dapat meningkat seiring dengan bertambahnya usia tanaman dan akan bergantung pada kondisi tanah dan cuaca setempat.

c. Pemeliharaan Bibit


Penanaman dengan metode langsung

Tanaman jagung yang ditanam secara langsung dapat disebut bibit dimulai dari munculnya pucuk di atas permukaan tanah hingga tumbuh 3-5 helai daun dan aktif tumbuh. Fase ini juga dikenal sebagai tahap pertumbuhan jagung VE-V3, yang biasanya juga disebut germination (perkecambahan) atau emergence (kemunculan). Selama tahap VE-V3, bibit jagung bergantung pada cadangan energi yang tersimpan di dalam benih, dan sangat penting untuk menyediakan kondisi lingkungan yang diperlukan untuk tumbuh dengan sehat. Ini termasuk kelembapan tanah, sinar matahari, dan suhu yang memadai, yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan dan perkembangan awal bibit.

Penting untuk dicatat bahwa tahap VE-V3 adalah awal dari siklus pertumbuhan tanaman jagung yang sangat krusial. Pemeliharaan yang tepat sangat penting pada tahap ini untuk memastikan tanaman tetap tumbuh sehat dan berkembang menjadi tanaman jagung produktif. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan bibit jagung stadium V3-V5 :

  • Kondisi lahan: pembibitan jagung membutuhkan tanah yang subur dan berdrainase baik dengan tingkat pH 6,0 hingga 6,5 ​​dan kaya bahan organik untuk menyediakan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pengujian tanah secara teratur dan pengelolaan pupuk yang hati-hati dapat membantu memastikan bahwa tanah menyediakan nutrisi yang tepat untuk tanaman.

  • Sinar matahari: Sinar matahari yang cukup sangat penting untuk fotosintesis, yaitu proses di mana tumbuhan menghasilkan energi dari sinar matahari, air, dan karbon dioksida. Karena itu, penting untuk memilih lokasi yang cerah untuk menanam benih jagung. Saat memilih lokasi penanaman benih jagung, carilah lokasi yang mendapat sinar matahari langsung minimal 6 jam per hari. Hindari penanaman di area yang ternaungi oleh bangunan, pohon, atau bangunan lain, karena dapat menghalangi sinar matahari dan mengurangi potensi pertumbuhan dan hasil tanaman.

  • Irigasi: Kebutuhan air irigasi bibit jagung pada fase VE-V3 akan tergantung pada beberapa faktor, antara lain kerapatan tanam, jenis tanah, kondisi cuaca, dan praktik pengelolaan tanaman. Namun pada umumnya bibit jagung pada fase ini membutuhkan air sekitar 0,2-0,25 inci per hari. Artinya, jika tanah memiliki kapasitas menahan kelembapan 2 inci, diperlukan irigasi setiap 8-10 hari untuk mempertahankan tingkat kelembapan tanah yang memadai. Namun seperti yang telah disebutkan sebelumnya, frekuensi dan jumlah irigasi akan bervariasi tergantung pada jenis tanah, kondisi cuaca, dan faktor lainnya.

  • Pemupukan: Bibit jagung membutuhkan pemupukan secara teratur untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan yang tepat. Pemupukan penting untuk menyediakan nutrisi penting, seperti nitrogen, fosfor, dan kalium, yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang optimal. Pada saat awal tanam diperlukan pemupukan berimbang, seperti pupuk campuran 10-10-10, dapat diterapkan untuk memberikan unsur hara awal yang dibutuhkan bibit untuk perkecambahan dan pertumbuhan awal. Ketika tanaman tingginya bertambah, aplikasi pupuk lain dapat dilakukan untuk memberikan nutrisi tambahan untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan. Pemupukan teratur, berdasarkan pengujian tanah dan pengelolaan yang hati-hati, sangat penting untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan bibit jagung yang optimal.

Gambar. Pemupukan jagung pada fase pertumbuhan awal (VE-V3)

  • Pengelolaan hama: Salah satu cara untuk melindungi bibit jagung dari serangan hama adalah dengan menggunakan insektisida. Insektisida dapat diterapkan pada tanaman secara langsung, baik sebagai semprotan atau melalui irigasi, untuk mengendalikan hama. Namun, penting untuk menggunakan insektisida dengan hati-hati, mengikuti petunjuk label dan pedoman keselamatan, untuk menghindari dampak negatif terhadap lingkungan atau organisme non-target.

  • Pengelolaan gulma: Salah satu cara pengendalian gulma di sekitar bibit jagung adalah dengan menggunakan cangkul untuk mengolah tanah di sekitar tanaman, memotong gulma di pangkal dan mengganggu sistem perakarannya. Ini dapat dilakukan dengan hati-hati, berhati-hatilah agar tidak mengganggu tanah di sekitar bibit jagung yang dapat merusak akarnya. Selain cara tersebut, mulsa juga bisa menjadi cara yang efektif untuk mengendalikan gulma di sekitar bibit jagung. Mulsa melibatkan menutupi tanah di sekitar tanaman dengan lapisan bahan organik, seperti jerami, daun, atau potongan rumput, yang dapat membantu menekan pertumbuhan gulma sekaligus menjaga kelembapan dan mengatur suhu tanah.

Penanaman Dengan Pindah Tanam

Persemaian bibit jagung adalah metode menumbuhkan benih jagung di dalam ruangan atau lingkungan yang terlindung dan terkendali, yang memungkinkan Anda memastikan kondisi pertumbuhan bibit yang optimal. Untuk membuat pembibitan jagung, Anda harus memilih lokasi yang sesuai dengan akses ke cahaya matahari, serta pencahayaan buatan jika diperlukan. Anda harus menyiapkan media tanam yang berdrainase baik dan kaya nutrisi, seperti campuran tanah, kompos atau pupuk organik. Benih harus disemai pada kedalaman dan jarak yang sesuai, dan disiram perlahan untuk menghindari genangan air yang berlebihan atau genangan air pada tanah.

Gambar. Bibit jagung dalam persemaian baki

Baki (tray) harus ditutup dengan plastik atau penutup lain untuk meningkatkan retensi kelembapan dan kehangatan. Saat bibit tumbuh, mereka harus dijarangkan untuk mencegah kepadatan berlebih, dan dipupuk dengan pupuk berimbang untuk mendorong pertumbuhan yang sehat. Anda juga harus memantau bibit untuk tanda-tanda hama atau penyakit, dan mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah penyebarannya. Setelah bibit tumbuh dengan ukuran yang sesuai dan siap untuk dipindahkan, mereka harus diaklimatisasi secara bertahap dengan memaparkannya ke kondisi luar ruangan sebelum dipindahkan ke lahan. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, Anda dapat berhasil membuat pembibitan jagung untuk menghasilkan bibit yang sehat dan kuat untuk ditanam.

d. Transplanting (Pindah Tanam)


Dalam budidaya jagung, para petani lebih banyak menggunakan sistem tanam benih langsung dibandingkan dengan melakukan pindah tanam (transplanting). Hal ini karena lebih efisien dan hemat biaya daripada tanam. Namun, pada beberapa negara terdapat petani yang melakukan penanaman jagung dengan metode pindah tanam (transplanting). Metode pindah tanam mungkin diperlukan dalam situasi tertentu, seperti:

  • Penanaman awal: Pindah tanam jagung memungkinkan penanaman lebih awal di daerah dengan musim tanam pendek atau di daerah di mana cuaca musim kering tidak dapat diprediksi. Pembibitan dapat dimulai di dalam ruangan atau di rumah kaca dan kemudian dipindahkan ke lapangan setelah risiko kekeringan berlalu.

  • Pengelolaan penyakit atau hama: Pindah tanam jagung dapat membantu mengurangi risiko penyakit atau kerusakan hama pada daerah endemik hama atau penyakit dengan membiarkan tanaman tumbuh sendiri di lingkungan yang terkendali sebelum dipindahkan ke lapangan.

  • Kondisi tanah: Pindah tanam jagung dapat menjadi strategi yang berguna di daerah dengan kondisi tanah yang buruk, seperti tanah liat yang berat atau tanah dengan kesuburan rendah. Bibit dapat ditransplantasikan ke bedengan yang telah disiapkan dengan kualitas tanah yang lebih baik untuk membantu memastikan keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan.

  • Penanaman presisi: Pindah tanam jagung memungkinkan penanaman yang lebih tepat, karena bibit dapat ditempatkan pada jarak yang konsisten dan pada kedalaman yang konsisten. Ini dapat membantu memaksimalkan hasil dan mengurangi limbah benih.

Ketika Anda akan memutuskan melakukan penanaman jagung dengan metode pindah tanam, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan saat memilih bibit tanaman yang akan di pindah tanam:

  • Umur: Bibit jagung harus pada usia yang sesuai untuk dipindahkan. Biasanya, bibit jagung ditransplantasikan saat berumur 4 hingga 6 minggu dan memiliki minimal 2 hingga 4 helai daun.

  • Ukuran: Pilih bibit jagung yang sehat dan kuat, dengan diameter batang minimal 0,6 cm – 1 cm. Hindari bibit yang terlalu kecil atau kurus, karena ini mungkin tidak bertahan dalam proses pemindahan.

  • Sistem perakaran: Pilih bibit jagung dengan sistem perakaran yang berkembang dengan baik, karena ini akan lebih mampu memantapkan diri di lokasi barunya. Hindari bibit dengan akar yang rusak atau sakit.

  • Warna daun: Pilih bibit jagung dengan daun yang sehat dan hijau. Hindari bibit dengan daun kuning atau coklat, karena dapat stres atau sakit.

  • Aklimatisasi: Sebelum tanam, bibit jagung harus aklimatisasi dengan memaparkannya secara bertahap ke kondisi luar ruangan. Pilih bibit yang telah beradaptasi setidaknya selama seminggu, karena ini akan lebih mampu mentolerir kerusakan saat pindah tanam.

Gambar. Bibit jagung yang sudah siap untuk pindah tanam

Melakukan pindah tanam tanaman jagung bisa sedikit lebih menantang dibandingkan tanaman lain, karena jagung memiliki sistem akar yang sensitif. Namun, itu masih dapat dilakukan dengan memperhatikan langkah-langkah berikut:

  • Mulailah dengan memilih bibit yang sehat: Bibit harus sehat dan kuat dengan sistem perakaran yang berkembang dengan baik sesuai dengan kriteria diatas. Hindari menanam bibit yang terlalu kecil atau lemah.

  • Persiapkan lokasi penanaman: Pilih lokasi dengan tanah yang memiliki drainase baik dan paparan sinar matahari penuh. Persiapkan tanah dengan menggemburkannya dan menambahkan bahan organik atau kompos untuk meningkatkan kesuburan tanah.

  • Gali lubang tanam: Gali lubang di tanah yang sudah disiapkan dengan jarak setidaknya 60-75 cm, dengan kedalaman sekitar 7,5-10 cm.

  • Keluarkan bibit dengan hati-hati: Keluarkan bibit dengan hati-hati dari wadah atau bedengan aslinya, berhati-hatilah agar tidak merusak akarnya.

  • Menanam bibit: Tempatkan bibit di dalam lubang dan dengan hati-hati isi kembali tanah di sekitarnya, pastikan untuk memadatkan tanah dengan kuat di sekitar pangkal tanaman.

  • Lakukan penyiraman: Setelah pemindahan, sirami bibit secara teratur untuk membantu mengendapkan tanah dan memastikan kontak akar ke tanah menjadi baik.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Garvic and Omerbegovic (2021) di Sarajevo (Bosnia and Herzegovina) pada tahun 2018-2019 dengan menanam jagung menggunakan metode pindah tanam menunjukkan bahwa jagung yang ditanam dengan metode pindah tanam dimana benih ditumbuhkan pada baki (tray) selama 4 minggu memiliki hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode tanam benih langsung.

Tabel 1. Perbandingan pertumbuhan dan hasil jagung dengan metode tanam langsung dan pindah tanam

Parameter

Tahun

2018

2019

Rata-rata 2 Tahun

Tanam Langsung

Pindah Tanam

Tanam Langsung

Pindah Tanam

Tanam Langsung

Pindah Tanam

Panjang tongkol (cm)

21,9

22,3

21,2

22,5

21,5

22,4

Berat tongkol (cm)

301,8

306,3

221,1

254,4

261,45

280,35

Hasil (ton/ha)

5,8

11,6

10,6

11,3

8,3

11,5

Garvic and Omerbegovic (2021)

e. Penyulaman


Penyulaman bibit jagung adalah proses yang melibatkan pencabutan dan penanaman ulang tanaman jagung muda dengan hati-hati dari satu lokasi ke lokasi lain. Proses ini mungkin diperlukan karena berbagai alasan, seperti kualitas tanah yang buruk, teknik penanaman yang tidak tepat, atau kerusakan yang disebabkan oleh hama dan penyakit atau kondisi cuaca.

Pengambilan keputusan untuk melakukan penyulaman harus dilakukan dengan seksama. Untuk mengevaluasi apakah akan dilakukan penyulaman atau tidak adalah dengan menghitung jumlah benih yang tumbuh dari 3-4 lokasi yang berbeda pada suatu area penanaman. Evaluasi dilakukan pada luasan 5-10 m2 yang disesuaikan dengan luas area penanaman. Evaluasi setiap tanaman dalam baris dan tentukan jumlah tanaman hidup yang tersisa. Penting untuk mencatat setiap celah besar antara tanaman hidup dalam barisan karena ini dapat menyebabkan kerugian tambahan. Kesenjangan 5-6 tanaman dapat menyebabkan tambahan kehilangan hasil hingga 5%.

Contoh penilaian, Jika Anda menanam 70.000 tanaman per hektar pada tanggal 25 April (penanaman awal) dan hanya tersisa 50.000 tanaman per hektar akibat berbagai alasan yang disebutkan diatas, lalu Anda tidak dapat melakukan penyulaman sampai tanggal 20 Mei, maka akan lebih baik meninggalkan tanaman Anda saat ini, yang memiliki potensi hasil 91-95%, daripada Anda melakukan penyulaman dengan menambahkan bibit hingga 30.000 pada tanggal 20 Mei maka potensi hasil tanaman Anda akan turun menjadi 86%, berdasarkan Tabel 2 Selain itu pastikan Anda mempertimbangkan biaya penyulaman dalam keputusan Anda.

Tabel. Potensi hasil relatif jagung menurut tanggal tanam (penyulaman) dan populasi tanaman

Populasi (Tan/hektar)

Tanggal Penanaman

20 April - 5 Mei

5 - 15 Mei

15 - 25 Mei

25 Mei - 5 Juni

5 - 15 Juni

Persentase Hasil Maksimum

90.000

97%

93%

85%

68%

52%

80.000

99%

95%

86%

69%

53%

70.000*

100%*

96%

87%

70%

54%

60.000***

99%

95%

86%***

69%

53%

50.000**

95%**

91%

83%

67%

51%

40.000

89%

85%

77%

63%

48%

30.000

81%

78%

71%

57%

44%

20.000

71%

68%

62%

50%

38%

Keterangan: Warna merah* (potensi hasil penanaman awal), Warna hijau** (potensi hasil apabila tidak dilakukan penyulaman), Warna biru*** (potensi hasil apabila dilakukan penyulaman).