Preloader Logo

Pengendalian Hama Penyakit pada Padi

Cover Article

Padi merupakan tanaman pangan utama penduduk Indonesia. Untuk itu, Pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan produksi padi untuk meningkatkan ketahanan pangan. Upaya meningkatkan pendapatan dari usaha tani padi sawah sudah lama dilakukan, namun dalam kenyataannya, produksi padi saat ini cenderung menurun. Beberapa kendala menurunnya produksi padi di antaranya adalah karena serangan hama dan penyakit.  

Pengendalian hama dan penyakit pada padi sampai saat ini masih mengandalkan penggunaan pestisida kimia sintetik yang relatif mahal. Hal ini menyebabkan meningkatnya biaya pengendalian hingga mencapai 25% dari total biaya produksi. Selain pembiayaan yang meningkat, penggunaan pestisida terbukti dapat mencemari lingkungan, terutama jika digunakan secara tidak terkendali. Untuk itu, perlu dilakukan pengelolaan  komponen budidaya secara selektif melalui langkah-langkah berikut, di antaranya:  

  1. pemilihan Varietas Padi

    Penggunaan varietas tahan penyakit merupakan cara pengendalian yang mudah, aman dan efektif. Varietas tahan hawar daun bakteri (HBD) yang dikenal sebagai penyakit kresek diantara varietas Angke, Conde, Inpari-4, Inpari-6, dan Inpari-32. Varietas tahan tungro di antaranya Tukad Balian, Tukad Petanu, Tukad Unda, Kalimas, Bondoyudo, Inpari-36 dan Inpari-37. Varietas unggul baru padi tahan hama wereng cokelat ialah Inpari-13 dan Inpari-33. Selanjutnya, varietas padi unggul baru tahan penyakit blas atau bercak pada daun ialah varietas Towuti, Situ Patenggang, Butategi, Inpago- 6, Inpago-7, dan Inpago-8. 

  2. Waktu dan Jarak Tanam

    Waktu tanam padi perlu disesuaikan dengan lingkungan, diusahakan umur tanaman padi di satu lokasi tidak jauh berbeda dengan di lokasi sekitarnya. waktu tanam padi yang tidak serempak pada pertanaman awal dapat menjadi sumber inokulum penyakit bagi tanaman yang lebih muda, terutama penyakit yang ditularkan melalui angin atau serangga vektor.  

    Jarak tanam diatur tidak terlalu rapat agar kelembapan dan suhu di sekitar lingkungan tanaman tidak terlalu tinggi, terutama tanaman padi yang mempunyai anakan banyak dan berdaun lebat. Kelembapan dan suhu tinggi di lingkungan pertanaman akan memicu perkembangan penyakit yang menginfeksi bagian pelepah dan batang  padi, seperti hawar pelepah dan busuk batang. Semakin rendah suhu dan kelembapan di bawah kanopi tanaman, semakin kecil laju perkembangan penyakit.  

  3. Pemberian Bahan Organik

    Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus berdampak negatif terhadap kesehatan tanah, antara lain kadar bahan organik tanah menurun, polusi lingkungan, aktivitas mikroorganisme tanah juga menurun, dan pemadatan tanah. Bahan Organik merupakan substrat bagi sebagian mikroorganisme tanah untuk tumbuh dan berkembang, sehingga dapat meningkatkan populasi. Bahan organik yang digunakan sebaiknya sudah mengalami dekomposisi, karena suhu tinggi yang terbentuk selama proses pengomposan menyebabkan kondisi aerob dapat mencapai 60oC. Kondisi ini dapat mematikan telur serangga hama dan patogen yang terbawa oleh sisa tanaman sakit musim sebelumnya. Penggunaan jerami sisa panen ke tanah bisa digunakan sebagai sumber bahan organik yang sangat dianjurkan karena dapat menghambat perkembangan penyakit tanaman padi.

  4. Pengairan Tanaman

    Pengairan merupakan salah satu komponen budidaya padi sawah yang sangat mutlak diperlukan. Pengairan yang berbeda dapat berpengaruh pula terhadap lingkungan fisik tanaman. Lahan yang digenang dapat menciptakan lingkungan pertumbuhan tanaman dengan kelembapan tinggi. Di daerah endemis penyakit, inokulum awal umumnya banyak terdapat di tanah, gulma, turiang padi, dan serasah tanaman sisa panen. Inokulum awal yang didukung oleh periode basah yang lama pada jaringan tanaman dapat mempercepat perkembangan penyakit. Kelembapan lingkungan pertumbuhan tanaman dapat diturunkan dengan mengatur cara pengairan. Oleh karena itu, pengairan tanaman dalam sistem budi daya padi dapat menjadi salah satu komponen pengendalian penyakit. 

  

Referensi:  

Hersanti, H., Santosa, E., & Dono, D. (2013). Pelatihan Pembuatan Pestisida Alami Untuk Mengendalikan Hama Dan Penyakit Tanaman Padi Di Desa Tenjolaya Dan Desa Sukamelang, Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat, 2(2), 139–145.  

Nuryanto, B. (2018). Pengendalian Penyakit Tanaman Padi Berwawasan Lingkungan Melalui Pengelolaan Komponen Epidemik. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 37(1), 1.  

Sulistyaningsih, & Muhlis, A. (2018). Kata Kunci : Padi, pestisida alami, anorganik. Pengendalian Hama Penyakit Pada Tanaman Padi Dengan Penggunaan Pestisida Alami, 1(3), 177–184.