Preloader Logo

Waktu dan Teknik yang Tepat Pemanenan Padi

Cover Article

Pada budidaya padi, pemanenan harus dilakukan dengan teknik yang tepat agar dapat memperkecil tingkat kehilangan hasil panen serta dapat mempertahankan mutu gabah atau bulir padi. Kesalahan dalam melakukan pemanenan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu hasil yang rendah. Pada tahap ini, kehilangan hasil dapat mencapai 9,52% apabila pemanenan padi mengalami kesalahan. Selain menggunakan teknik yang tepat, waktu dan umur pemanenan juga menjadi salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses pemanenan. Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan waktu dan teknik yang tepat untuk pemanenan padi agar mendapatkan hasil yang maksimal. Berikut langkah-langkahnya:  

  1. Menentukan Waktu Panen yang Tepat

    Waktu panen untuk gabah konsumsi dianjurkan dilakukan pada saat padi berwarna kuning. Panen yang tidak tepat dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas dari gabah maupun beras, sedangkan panen yang tepat akan menentukan kualitas gabah dan beras. Panen dilakukan bila bulir padi sudah cukup dianggap matang. Tanda - tanda tanaman padi yang siap untuk panen adalah : 

    a. 90 - 95 % gabah sudah menguning dan daun sudah mengering

    b. Umur tanaman 90 - 95 dari hari setelah tanam (HST)

    c. Umur optimal malai yaitu 30 – 35 hari terhitung sejak hari sesudah berbunga merata dan padi sudah merunduk 

    d. Bulir gabah terasa keras bila ditekan. Apabila dikupas tampak isi bulir gabah berwarna putih dan keras bila digigit. 

    e. Kerontokan gabah sekitar 16 - 30% (Cara mengukurnya dengan meremasnya)

  2. Teknik Pemanenan yang Tepat 

    a. Teknik Panen

    Teknik panen berbeda-beda tergantung kepada alat yang digunakan. Ani- ani atau pisau umumnya digunakan petani untuk memanen padi  yang tahan rontok dan tanaman padi berpostur tinggi dengan cara memotong pada tangkainya. Cara panen padi dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong tengah, atau potong bawah tergantung cara perontokannya. Cara panen dengan potong bawah, umumnya dilakukan apabila teknik perontokannya dilakukan dengan cara dibanting/digebot atau menggunakan pedal thresher, sedangkan teknik potong atas atau potong tengah menggunakan pisau dengan cara manual dilakukan jika perontokannya menggunakan mesin perontok.

    b. Teknik Perontokan Gabah

    Kegiatan perontokan padi dilakukan setelah kegiatan panen. Kegiatan perontokan ini dapat dilakukan secara tradisional  (manual) atau mengggunakan mesin perontok. Secara tradisional, kegiatan perontokan akan menghasilkan susut tercecer yang relatif besar, mutu gabah yang kurang baik, dan membutuhkan tenaga yang cukup melelahkan. Oleh karena itu, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, diciptakan suatu mesin yang digunakan untuk mampu merontokkan hasil panen, seperti padi, jagung dan sebagainya. Mesin perontok dirancang untuk memperbesar kapasitas kerja, meningkatkan efesiensi kerja, mengurangi kehilangan hasil, dan memperoleh mutu hasil gabah yang baik. Jika dibandingkan dengan teknik perontokan menggunakan mesin, perontokan dengan cara dibantingdengan alas penampung gabah yang tidak luas, tanpa tirai, atau dinding, akan mengakibatkan banyaknya gabah yang terlempar keluar wadah kerontokan.

    Gabah yang dibanting dengan kuat akan menyebabkan banyak gabah yang terlempar keluar wadah perontok. Sebaliknya, jika dibanting kurang kuat, banyak gabah yang tidak rontok dan tersisa di cabang padi. Perontokan menggunakan mesin perontok yang digerakkan oleh motor bahan bakar atau motor listrik melalui sistem transmisi dinilai lebih baik dan relatif lebih bersih. Mesin pertanian (mesin perontok padi) dapat memberi kontribusi yang cukup berarti dalam rangka meningkatkan keuntungan usaha tani padi. Lebih penting lagi, power threser atau mesin pero dapat mengurangi kehilangan gabah saat perontokan dan mengurangi kerusakan (pecah) butir gabah.

  3. Teknik Pengeringan

    Pengeringan gabah adalah proses untuk menurunkan kadar air sampai gabah aman untuk disimpan atau digiling. Pengeringan merupakan tahap paling kritis dari penanganan pascapanen. Pengeringan yang tepat dapat mempertahankan kualitas gabah dan mengurangi kehilangan hasil. Keterlambatan pengeringan atau pengeringan yang tidak baik akan menurunkan bobot dan mutu gabah. Kadar air yang tinggi akan memungkinkan serangga berkembang dengan baik. Oleh karena itu, pengeringan yang baik akan mencegah gabah dari serangan serangga dan penurunan mutu gabah. International Rice Reserach Institute (IRRI) merekomendasikan bahwa pengeringan harus sudah dilakukan paling lambat 12 jam setelah padi panen.  

    Teknik pengeringan yang paling sederhana adalah menjemur di tepi jalan menggunakan tikar atau terpal. Pengeringan ini menyebabkan kehilangan hasil lebih tinggi karena banyaknya kendaraan maupun hewan yang lewat, debu yang beterbangan, atau hujan yang tiba-tiba menyebabkan kualitas gabah menjadi rendah. Teknologi maju pengeringan yang saat ini sudah diterapkan oleh banyak penggilingan padi di Indonesia adalah: (1) Alat pengering mekanis tipe bak (Flat Bed Dryer) dan (2) alat pengering mekanis kontinyu vertikal (Vertical Continuos Dryer) 

    Keunggulan menggunakan kedua jenis alat pengering teknis ini antara lain adalah:  

    (1) Pengeringan lebih cepat,

    (2) Tidak bergantung pada cuaca,

    (3) Tidak memerlukan lahan yang luas seperti lantai jemur, 

    (4) Mengurangi kehilangan hasil,  

    (5) Kualitas gabah kering lebih baik dari pada menggunakan lantai jemur.  

    Namun demikian, kelemahannya adalah dibutuhkannya pelatihan tentang teknik pengoperasian, pemeliharaan, dan perbaikan alat,  promosi yang lebih intensif tentang alat pengering mekanis ini, dan perlunya modal tambahan untuk investasi alat. 

  4. Teknik Penggilingan Padi

    Terdapat dua jenis cara yang saat ini diterapkan untuk penggilingan padi di Indonesia, yaitu single pass ,double pass, atau multiple pass. Teknik single pass terdiri dari sekali pemecahan kulit dan sekali penyosohan. Konfigurasi mesin penggilingan umumnya terdiri dari satu alat pemecah (husker) dan satu alat pemoles (Polisher). Teknik double atau multiple pass adalah teknik pengayakan gabah setelah satu kali dipecah. Hal ini dilakukan untuk memisahkan beras pecah kulit (PK) dengan gabah yang belum menjadi PK. Gabah yang belum menjadi beras PK dimasukkan kembali ke husker agar seluruhnya terkupas menjadi beras PK.

    Beras PK kemudian disosoh minimal dua kali. Proses penyosohan (pemutihan beras) diharapkan bukan karena hasil gosokan beras PK dengan mesin penyosoh, melainkan diharapkan lebih banyak karena gesekan antar bulir beras. Dengan demikian, jumlah beras retak yang dihasilkan akan lebih sedikit dan beras kepala menjadi lebih maksimal sehingga rendemen pun akan menjadi lebih tinggi. Konfigurasi mesin minimal dari teknik double pass adalah satu mesin pemecah, satu ayakan (separator) dan minimal dua mesin penyosoh atau husker-separatorpolisher-polisher. Sebaiknya, konfigurasi mesin yang digunakan adalah husker-husker-separator-polsherpolisher-grader. Grader berfungsi untuk memisahkan beras berdasarkan kualitas. 

  

Referensi: 

Hasbullah, R., & Dewi, A. R. (2012). Teknik Penanganan Pascapanen Padi Untuk Menekan Susut Dan Meningkatkan Rendemen Giling. Pangan, 21(1), 17–28. 

Molenaar, R. (2020). Panen Dan Pascapanen Padi, Jagung Dan Kedelai Harvest and Post-Harvest Procedures for Rice, Corn And Soy. Jurnal Eugenia, 26(1), 17–28.