Preloader Logo

Pemeliharaan Cabai

Cover Wiki

Pemeliharaan tanaman adalah kegiatan yang dilakukan pelaku budi daya tanaman untuk memberikan kondisi lingkungan sebaik mungkin untuk tanaman yang dibudidayakan agar memperoleh produksi yang maksimal dan berkualitas. Pemeliharaan tanaman cabai meliputi beberapa kegiatan, yaitu sebagai berikut:

a. Penyulaman


Gambar. Penyulaman bibit cabai

Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang layu atau mati di lahan dengan tanaman baru yang lebih sehat.

Waktu penyulaman tanaman cabai merah dapat dilakukan 1-2 hari saja setelah pindah tanam pertama.

Tujuan penyulaman adalah agar pertumbuhan cabai masih bisa tumbuh seragam hingga tanaman dewasa.

*) Pertumbuhan yang seragam dapat mencegah serangan hama dan penyakit tanaman, sehingga bila tanaman layu atau mati setelah masa penyulaman, maka tanaman dicabut, lalu dibuang, dan lubang tanam tersebut dibiarkan kosong.

b. Irigasi/Pengairan


Pengelolaan air, terutama menjamin ketersediaannya di dalam lahan budi daya menjadi salah satu kunci penting dalam kegiatan budi daya tanaman, tidak terkecuali budi daya cabai.

Ketersediaan air pada pertanaman cabai harus diperhatikan, karena tanaman cabai rentan terhadap kekeringan, namun juga tidak tahan terhadap genangan yang lama.

Pengairan dilakukan jika kondisi tanah agak kering. Pemberian air pada pertanaman cabai dilakukan jika tanah dalam kondisi kurang lengas. Jika kondisi kelengasan air masih cukup maka tidak perlu dilakukan penambahan air.

Rata-rata kebutuhan air per tanaman saat fase vegetatif yaitu sekitar 250 ml per 2 hari sekali, sedangkan fase generatif kebutuhannya sekitar 450 ml per 2 hari sekali.

Output dari kegiatan pemeliharaan irigasi adalah kondisi lengas tanah memadai untuk pertumbuhan tanaman cabai dan tanaman cabai tidak mengalami kekurangan air

Tabel. Rekomendasi irigasi untuk lahan pertanaman cabai

No

Metode

Tata Laksana

1

Furrow Irrigation/Irigasi Permukaan/alur/Leb

Metode irigasi ini dilakukan jika sumber air irigasi melimpah dan kondisi lahan mendukung secara teknis.

Metode irigasi ini tidak disarankan jika dalam petak tanaman terdapat tanaman cabai yang terserang penyakit (bakteri/jamur) karena dapat menjadi media penularan penyakit.

  1. Tutup semua saluran drainase

  2. Lakukan pengaliran air ke dalam lahan

  3. Lahan dibiarkan tergenang (leb) selama 15-30 menit.

  4. Setelah 30 menit, keluarkan air melalui saluran drainase

  5. Waktu ideal untuk pengairan adalah pada sore hari

  6. Irigasi serupa dapat dilakukan dengan interval 7-10 hari sekali, atau tergantung kondisi lengas tanah.

2

Menggunakan selang

Teknik irigasi ini dilakukan jika secara teknis sumber air tidak mendukung irigasi jika dilakukan secara "leb". Jumlah tanaman tidak terlalu banyak dan ketersediaan manpower cukup.

  1. Hubungkan selang dengan sumber air (tandon air/pompa air/saluran air)

  2. Masukan selang ke bawah mulsa plastik, pastikan ujung selang berada di tengah-tengah 4 tanaman

  3. Atur debit air, jangan terlalu kencang agar tidak menyebabkan erosi

  4. Setelah tanah berada pada kondisi kapasitas lapang maka lakukan penyiraman di tanaman berikutnya

  5. Lakukan penyiraman serupa hingga selesai

  6. Waktu ideal untuk pengairan ini adalah pada sore hari

  7. Teknik pengairan ini dapat dilakukan setiap 2-3 hari sekali

3

Irigasi tetes

Teknik irigasi ini merupakan teknik irigasi modern dan memiliki keunggulan pada penghematan air dan teknis pelaksanaan yang mudah dan dapat sekaligus melakukan proses pemupukan, namun jika ingin menerapkan teknik irigasi ini maka perlu dipersiapkan instalasi pengairan yang memadai dan biaya investasi relatif mahal.

  1. Persiapkan instalasi irigasi tetes yang memadai

  2. Instalasi terbuat dari susunan jaringan pipa air menggunakan pipa paralon yang dihubungkan dengan selang tetes ke masing – masing tanaman.

  3. Lakukan penyiraman pada pagi dan sore hari selama 10 menit pada fase vegetatif

  4. Pada fase generatif lakukan penyiraman selama 11-12 menit

4

Irigasi manual

Sistem irigasi yang dilakukan dengan penyiraman tanaman budi daya yang dikendalikan secara manual.

  1. Timba/ember

    Dilakukan dengan tenaga manusia, yakni petani mengambil air dari sumber mata air dengan ember/timba, lalu menyiramkan-nya secara manual ke areal pertanaman cabai. Jenis ini kurang efektif karena memakan banyak tenaga serta menghabiskan waktu yang lama. Namun menjadi pilihan sebagian petani di pedesaan yang tidak memiliki cukup modal untuk membeli pompa air atau alat irigasi yang lebih efektif.

  2. Pompa air

    Irigasi ini menggunakan tenaga mesin untuk mengalirkan berbagai jenis jenis air dari sumber air, biasanya sumur, ke lahan pertanian menggunakan pipa atau saluran. Jika sumber air yang digunakan dalam jenis ini bisa diandalkan, artinya tidak surut pada musim kemarau, maka kebutuhan air pada musim kemarau bisa diatasi dengan jenis irigasi ini.

Gambar. Irigasi permukaan/alur

Gambar. Irigasi selang

Gambar. Irigasi tetes

c. Pemasangan Ajir (Turus)


Gambar. Ajir bumbu pada pertanaman cabai

Pemasangan ajir adalah kegiatan memasang penyangga ke dalam bedengan dan didekat tanaman cabai untuk menjaga tanaman tetap tumbuh tegak.

Sumber bahan ajir:
Bilah bambu

Waktu pemasangan ajir pada tanaman cabai merah dapat mulai dilakukan saat awal pertumbuhan vegetatif yaitu 1 minggu setelah pindah tanam hingga 2 bulan setelah pindah tanam.

Tata pelaksanaan pemasangan ajir yaitu:

  1. Bambu dibelah menggunakan golok dengan ukuran 4 cm x 150 cm, dengan bagian salah satu ujungnya dibuat lancip dengan pisau tajam untuk memudahkan saat penancapan ke tanah.

  2. Ajir yang telah dibuat ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak 3 cm dari tanaman cabai merah dan dengan kedalaman 15-20 cm, dengan posisi miring keluar (sudut kemiringan 45o) atau bisa juga dipasang tegak lurus. Satu ajir dipasang untuk satu tanaman.

  3. Saat tanaman berumur 1 bulan setelah pindah tanam, ajir dapat diikatkan ke batang tanaman yang berada di bawah cabang utama/cabang V dengan menggunakan rafia dengan sistem melingkar bentuk angka 8.

  4. Saat tanaman berumur 1,5 bulan setelah pindah tanam, ajir diikatkan pada cabang utama dan diikatkan saat mulai terbentuk buah yaitu 2 bulan setelah pindah tanam agar tanaman tidak rebah saat sudah berbuah.

  5. Saat tanaman berumur 2 bulan setelah pindah tanam, antar ajir dihubungkan dengan bilah bambu yang dipasang horizontal dan diikat dengan rafia agar dapat menahan dari terpaan angin.

d. Pemupukan


Setelah pemberian pupuk dasar pada persiapan lahan, selanjutnya dilakukan pemupukan susulan pada fase pemeliharaan tanaman cabai.

Tabel 2. Pemupukan susulan untuk cabai merah pada berbagai kondisi lahan

Kondisi lahan

Jenis dan Dosis

Waktu Aplikasi

Cara Aplikasi

a. Lahan Kering di Dataran Tinggi/Medium (Jenis tanah Andisol/ Latosol)

  • Urea (200-300 kg/ha)

  • ZA (400-500 kg/ha)

  • KCl (250-300 kg/ha) Atau

Diberikan 3 kali pada umur 3, 6, 9 minggu setelah tanam. 1 kali aplikasi yaitu 1/3 dosis.

Ditaburkan di sekitar lubang tanam, lalu ditutup tanah (spot placement).Ditaburkan di sekitar lubang tanam, lalu ditutup tanah (spot placement).

  • NPK 16-16-16 (300-500 kg/ha)

10-14 hari sekali, dimulai 1 bulan setelah tanam (minimal 8 kali selama pemeliharaan).

Dilarutkan dalam air (2 g/l air atau 2 sendok makan per 10 l air), dikocorkan ke sekitar lubang tanam (100-200 ml/tananam).

b. Lahan sawah di Dataran Rendah (Jenis tanah Aluvial)

  • Urea (150-200 kg/ha)

  • ZA (400-500 kg/ha)

  • KCl (150-200 kg/ha) Atau

  • NPK 16-16-16 (1 ton/ha)

Diberikan 3 kali pada umur 0, 4, 8 minggu setelah tanam. 1 kali aplikasi yaitu 1/3 dosis.

Ditaburkan di sekitar lubang tanam, lalu ditutup tanah (spot placement).

c. Sistem Tumpang Gilir dengan Bawang Merah

Cabai merah:

  • Urea (100-150 kg/ha)

  • ZA (300-450 kg/ha)

  • KCl (100-150 kg/ha)

Cabai merah: Diberikan 3 kali pada umur 4, 7, 10 minggu setelah tanam. 1 kalli aplikasi yaitu 1/3 dosis.

Cabai merah: Ditaburkan di sekitar lubang tanam, lalu ditutup tanah (spot placement).

Bawang merah:

  • Urea (150-200 kg/ha)

  • ZA (400-400 kg/ha)

  • ZK (150-200 kg/ha)

Bawang merah: Diberikan 2 kali pada umur 7 dan 25 hari setelah tanam. 1 kali yaitu aplikasi ½ dosis.

Bawang merah: Ditaburkan di sekitar lubang tanam, lalu ditutup tanah (spot placement).

d. Sistem Tumpangsari dengan Kubis atau Tomat

NPK 16-16-16 (300-500 kg/ha)

10-14 hari sekali, dimulai 1 bulan setelah tanam (minimal 8 kali selama pemeliharaan).

Dilarutkan dalam air (2 g/l air), dikocorkan ke sekitar lubang tanam (100-200 ml/tananam).

Sumber: (Sumarni & Muharam, 2005)

Gambar. Pemupukan tanaman cabai secara spot placement

Gambar. Ilustrasi pemupukan secara dikocor pada lubang tanam

Rekomendasi pemupukan susulan untuk memicu pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai serta meningkatkan hasil produksi yaitu dengan pemberian:

Tabel. Rekomendasi pemupukan susulan untuk tanaman cabai

No

Jenis Pupuk

Contoh

Waktu Aplikasi

Cara Aplikasi

1

Pupuk Pelengkap Cair (PPC)

Pupuk hijau yang mengandung Nitrogen dan unsur hara lainnya yang berguna untuk pembentukan tunas daun sesuai dosis anjuran.

Pagi hari saat stomata tanaman membuka.

Disiramkan ke media tanam sekitar pertanaman atau disemprotkan pada bagian bawah daun.

2

Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)

ZPT yang mengandung auksin (auxins), sitokinin (cytokinins), giberelin (gibberellins, GAs), etilena (etena, ETH), dan asam absisat (abscisic acid, ABA) sesuai dosis anjuran.

Pagi hari saat stomata tanaman membuka.

Disiramkan ke media tanam sekitar pertanaman atau disemprotkan pada bagian bawah daun.

3

PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobakter)

Bacillus spp. untuk membantu melarutkan unsur hara Fosfat (P) dan memfiksasi Nitrogen (N) agar tersedia bagi tanaman, dengan dosis pemberian untuk tanaman cabai yaitu 10 ml/l air.

Pagi atau sore hari, dapat dilakukan bersamaan dengan penyiraman tanaman cabai.

Larutan Bacillus spp. diberikan sebanyak 200 ml per tanaman setiap 2 minggu sekali hingga memasuki fase produksi, dengan cara dikocor atau disiram dari gembor/ember di sekitar lubang tanam cabai.

e. Pemangkasan (Perempalan)


Pada pertanaman cabai juga dilakukan pemangkasan yaitu pada tunas air, daun dan bunga pada cabai merah yang dilakukan secara manual yaitu memangkas menggunakan tangan atau mekanis dengan menggunakan bantuan gunting.

Tabel. Tata pelaksanaan kegiatan pemangkasan pada tanaman cabai

No

Bagian tanaman yang dipangkas

Teknik pemangkasan

1

Tunas air

Pemangkasan pada tunas air yaitu membuang tunas air yang berada di ketiak daun dimulai saat umur tanaman 10-12 hari setelah tanam/hst (untuk di dataran rendah) dan 15-20 hst (untuk di dataran tinggi). Perempelan tunas air pada batang utama dilakukan untuk memicu pertumbuhan dan dilakukan hingga muncul cabang utama (cabang V).

2

Bunga di cabang utama

Pemangkasan pada bunga di cabang utama dilakukan untuk menunda pembentukan bunga dan buah karena umur tanaman yang belum masuk fase generatif (produksi).

3

Daun di cabang utama

Pemangkasan pada bunga di cabang utama dilakukan untuk menunda pembentukan bunga dan buah karena umur tanaman yang belum masuk fase generatif (produksi). Pemangkasan pada daun di cabang utama dilakukan saat tajuk tanaman sudah tumbuh optimal, yaitu saat tanaman berumur 75-80 hst (untuk di dataran rendah) dan umur 90 hst (untuk di dataran tinggi. Waktu perempelan ini selain dipengaruhi oleh lokasi penanaman, juga tergantung dari varietas yang digunakan

f. Pengendalian Gulma


Gambar. Gulma di sekitar pertanaman cabai

Gulma pertanaman cabai berupa gulma tekian, daun lebar, dan gulma rumput.

Contoh gulma:
Golongan gulma daun lebar yang menjadi inang kutu kebul (Bemisia tabaci) penyebab penyakit virus kuning (Pepper yellow leaf curl virus) pada tanaman cabai yaitu gulma babandotan atau wedusan (Agregatum conyzoides). Apabila tanaman terserang penyakit ini dapat menurunkan hasil hingga 75%, terutama pada musim kemarau.

Tabel. Upaya pengendalian gulma di pertanaman cabai

No

Upaya Pengendalian Gulma

Penjelasan

1

Upaya pencegahan

Langkah pencegahan yang dilakukan di antaranya yaitu menggunakan benih cabai berkualitas, menggunakan pupuk organik yang sudah dikompos matang, memelihara kebersihan alat pertanian, memasang mulsa plastik hitam perak sebelum pindah tanam bibit cabai.

2

Pengendalian secara Fisik/Mekanik

a. Pengendalian

Pengolahan lahan menggunakan alat-alat seperti cangkul, garu, bajak, dan traktor sebelum tanam dapat mengurangi pertumbuhan gulma dan mematikan biji gulma dalam tanah.

b. Penyiangan Gulma (Pemangkasan/mowing)

Penyiangan gulma merupakan pengendalian mekanik yang dapat dilakukan dengan mencabut gulma dengan tangan maupun dengan alat pertanian (cangkul, arit). Gulma yang terkumpul dari selanjutnya dibakar/dibuang jauh dari lahan budi daya atau dapat juga dikomposkan.

Periode kritis tanaman cabai merah akibat persaingan dengan gulma yaitu saat tanaman berumur 30-45 hari setelah tanam, sehingga waktu penyiangan terbaik dilakukan pada saat waktu tersebut. Penyiangan dilakukan sesuai kebutuhan di lapangan dengan minimal setiap 4 minggu sekali.

3

Pengendalian Kultur Teknis (Rotasi Tanaman)

Tidak menanam satu jenis tanaman sepanjang tahun dapat mengurangi intensitas pertumbuhan gulma di lahan pertanian.

Mengatur pola tanam (rotasi tanaman/pergiliran tanaman) dalam satu tahun penting dilakukan terutama pada lahan pertanian yang produktif.

4

Pengendalian Biologis

Pengendalian gulma secara biologis yaitu dengan menggunakan makhluk hidup/musuh alami, agens hayati, parasitoid, predator yang efektif menekan pertumbuhan gulma dan yang dapat menjadi sumber hama dan penyakit yang hidup di gulma sekitar pertanaman cabai.

Contoh: golongan insekta, bakteri, dan fungi

5

Pengendalian Kimiaswi dengan Herbisida

Pengendalian gulma dengan herbisida nabati dilakukan dengan menyemprotkan herbisida yang berasal dari organ tumbuhan yang mengandung alelopati, yang dapat menghambat pertumbuhan gulma yang tidak diinginkan.

Contoh herbisida nabati yaitu dari bahan daun atau bunga kenikir, daun rumput bambu, bawang putih.

Pengendalian gulma dengan herbisida kimia dilakukan dengan cara menyemprotkan herbisida di sekitar bedengan yang ditumbuhi gulma. Langkah ini merupakan pilihan terakhir apabila upaya lainnya tidak bisa mengatasi pertumbuhan gulma dan pemberiannya harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

Contoh herbisida kimia pascatumbuh yaitu berbahan aktif glifosat, paraquat, glufusinat dan propanil.

g. Pengendalian Hama dan Penyakit


Pengendalian organisme pengganggu tanaman (hama dan penyakit) adalah upaya untuk menekan serangan OPT yang dapat menurunkan produksi tanaman pada cabai dengan menerapkan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT), sehingga tidak merugikan secara ekonomi dan aman bagi lingkungan.

Contoh organisme pengganggu tanaman yang menyerang tanaman cabai di antaranya:

  1. Hama: trips, tungau kuning, lalat buah, kutu daun persik, ulat grayak, kutu kebul, ulat buah, lalat pengorok daun.

  2. Penyakit: layu bakteri, layu fusarium, busuk buah antraknosa, bercak daun.

  3. Penyakit Virus: gabungan dari beberapa jenis virus seperti virus kuning, virus kerupuk, mosaik keriting, kerdil, nekrosis.

Tata pelaksanaan pengendalian organisme pengganggu tanaman yaitu:

  1. Pengamatan terhadap OPT dilakukan secara berkala yaitu 1 minggu sekali secara rutin dari setelah tanam, dengan mengambil contoh OPT untuk mengetahui jenis dan jumlah populasinya.

  2. Pengambilan tanaman contoh yang dapat mewakili kondisi di lahan secara keseluruhan dengan metode acak sistematis.

    • Luas lahan ≤ 2.000 m2, jumlah 10 tanaman contoh

    • Luas lahan > 2.000-4.000 m2, jumlah 20 tanaman contoh

    • Luas lahan > 4.000-6.000 m2, jumlah 30 tanaman contoh

    • Luas lahan > 6.000-8.000 m2, jumlah 40 tanaman contoh

    • Luas lahan > 8.000-10.000 m2, jumlah 50 tanaman contoh

    Pengacakan dilakukan sekali yaitu pada contoh pertama. Penentuan contoh selanjutnya menggunakan interval jarak tertentu, misalnya setiap 1 m atau 10 rumpun. Contoh: 1 petak lahan terdapat 10 tanaman, interval yang digunakan 10 rumpun, maka pengambilan contoh tanaman 100 : 10 = 10 tanaman.

Keterangan X dalam lingkungan merah adalah tanaman contoh

Gambar. Skema alur penngambilan tanaman contoh

  1. Dari hasil pengamatan dapat diidentifikasi gejala serangan, jenis OPT, intensitas serangan, dan mencari tahu musuh alaminya.

  2. Memutuskan cara untuk pengendalian yang tepat atau bisa juga dikonsultasikan dengan petugas POPT atau petugas dinas pertanian setempat dan melakukan tindakan pengendalian.

Tabel. Hama dan penyakit yang menyerang pertanaman cabai

Jenis dan Gejala Serangan

Rekomendasi Pengendalian

A. Hama

  1. Thrips (Thrips parvispinus Karny)

D:\TASK FORCE\CABAI\Petunjuk Teknis Cabai Merah\opt\H_Thrips.jpg

Sumber: Thrips-iD (http://www.thrips-id.com/)

Gejala serangan:

  • Berkembang di musim kemarau. Menyerang dengan menghisap cairan permukaan bawah daun (terutama daun muda).

  • Ditandai dengan bercak putih/keperakan, daun menjadi cokelat tembaga, kering, keriput, lalu mati. Pada serangan berat menyebabkan daun, tunas, pucuk menggulung ke dalam dan muncul benjolan, tanaman kerdil, pucuk mati.

  • Memasang perangkap likat warna biru/putih, mulsa plastik, tanaman perangkap, sanitasi.

  • Musuh alami (kumbang Coccinellidae, tungau, predator larva Chrysopidae, kepik Antrocoridae, patogen Enthomophthora sp.).

  • Biopestisida dari gadung (Diascorea hispida).

  1. Tungau Kuning (Polyphagotarsonemus latus Banks.)

D:\TASK FORCE\CABAI\Petunjuk Teknis Cabai Merah\opt\H_Polyphagotarsonemus latus Banks..jpg

Sumber: University of Florida (https://entnemdept.ufl.edu/)

Gejala serangan:

  • Berkembang di musim kemarau bersamaan dengan serangan trips dan kutu daun. Menyerang dengan menghisap cairan tanaman.

  • Ditandai dengan daun menebal, warna daun kecoklatan/tembaga, keriting, tunas menyusut, bunga gugur.

  • Sanitasi tanaman yang terserang.

  • Musuh alami (predator A. cucumeris).

  • Pestisida bila serangan ≥ 15% per tanaman contoh

  • Biopestisida ekstrak bioakasida tanaman berturut-turut adalah kirinyuh, akar tuba, huni, widuri, ketapang, dan gamal

  1. Lalat Buah (Bactrocera sp.)

D:\TASK FORCE\CABAI\Petunjuk Teknis Cabai Merah\opt\H_Bactrocera2.jpg

Sumber: University of Florida (https://entnemdept.ufl.edu/)

Gejala serangan:

  • Serangan terberat saat musim hujan.

  • Ditandai dengan lubang titik hitam pada bagian pangkal buah, tempat serangga betina meletakkan telurnya. Larva dalam buah membuat saluran dengan memakan daging dan menghisap cairan buah, sehingga buah cepat busuk dan gugur.

  • Pengolahan tanah, Memusnahkan buah yang terserang, Memasang perangkap Metil Eugenol atau Petrogenol 1 ml/perangkap

  • Pelepasan serangga jantan mandul dapat mengurangi keberhasilan perkawinan

  • Musuh alami: parasitoid larva dan pupa (Biosteres sp., Opius sp.), predator semut, laba-laba, kumbang, dermatera

  • Varietas tahan

  • Insektisida berbahan aktif profenofos dan Metomil.

  1. Kutu Daun Persik (Myzus persicas Sulzer) dan Kutu Daun Kapas (Aphis gossyoii Glover)

D:\TASK FORCE\CABAI\Petunjuk Teknis Cabai Merah\opt\H_Myzus persicae Sulzer.jpgD:\TASK FORCE\CABAI\Petunjuk Teknis Cabai Merah\opt\H_Aphis gossypii Glover.jpg

Kutu daun persik dan kutu daun kapas

Sumber: University of Florida (https://entnemdept.ufl.edu/) (https://entnemdept.ufl.edu/)

Gejala serangan:

  • Merupakan vektor >150 strain virus terutama penyakit virus CMV dan PVY. Serangan terberat saat musim kemarau. Hidup di bawah permukaan daun, menyerang dengan menghisap cairan daun muda dan pucuk tanaman.

  • Ditandai dengan daun keriput, warna daun kekuningan, daun terpuntir, tanaman kerdil, layu, mati.

  • Eradikasi gulma dan tanaman yang terserang, tumpangsari, tanaman perangkap, Memasang kain kasa di sekitar bedengan, perangkap yellow trap.

  • Insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, acetamiprid, clorfenamina, sipermetrin, lamda sihalotrin (>7 ekor per 10 daun contoh atau kerusakan >15% per

  1. Ulat Grayak

D:\TASK FORCE\CABAI\Petunjuk Teknis Cabai Merah\opt\H_Spodoptera litura F.jpg

Sumber: Agrokompleks Kita (https://agrokomplekskita.com/)

Gejala serangan:

  • Larva instar 1 dan 2 merusak daun dan buah dengan menyisakan epidermis daun bagian atas dan tulang daun. Serangan terberat saat musim kemarau.

  • Ditandai dengan munculnya lubang tidak beraturan di permukaan buah. Pada serangan berat dapat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan.

  • Sanitasi lahan, pengolahan lahan, eradikasi, pemusnahan telur/larva di bagian tanaman yang terserang, memasang perangkap feromonoid seks.

  • Musuh alami: SLNVP, jamur Cordisep, nematoda Steinerma, predator Sycanus sp., parasitoid Apanteles sp., T. spodopterae, Peribeae sp.

  • Insektisida kontak (bahan aktif Metomil 40% dosis: 1,5-2 g/liter air, Amidakloprid 25% dosis 0,75-2 g/liter air).

  1. Kutu Kebul (Bemisia tabaci)

D:\TASK FORCE\CABAI\Petunjuk Teknis Cabai Merah\opt\H_Bemisia tabaci.jpg

Sumber: University of Florida (https://entnemdept.ufl.edu/)

Gejala serangan:

  • Menyerang dengan menghisap cairan daun. Hidup berkelompok di bawah permukaan daun. Sekresi yang dikeluarkan kutu kebul menjadi media tumbuh penyakit embun jelaga yang berwarna hitam yang dapat menyerang di berbagai stadia/fase hidup tanaman.

  • Ditandai dengan bercak nekrotik pada daun yang diakibatkan serangan nimfa dan kutu kebul dewasa.

  • Kutu kebul adalah vektor penyakit virus kuning/virus gemini pada tanaman cabai.

  • Memasang tanaman perangkap, tumpangsari.

  • Musuh alami: predator M. sexmaculatus (memangsa larva kutu kebul 200-400 larva/hari), C. septempunctata, S. syriacus, C. carne, S. parcesetosum, O. albidipennis. Parasitoid (E. Adrianae, E. Tricolor, E. corni). Patogen (B. thuringiensis, P. farinorus, Eretmocerus).

  • Insektisida selektif (Permenthrin, Amitraz, Fenoxycarb, Imidacloprid, Bifenthrin, Deltamethrin, Buprofezin, Endosulphan, Asefat).

  1. Lalat Penorok daun (Liriomyza sp.)

D:\TASK FORCE\CABAI\Petunjuk Teknis Cabai Merah\opt\H_Liriomyza.jpgD:\TASK FORCE\CABAI\Petunjuk Teknis Cabai Merah\opt\H_Liriomyza 2.jpg

Gejala pada daun dan lalat pengorok daun Sumber: Insect Images – Gejala daun (https://www.insectimages.org/) CABI Digital Library – Lalat pengorok daun (https://www.cabidigitallibrary.org/)

Gejala serangan:

  • Ditandai dengan jaringan daun berlubang, terdapat bintik-bintik putih dan alur korokan berwarna putih di permukaan daun.

  • Siklus hidup 22-25 hari, dengan stadium larva selama 6-12 hari. Berkembangbiak saat kemarau.

  • Memasang tanaman perangkap dan perangkap kuning, sanitasi lahan, tumpangsari.

  • Musuh alami: parasitoid (H.varicorni), keluarga tawon (Braconidae, Pteromalidae, Eulopidae).

  • Insektisida (Siromazin, Abamektin, Klorfenapir)

  1. Ulat Buah (Helicoverpa armmigera Hubner)

Sumber: Benih Pertiwi (https://benihpertiwi.co.id/)

Gejala serangan:

  • Ulat penggerek buah melubangi dinding buah dan memakan isi buah. Umumnya menyerang saat buah masih hijau. Saat musim hujan, lubang dari ulat ini akan terkontaminasi dengan jamur penyebab penyakit busuk buah.

  • Ditandai dengan lubang pada buah dan ulatnya berada di dalam buah.

  • Pengaturan pola tanam (tidak menanam cabai di lahan bekas tomat), eradikasi.

  • Musuh alami: parasitoid telur (Trichogramma nana, larva Diadegma argenteopilosa, jamur Metharrhizium)

  • Insektisida berbahan aktif Emamektin Benzoat 5% atau Lamda Sihalotrin 25 g/l.

B. Penyakit

  1. Layu Bakteri (Ralstonia Solanacearum)

Layu bakteri dan ooze bakteri R. solanacearum Sumber: Flickr – Scot Nelson (https://www.flickr.com/ Yniversity of Florida – Bacterial Wilt (https://plantpath.ifas.ufl.edu/)

Gejala serangan:

  • Ditandai dengan pucuk daun menjadi layu, menjalar ke bagian bawah daun hingga seluruh daun, jaringan pembuluh batang bagian bawah dan akar menjadi kecokelatan lalu tanaman mati. Buah cabai menjadi kekuningan dan membusuk disebabkan infeksi melalui lentisel dan berkembang pesat di musim hujan.

  • Penyakit layu bakteri dapat diketahui bila batang dan akar tanaman yang terserang dipotong melintang dicelupkan ke air jernih, akan tampak koloni bakteri dan air menjadi keruh.

  • Menanam varietas tahan, elakukan sanitasi, rotasi tanaman, perbaikan aerasi tanah dengan membuat guludan atau bedengan 40-50 cm, pemberian Sulfur/belerang untuk menurunkan pH tanah bila terlalu basa.

  • PGPR sebagai agens hayati (Trichoderma spp., Pseudomonas fluorescens, JMA, Bacillus spp. dan Gliocladium spp,)

  • Fungisida sistemik sesuai anjuran

  1. Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f. Sp.)

Sumber: CABI Plantwise Plus (https://plantwiseplusknowledgebank.org/) Gardener – Fusarium Wilt (https://gardener.fandom.com/)

Gejala serangan:

  • Ditandai dengan tanaman menjadi layu, anak tulang daun menguning dalam waktu 2-3 hari setelah terinfeksi, jaringan akar dan batang menjadi cokelat, luka tertutup oleh hifa berwarna putih, buah kecil dan mudah gugur.

  • Persebaran penyakit ini melalui spora yang dibawa angin atau air, bila tanaman terserang saat sudah berada di akhir fase vegetatif, maka tanaman masih bisa bertahan hidup dan menghasilkan buah.

  • Sanitasi dengan eradikasi, perbaikan sistem pengairan, varietas tahan dan sehat, rotasi tanaman, penyiangan gulma rumput teki (Cyperus rotundus) sebagai inang dari jamur.

  • Agens hayati (Trichoderma spp.)

  • Fungisida sesuai anjuran

  1. Busuk Buah Antraknosa (Colletotricum capsici, C. gloeosporioides, Gloeosporium piperatum)

D:\TASK FORCE\CABAI\Petunjuk Teknis Cabai Merah\opt\P_Colletotricum capsici.jpg

C. capsici

Sumber: Invasive (https://www.invasive.org/)

Gejala serangan:

  • Ditandai dengan bercak cokelat dengan kumpulan titik-titik kehitaman pada permukaan kulit buah, buah menjadi lunak dan membusuk. Kondisi panas dan lembab menyebabkan serangan lebih cepat.

  • Perlakuan perendaman benih sebelum tanam, sanitasi gulma rumput setawar (Borreria sp.) dan buah yang sudah terserang.

  • Menggunakan varietas tahan dan genjah untuk memperpendek periode terhadap serangan busuk buah, rotasi tanaman, perbaikan saluran drainase.

  • Agens hayati (Trichoderma spp. , Bacillus spp. dan JMA) dari fase pembungaan.

  • Fungisida sesuai anjuran. (fungisida protektif berbahan aktif tembaga hidroksida).

  1. Bercak Daun (Cercospota capsici)

Sumber: University of Florida (https://plantpath.ifas.ufl.edu/)

Gejala serangan:

  • Banyak menyerang tanaman muda saat pembibitan dan pada tanaman tua, terutama pada musim hujan.

  • Ditandai dengan daun berubah jadi kuning dan gugur, bercak daun kecil berbentuk bulat (diameter 0,5 cm) dengan pusatnya berwarna putih dan pinggiran berwarna cokelat. Bercak daun tua dapat menyebabkan daun berlubang, sering terjadi di daun, tangkai daun, hingga batang

  • Sanitasi tanaman yang terinfeksi, menggunakan benih bebas patogen, memilih waktu tanam yang tepat (kemarau) dengan irigasi yang baik. Fungisida sesuai anjuran.

  • Sanitasi lahan dan gulma, perlakuan perendaman benih dengan fungisida berbahan aktif Metalaksil, rotasi tanaman, memakai varietas tahan, memasang mulsa plastik untuk menghindari sebaran patogen.

  • Penyemprotan fungisida sistemik (bahan aktif: dimetomorf atau simoksanil) dan kontak (bahan aktif : Mankozeb, Propineb, Klorotalonil atau Maneb) yang diaplikasikan secara bergantian.

  • Upaya preventif dilakukan dengan penyemprotan fungisida secara periodik, tujuh hari sekali atau tiga hari sekali jika serangan tambah parah.

  1. Busuk Phytophtora capsici

Sumber: Phytophthora capsici (https://hpc.ilri.cgiar.org/)

Gejala serangan:

  • Patogen P. capsisi menyerang seluruh bagian tanaman, bisa menyerang saat bibit masih dalam persemaian. Infeksi pada batang dimulai dari pangkal batang yang ditandai dengan busuk basah, berwarna cokelat kehitaman, layu. Infeksi pada daun menyebabkan daun layu seperti tersiram air panas, mengering lalu rontok. Buah yang terinfeksi menjadi hijau gelap dan busuk.

  • Sanitasi lahan dan gulma, perlakuan perendaman benih dengan fungisida berbahan aktif Metalaksil, rotasi tanaman, memakai varietas tahan, memasang mulsa plastik untuk menghindari sebaran patogen.

  • Penyemprotan fungisida sistemik (bahan aktif: dimetomorf atau simoksanil) dan kontak (bahan aktif : Mankozeb, Propineb, Klorotalonil atau Maneb) yang diaplikasikan secara bergantian.

  • Upaya preventif dilakukan dengan penyemprotan fungisida secara periodik, tujuh hari sekali atau tiga hari sekali jika serangan tambah par

C. Penyakit Virus

  1. Virus Kuning (Yellow Leaf Curl Virus)

Sumber: University of Florida – TYLC (https://plantpath.ifas.ufl.edu/)

Gejala serangan:

  • Serangan kelompok Gemini Virus ditandai dengan tulang daun menjadi bening/jernih (vein clearing), merambat ke pucuk daun menjadi kuning, tulang daun menebal dan menggulung ke atas. Daun mengecil berwarna kuning terang, tanaman kerdil dan tidak bisa berbuah.

  • Pemupukan berimbang, benih sehat dan tahan virus kuning, rotasi tanaman, eradikasi tanaman yang terserang, sanitasi lahan.

  1. Virus Kerupuk (Chili Puckery Stunt Virus)

D:\TASK FORCE\CABAI\Petunjuk Teknis Cabai Merah\opt\V_virus kerupuk.jpg

Sumber: Agrokompleks Kita (https://agrokomplekskita.com/)

Gejala serangan:

  • Ditandai dengan daun muda yang melengkung ke bawah, permukaan daun tidak rata, daun mengkilat pekat. Ruas jarak antar tangkai daun lebih pendek terutama bagian pucuk daun, sehingga daun menumpuk dan bergumpal seperti kerupuk.

  • Varietas tahan virus, rotasi tanaman, sanitasi lahan, memakai mulsa plastik hitam perak, eradikasi tanaman sakit, penggunaan pupuk berimbang.

  1. Virus Mosaik Keriting

D:\TASK FORCE\CABAI\Petunjuk Teknis Cabai Merah\opt\V_CMV.jpg

Cucumber Mosaic Virus (CMV) Sumber: Forestry Images (https://www.forestryimages.org/)

Gejala serangan:

  • Disebabkan oleh salah satu atau gabungan PVY, TEV, CMV, atau CVMV.

  • Datandai dengan daun berwarna hijau tua dan hijau muda (belang-belang), daun berubah jadi cekung, keriting atau memanjang. CMV menyebabkan daun menyempit, dengan bercak berpola, atau mosaik klorosis.

  • Varietas tahan virus, rotasi tanaman, sanitasi lahan, memakai mulsa plastik hitam perak, eradikasi tanaman sakit pada serangan <5%, penggunaan pupuk berimbang.

  1. Virus Kerdil, Nekrosis, Mosaik Ringan

Figure 1. Leaf mottling on pepper plants caused by PMMoV.

Tobacco Mosaic Virus (TMV) Sumber: University of Florida – Pepper Mild Mottle Virus (https://edis.ifas.ufl.edu/)

Gejala serangan:

  • Disebabkan oleh TMV atau ToMV

  • Ditandai dengan munculnya klorosis, mosaik, tanaman jadi kerdil, diikuti nekrotik streak pada batang atau cabang, dan diikuti gugurnya daun.

  • Varietas tahan virus, rotasi tanaman, sanitasi lahan, memakai mulsa plastik hitam perak, perlakuan benih dengan perendaman 10% Na3PO4 selama 1-2 jam, eradikasi tanaman sakit pada serangan <5%.

Tabel. Musuk alami pengendali OPT tanaman

No

Musuh Alami

Gambar

1

Hemiptarsenus varicornis

Parasitoid hama lalat pengorok

D:\TASK FORCE\CABAI\Petunjuk Teknis Cabai Merah\opt\MA_Hemiptarsenus varicornis.jpg

Sumber: Encyclopedia of Life (https://eol.org/)

2

Eriborus argenteopilosus dan Rhynocoris sp.

Parasitoid larva hama ulat grayak (S. litura)

D:\TASK FORCE\CABAI\Petunjuk Teknis Cabai Merah\opt\MA_Eriborus argenteopilosus.jpg

Sumber: Forestry Images (https://www.forestryimages.org/)

3

Menochilus sexmaculatus

Predator hama kutu kebul (Bemisia tabaci) dan trips (Thrips parvispinus)

Menochilus sexmaculatus

Imago dan larva kumbang koksi

Sumber: Kerama Islands (http://www.keramaislands.asia/)

4

Amblyseius cucumeris

Predator alami trips dan tungau

D:\TASK FORCE\CABAI\Petunjuk Teknis Cabai Merah\opt\MA_Amblyseius cucumeris.jpg

Sumber: Bioplanet (https://bioplanet.eu/)

5

Beauveria bassiana

Jamur endomopatogen efektif mengatasi kutu daun dan trips

D:\TASK FORCE\CABAI\Petunjuk Teknis Cabai Merah\opt\MA_Beauveria bassiana.jpg

Sumber: Greenhouse Canada (https://www.greenhousecanada.com/)

6

Steinernema spp.

Nematoda yang melumpuhkan trips dan lalat pengorok

D:\TASK FORCE\CABAI\Petunjuk Teknis Cabai Merah\opt\MA_Steirnema.jpg

Sumber: Bioplanet (https://bioplanet.eu/it/)