Preloader Logo

Petani Cabai Hadapi Kemarau Panjang: Ini Solusinya!

Cover Article

Musim kemarau ekstrem menyebabkan terganggunya pertanian cabai di Indonesia. Tanpa perlakuan yang tepat, cabai bisa terserang penyakit, gagal panen, dan menimbulkan kerugian bagi petani. Untuk itu, petani cabai perlu memutar otak demi menjaga kualitas cabai hingga masa panen tiba. Sayangnya, kekeringan pertanian cabai seringkali ditangani terlambat sehingga penurunan panen terjadi berulang kali.

Cuaca panas dan kering intensif telah berlangsung cukup lama selama tahun 2024. Hal ini menyulitkan petani cabai untuk menentukan masa tanam yang tepat dan memperoleh hasil panen maksimal. Pasalnya, pengairan tanaman berkaitan dengan berbagai aspek kesehatan dan produktivitas tanaman cabai.

Bagaimana cara Sobat Tani menghadapi situasi kemarau panjang bagi tanaman cabai? Simak dalam artikel berikut.

Penyebab dan Dampak Musim Kemarau Panjang bagi Tanaman Cabai

Fenomena kemarau berkepanjangan sudah sering terjadi selama beberapa tahun terakhir. Perubahan musim kemarau ke musim penghujan yang seharusnya terjadi pada bulan September-Oktober kini tidak dapat dijadikan acuan masa tanam lagi.

Anomali atau keanehan berupa kekeringan ekstrem di luar siklus tahunan kerap terjadi akibat adanya pergerakan gelombang suhu hangat (El Nino Southern Oscillation). Gelombang El Nino menyebabkan minimnya pembentukan awan sehingga menurunkan potensi turunnya hujan.

Meskipun BMKG merilis peringatan curah hujan tinggi pada akhir bulan Agustus 2024 di beberapa wilayah, mayoritas wilayah di Indonesia diperingatkan masih akan mengalami kekeringan. Akibatnya, penanaman cabai yang seharusnya dilakukan pada akhir musim kemarau atau awal musim penghujan harus dijadwalkan kembali.

Musim kemarau ekstrem yang menyebabkan kurangnya air berdampak pada penurunan suplai air bagi tanaman cabai. Hal tersebut mengakibatkan munculnya berbagai dampak negatif bagi kesuburan tanaman cabai secara beruntun. Air menjadi bahan pelarut berbagai nutrien atau zat hara di tanah serta menjaga stabilitas fisiologis tanaman. Kurangnya kadar air pada tanah dan tanaman cabai menyebabkan terganggunya proses metabolisme tanaman, termasuk pertumbuhan dan perkembangan bunga dan buah cabai.

Tanaman cabai kekeringan

Tanaman cabai kekeringan
Sumber: BeritaSatu.com

Beberapa fenomena yang dapat teramati akibat kurangnya air adalah penurunan jumlah buah pada tanaman cabai karena kerontokan bunga, layu tanaman, serta rentannya tanaman cabai terkena serangan hama seperti trips. Kondisi tersebut tentuna merugikan petani cabai, terlebih karena biaya penanganan dampak kekeringan lebih mahal dibandingkan pencegahan.

Solusi Budidaya Cabai Tahan Kekeringan

Mengatasi kekeringan tentu dapat dilakukan dengan pemberian suplai air yang mencukupi bagi tanaman cabai, yakni hingga kelembapan tanah di kisaran 70-80% kapasitas lapang. Sobat Tani dapat mempersiapkan sumber air dari pembuatan sumur dan penyiraman (irigasi) yang efisien. Contoh irigasi yang efisien adalah irigasi tetes yang menggabungkan pemberian air dengan pupuk pada tanaman.

Namun, bagaimana bila ketersediaan air tidak mencukupi? Solusinya, Sobat Tani bisa melakukan pemberian agen hayati untuk meningkatkan ketahanan tanaman cabai pada kekeringan. Dua contoh agen hayati yang cocok untuk tanaman cabai adalah jamur mikoriza arbuskular (JMA) jenis Glomus sp. dan bakteri Bacillus spp.

Pupuk mikoriza

Contoh pupuk mikoriza
Sumber: Puskud Riau

JMA Glomus sp. terbukti melalui berbagai penelitian sebagai agen hayati yang mampu bersimbiosis dengan tanaman cabai, yakni memberikan keuntungan baik bagi tanaman cabai maupun jamur mikoriza itu sendiri. Hal tersebut disebabkan oleh kemampuan JMA Glomus sp. memasuki akar tanaman cabai dan meningkatkan pertumbuhan perakaran dan ketahanan cabai dari penyakit. JMA tersebut juga mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara (terutama fosfat) yang bermanfaat dalam pembentukan bunga dan buah cabai.

Pemberian JMA Glomus sp. sebaiknya dilakukan pada masa penyemaian agar meningkatkan kualitas simbiosis keduanya. JMA Glomus sp. dapat diaplikasikan dengan penaburan di lubang semai dengan dosis 10 g/tanaman.

Jamur mikoriza Glomus sp.

Jamur mikoriza Glomus sp.
Sumber: Abbas et al. (2006)

Seperti JMA Glomus sp., bakteri Bacillus spp. juga dapat membentuk hubungan saling menguntungkan dengan tanaman cabai. Bakteri ini mampu menyediakan unsur hara fosfat (mengandung P) dan nitrogen (N) serta meningkatkan ketahanan dari kekeringan.

Pemberian Bacillus spp. lebih dilakukan pada saat persiapan benih, yakni dengan perendaman selama 1 jam dengan dosis 10 ml/liter air. Kemudian, pada masa pemeliharaan tanaman cabai, bakteri ini dapat diaplikasikan kembali pada lubang tanam dengan dosis 10 ml/liter air sebanyak 200 ml per tanaman setiap 2 minggu sekali hingga masuk fase perbungaan.

Pupuk Bacillus sp.

Beberapa contoh pupuk mengandung Bacillus sp.
Sumber: e-katalog LKPP

Upaya mengatasi dampak kekeringan bagi tanaman cabai dapat dilakukan dengan cara yang ramah lingkungan. Hal ini dapat membantu Sobat Tani untuk menjaga produktivitas tanaman cabai di musim kering ekstrem sekaligus memastikan kesehatan lahan dalam jangka panjang.