Preloader Logo

Mempersiapkan Benih Jagung untuk Meningkatkan Produktivitas

Cover Article

Persiapan benih jagung bertujuan untuk memastikan ketersediaan, kelayakan, dan pemilihan benih untuk mendukung proses budidaya dan meningkatkan produktivitas lahan. Benih yang dipersiapkan dengan baik dapat memiliki ketahanan terhadap penyakit dan hama tertentu. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko kerugian hasil akibat serangan penyakit dan hama yang mungkin terjadi selama pertumbuhan tanaman. Persiapan benih mencakup perlakuan benih dan semai, penyiraman benih, pemeliharaan bibit, pindah tanam, dan penyulaman.  

Berikut adalah tahapan persiapan benih jagung yang bisa dilakukan, yaitu: 

  1. Perlakuan benih dan semai

    Untuk melakukan perlakuan benih dan semai, pilih produk yang sesuai dan terbukti efektif untuk melawan hama dan penyakit agar benih terlindungi dengan baik. Selanjutnya, tentukan tingkat aplikasi tergantung pada jenis produk yang digunakan dan juga ukuran benih yang dimiliki. Untuk mengetahui jenis produk dan dosis yang diperlukan, silakan baca aturan pakai dan hubungi produsen produk.  
     
    Setelah itu, campurkan produk ke dalam seed treater atau mixer agar tercampur dengan merata atau bisa juga dicampur dengan tangan jika alat tidak tersedia. Lalu, terapkan perlakuan benih pada jagung dan jangan lupa menggunakan sarung tangan dan masker saat mengaduk dengan tangan untuk mengurangi paparan bahan kimia 

  2. Penyiraman benih

    Proses penyiraman dilakukan untuk memastikan benih jagung menerima air yang cukup selama perkecambahan dan tahap pertumbuhan awal. Penerapan irigasi bisa melalui berbagai cara, yaitu irigasi sprinkle, irigasi tetes, atau irigasi alur. Waktu dan jumlah irigasi bisa ditentukan tergantung pada keadaan tanah, kondisi cuana, dan juga tahapan pertumbuhan. Berikut perhitungan rata-ratanya. 
     
    Pada tahap perkecambahan dan pertumbuhan awal, biji jagung umumnya membutuhkan sekitar 1 inci air per minggu. Satu inci air setara dengan sekitar 2,4 cm atau sekitar 240 liter air per meter persegi. Untuk menghindari irigasi berlebihan yang dapat menyebabkan busuk akar dan penyakit, penting untuk menyesuaikan volume air dengan ukuran area penyebaran air. 
     
    Misalnya, jika luas area tanaman jagung sekitar 1 m2, irigasi 1 inci air akan setara dengan sekitar 240 liter air. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui ukuran area penyebaran air agar dapat mengubah volume irigasi dari inci air ke liter air. Perlu diingat bahwa kebutuhan air benih jagung akan bervariasi sepanjang musim tanam, meningkat seiring pertumbuhan tanaman, dan bergantung pada kondisi tanah serta cuaca setempat. Keseimbangan antara kelebihan dan kekurangan irigasi perlu diperhatikan untuk mendukung pertumbuhan optimal dan hasil yang maksimal. 

  3. Pemeliharaan bibit

    Pemeliharaan bibit dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode penanaman langsung dan metode penanaman dengan pindah tanam. 3-5 helai daun yang aktif tumbuh di atas  permukaan tanah disebut bibit dan fase ini dikenal dengan tahap pertumbuhan jagung VE-V3 atau biasa disebut juga dengan tahap germination atau tahap perkecambahan dan emergence atau tahap kemunculan.  
     
    Pada tahap VE-V3, bibit jagung bergantung pada cadangan energi yang ada di dalam benih. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan yang sehat, termasuk kelembapan tanah, paparan sinar matahari, dan suhu yang optimal yang memengaruhi laju pertumbuhan dan perkembangan bibit. 
     
    Pada tahap awal ini, pemeliharaan yang tepat sangat menentukan kesuksesan selanjutnya dari siklus pertumbuhan tanaman jagung. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam merawat bibit jagung pada stadium V3-V5, yaitu kelembapan tanah yang cukup, paparan sinar matahari yang memadai, suhu optimal, dan pemupukan yang tepat sesuai kebutuhan bibit pada tahap ini. Dengan pemeliharaan yang cermat pada tahap ini, dapat dipastikan tanaman akan terus tumbuh dengan kuat dan menghasilkan hasil panen yang optimal di masa depan. 

  4. Pindah tanam

    Umumnya, penanaman jagung lebih sering dilakukan dengan sistem tanah benih, bukan dengan sistem pindah tanam karena lebih hemat dan efisien. Akan tetapi, metode pindah tanam juga masih diterapkan di beberapa negara dengan situasi tertentu. Untuk melakukan metode ini, sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal, yaitu umur, ukuran, sistem perakaran, warna daun, dan aklimatisasi.  
     
    Umur bibit yang akan dipindah tanam sebagaiknya berumur 4 sampai 6 minggu dan memiliki minimal 2 sampai 4 helai daun. Lalu, pilih batang daun yang sehat dan kuat dengan diameter batang minimal 0,6 cm sampai 1 cm. Untuk sistem perakaran, pilih bibit dengan akar yang tidak rusak dan sakit. Pilih juga warna daun yang sehat dan hijau, kemudian lakukan aklimatisasi bibit jagung yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan tanaman untuk beradaptasi di lahan atau lingkungan yang baru.  

  5. Penyulaman

    Penyulaman bibit jagung merupakan proses pencabutan dan penanaman ulang tanaman muda yang seringkali diperlukan karena buruknya kondisi tanah, teknik penanaman salah, atau terjadinya kerusakan akibat hama, penyakit, atau cuaca.  
     
    Keputusan untuk melakukan penyulaman perlu hati-hati dan dilakukan dengan menghitung pertumbuhan bibit dari beberapa lokasi, mengevaluasi setiap tanaman hidup, dan mencatat celah besar antar tanaman. Misalnya, jika menanam 70.000 tanaman per hektar dan hanya tersisa 50.000 tanaman, pertimbangkan dengan bijak sebelum melakukan penyulaman karena keterlambatan dalam melakukan penyulaman dapat mengurangi potensi hasil dan mengurangi potensi pendapatan. 

    Referensi:

    Edufarmers. 2022. Modul Teknik Budidaya Jagung. Edufarmers : Jakarta.