Preloader Logo

Gropyokan: Basmi Hama Tikus Sampai ke Lubangnya

Cover Article

Pada Kamis (11/7) diadakan gropyokan di dua wilayah Sentra Bertani, yaitu di Indramayu dan Subang. Gropyokan ini diinisiasi oleh petani di Kecamatan Compreng, Subang, dan juga Desa Babakanjaya, Kecamatan Gabuswetan, Indramayu, dengan dukungan dari Edufarmers, Kelurahan Kiara Sari Subang, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Compreng dan Gabuswetan, serta Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kecamatan Compreng dan Gabuswetan. Kegiatan ini dihadiri oleh 50 orang petani di Indramayu dan 30 petani di Subang.  

Gropyokan merupakan metode penangkapan tikus dengan membongkar sarang tikus bersama-sama dan membunuh setiap tikus yang keluar dari sarangnya dengan menggunakan cangkul, alat pemukul, dan jaring penangkap. Selain itu, gropyokan juga menggunakan teknik empos dengan memberikan asap belerang pada lubang-lubang tikus. Asap belerang dimaksudkan untuk memberikan “racun” kepada tikus yang masih berada di dalam lubang. Dengan teknik ini, gropyokan berhasil menangkap ratusan tikus di beberapa titik lubang.  

Berbeda halnya dengan hewan lain, tikus sawah dapat berkembang biak dengan sangat cepat. Setelah 1-2 hari melahirkan, tikus sawah dapat kawin kembali dengan masa bunting yang singkat, yaitu hanya 19-23 hari dan dapat melahirkan sepanjang tahun. Pada fase padi bunting, tikus akan mencari titik tumbuh padi yang terasa manis untuk dimakan dan mencari titik tumbuh lainnya setelah habis digerogoti. Selanjutnya, pada fase generatif, tikus akan cenderung mencari bulir malai dari padi untuk dimakan.

Untuk itu, perlu adanya pengendalian yang berkelanjutan untuk memastikan hama tikus dapat ditangani dengan baik. Setidaknya terdapat dua teknik lain yang dapat diimplementasikan, yaitu Trap Barrier System dan Linear Trap Barrier System.  

Teknik Trap Barrier System (TBS) menggunakan pembatas plastik yang mengelilingi sawah. Pembatas plastik bertujuan untuk menggiring tikus untuk masuk ke bubu perangkap yang dipasang di berbagai titik strategis di sepanjang barisan pembatas. Jadi, tikus yang mencoba melewati pagar akan masuk perangkap tersebut.

Selain TBS, terdapat Linear Trap Barrier System (LTBS) yang juga digunakan sebagai kelanjutan dari teknik TBS. Pada teknik ini, perangkap disusun secara linier atau sejajar dalam satu garis lurus yang paralel. Bubu perangkap ditempatkan di jalur yang sering dilalui oleh tikus. Bedanya dengan TBS, LTBS tidak melingkari sawah, hanya dipasang segaris lurus paralel saja.

Meskipun begitu, menurut Yadi Kusmayadi, S.P., selaku POPT Ahli Madya BBPOPT, pemberantasan hama tikus perlu dilakukan terus-menerus supaya populasi tikus bisa terkendali dan tidak menghambat pertumbuhan padi.   

“Selama ada lubang aktif, lakukan terus sampai habis”, tuturnya. Ia menilai program gropyokan yang diinisiasi bersama banyak pihak ini sangat baik dan perlu diteruskan ke depan. Ia juga berharap ke depan kerja sama antara Edufarmers dan petani bisa terus dilakukan, khususnya di bidang edukasi, termasuk edukasi tentang pemupukan dan juga penggunaan bahan aktif.